Bab 11

Dia muncul mengenakan sejenis atasan mini dan celana panjang ketat. Dia kelihatan kayak dua puluh lima tahun. Padahal usianya sama denganku, menginjak usia tujuh belas tahun. Dengan gaya centil dan penuh percaya diri, Jassy bilang pada kami.

"Aku punya janji kencan dengan DJ di club Vermolen. Dia cowok yang keren habis deh pokoknya. Kayaknya umurnya sekitar tiga puluh, tapi aku suka pria matang."

"Itu sih bukan pria matang, sudah seumuran om-om tahu!" celetukku sambil melihat ke arah lain.

"Hai, Viona Abraham jelek! Masih mending om-om yang ku gaet! Daripada kau? Belum punya pacar! Bye!" sahut Jassy yang sewot mendengar pendapatku tentang cowoknya.

Ucapan Jassy kuanggap angin lalu. Tidak ada gunanya sakit hati menerima hinaan yang menyakitkan hatimu. Jika hinaan itu memang benar adanya. Aku sendiri juga merasakan diriku sangat menyedihkan. Setelah mereka pergi aku meneruskan jalan bersama Jasmine. Dia sibuk dengan pikirannya sendiri, tentang pesta itu. Tiba-tiba aku menanyakan hal aneh padanya.

"Apakah menurutmu Jassy sudah melakukan hubungan intim?"

"Yah, gini deh...apakah Ibu Suri benar-benar tua?"

Jasmine Rendra malah balik bertanya dengan pertanyaan anehnya. Kadang-kadang Jasmine Rendra amat sangat supersinting. Dan untuk membuktikan anggapanku dia meneruskan.

"Gea ngasih tahu aku, dia kenal anak cowok yang memberikan kursus ciuman. Apakah menurutmu kita harus ke sana sebelum pesta?"

"Jasmine?? Apakah kau mengusulkan agar kita pergi ke pelacur cowok?" Aku cuma memandangnya dengan heran dan bertanya dengan nadaku yang kaget.

"Dia hanya mencium dan kau nggak perlu bayar." jawab Jasmine Rendra dengan entengnya.

"Ckckck gila kau Jasmine! Jika kau mau, pergi saja sendiri!"

Aku langsung nyelonong pergi. Tidak ingin berlama-lama lagi bersamanya. Otakku bisa ikut sinting jika ngobrol lama dengannya yang sekarang otaknya penuh dengan pesta dan bertemu Jackson.

Aku berbaring di atas lenganku sampai lengan itu kesemutan dan kemudian aku mengangkatnya dengan tanganku yang tidak kesemutan ke depan dada. Aku kepingin tahu gimana sih rasanya kalau tangan orang lain memegang dadaku. Rasanya lumayan, tapi aku tahu apa sih? Aku ini terlalu penuh dorongan aneh-aneh sehingga nggak bisa berpikir dengan benar. Aku bingung, ke pesta atau nggak? Karena cowok yang sangat ingin ketemui, tidak akan datang.

Aku membalikkan badan dan tidur terlentang. Dengan menatap langit-langit kamarku. Nggak enak banget waktu tanganmu yang kesemutan mulai hilang kebasnya. Mencium punggung tanganmu sama sekali nggak oke karena kau nggak bakal bisa membedakan mana yang bibir dan mana yang tangan. Sehingga kau nggak bisa mendapatkan sensasi yang seharusnya dari keduanya. Apakah cowok-cowok menghadapi masalah ini atau mereka tahu segalanya begitu saja?

Benar-benar kacau. Ali dan Jassy hari ini memutuskan melakukan pertunjukan di kelasnya. Heran deh, betapa sedikit orang yang berani menentang mereka, termasuk para guru.

Kami berbondong-bondong ke kelasnya sehabis makan siang kedua. Ini saja sudah gawat. Kau harus ngumpet di luar pintu utama sampai tempat itu aman, terus lari ke wc lantai bawah. Memeriksa apakah tempat itu aman. Kemudian menaiki anak tangga ke lantai satu terus begitu, sampai ke lantai lima.

Aku sudah nyaris pingsan waktu sampai di sana. Kami bertujuh dan semuanya benar-benar dalam kondisi paling buruk. Yakni tergeletak di lantai dan batuk-batuk. Jassy bilang kami akan mempraktekkan ilmu hitam levitasi, memanggil kekuatan gelap untuk membantu kami.

Ya, Tuhan, kami akan memanggil sang iblis. Benar-benar kocak. Pikirku, Mengapa, oh mengapa aku ada di sini? Mungkin kalau kami dipaksa bercengkrama dengan sang iblis aku bisa melakukan sebangsa tawar-menawar dengannya. Menukar jiwa ayahku denganku buah dada yang lebih besar buat pesta nanti.

Abby mengajukan diri menjadi korbannya. Dan dia harus berbaring di atas meja belajar. Jassy berdiri di dekat kepalanya dan Ali di kaki. Dan kami serta yang lainnya menyebar merata di sekelilingnya.

"Tolong, semuanya tenang dan berkonsentrasi. Kita sedang memanggil kuasa kegelapan. Taruh satu jari dari setiap tangan kalian di bawah tubuh Abby dan kita akan mulai." kata Jassy dengan serius.

Kami semua mengikuti perintahnya. Kemudian Jassy memejamkan mata dan mulai berkata berulang-ulang, dengan suara pelan dan parau.

"Dia kelihatan parah. Dia kelihatan parah!"

Dan satu demi satu kami harus mengulang setelahnya di sekeliling meja belajar. Lalu dia berkata lagi dengan ucapan yang diulang-ulang.

"Dia kelihatan gawat. Dia kelihatan gawat. Dia kelihatan sakit. Dia kelihatan sakit."

Sebenarnya, saat itu bisa dibilang Abby kelihatan segar bugar. Dan itu berlangsung selama sekitar lima menit sebelum akhirnya kondisi Abby memburuk. Akhirnya Jassy berbisik.

"Dia sekarat. Dia sekarat. Dia mati. Dia mati."

Kami semua mengulanginya. Jelas dia Abby, sama sekali nggak kelihatan bagus dan dia kaku seperti papan. Aku tidak bisa melihatnya bernapas. Ngeri, aku menyaksikan sebuah pertunjukan aneh di hadapanku.

"Tolong kami master, untuk mengirim Abby ke atas. Angkat dia." kata Jassy dengan wajah yang menyeramkan.

Ngeri banget lho. Soalnya aku baru saja ikut mengangkatnya dengan dua jariku dan tubuh Abby terangkat dengan mudah sekali seolah-olah dia seringan bulu. Dan kini berada di atas kepala kami. Aneh.

Setelah dua menit kami serentak merasa gugup. Kami menurunkannya dengan susah payah ke atas meja. Sepertinya ini membuatnya agak sinting, sebab waktu kami berlarian keluar aku mendengar Abby berkata, "Kurasa pantatku rusak."

Ketika tiba di kamarku. Malamnya aku susah tidur. Entah apa yang terjadi. Aku terbangun kaget karena mendengar pintu kamarku terbuka. Pintu itu terbuka sendiri.

Aku tidak bisa menggerakkan kepalaku karena aku duduk di tempat tidur semalaman dan sekarang leherku kaku. Gea bilang temannya, Jupiter, si tukang cium profesional, tidak sibuk besok sepulang sekolah.

Yang harus kaulakukan adalah pergi ke rumahnya dan mengetuk pintunya antara pukul setengah lima dan setengah tujuh ketika orang tuanya nggak di rumah. Kelihatannya siapa yang datang duluan dialah yang dilayani lebih dulu. Apakah aku sudah separah ini? Menyerahkan ciuman pertamaku pada cowok yang sudah mencium ribuan cewek? Apakah aku sudah sinting?

Aku membatalkan menemuinya. Aku bukan cewek murahan yang sinting. Aku harus berdiskusi lagi dengan Jasmine Rendra tentang apa yang akan dikenakannya nanti. Dia boleh saja pakai celana menerawang dan aku nggak peduli.

Ada apa sih denganku? Aku ini benar-benar putus asa deh. Aku nggak tahu apakah seharusnya aku pakai lipstik atau tidak. Aku nggak tahu apa gunanya kalau memang lipstik itu toh bakal terhapus juga.

Aku masih kepikiran kursus ciuman yang diomongin Jasmine Rendra. Fuuuh. Kurasa sekarang aku sudah jadi wanita. Libby kelihatannya tidak menyadarinya waktu dia menyuruhku mengenakan bando lebahnya ke tempat tidur. Dia ngotot aku ini lebah raksasa.

"Sudah waktunya tidur sekarang." kataku kemudian.

"Beeeess." jawab Libby Abraham, adik cewek imutku dengan wajah jengkelnya.

"Beeees, tiduuur." Aku berkata dan menuding tempat tidurnya dengan sungutku supaya dia mau tidur. Memiliki seorang adik kecil cewek memang harus memiliki kesabaran extra. Kadang aku dijadikan kelinci mainan olehnya. Sungguh-sungguh menjengkelkan sekaligus menggemaskan. Keluarga Abraham yang nggak normal.

Terpopuler

Comments

April

April

Lho, thor, kok ada mistis2nya??

2022-02-10

1

gegechan (ig:@aboutgege_)

gegechan (ig:@aboutgege_)

Hadir kembali semangat up nya thor🔥
Salam dari "Mystery" mari mampir dan saling mendukung

2022-02-03

1

Dewi Masitoh

Dewi Masitoh

♥️♥️♥️♥️

2022-01-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!