Bab 17

"Ayo lompat-lompat sekarang!! Kakak Viona!! Kakak Jasmine!!" teriak Libby kegirangan mendapati kami melompat kilat di tempat tidur.

Kami berdoa pada Tuhan, moga Mark tidak melihat kami memata-matainya. Keesokan harinya, waktu Jasmine Rendra dan aku melesat keluar dari rumah, kami nyaris menabrak Mark, yang menunggu di tikungan jalan.

Jasmine, sang sohib sejati....dia langsung bilang harus lari ke rumahnya dulu dan akan menemuiku di sekolah. Wajahku agak merah dan aku melanjutkan perjalanan bareng Mark yang berjalan di sebelahku.

"Kau punya cowok?" tanya Mark kepadaku dengan mendadak.

Aku nggak bisa ngomong. Apa sih jawaban yang tepat untuk pertanyaan itu? Nih kuberitahu jawabannya...ngibul, itulah jawaban yang tepat. Jadi aku bilang....

"Aku baru putus dan aku sedang memberi diriku sedikit ruang."

Dia memandangku. Sungguh deh, dia benar-benar punya mulut paling lebar yang pernah kulihat. Dia pun melempar pertanyaan yang mendadak lagi, yang bikin spot jantung.

"Jadi, apakah itu artinya kau nggak punya cowok?"

Dan aku cuma berdiri di sana dan kemudian hal aneh ini terjadi...dia menyentuh menyentuh dadaku!! Bukannya dia merobek blusku sih, dia hanya meletakkan tangannya di bagian depan dadaku. Hanya selama sedetik, sebelum dia berbalik dan pergi ke sekolah.

Apa sih artinya kalau cowok meletakkan tangannya di atas dadamu? Apakah itu artinya dia menyukaimu? Atau mungkin dia hanya jahil tangannya? Kenapa aku bahkan memikirkan hal ini? Nggak ada tanda-tanda keberadaan Mark waktu aku pulang, untunglah.

Tapi tetap saja kau mengira jika seorang cowok meletakkan tangannya di dadamu, dia bakal mau repot-repot menemuimu suatu waktu. Di atas, di kamarku "mengerjakan PR ku" ketika bel pintu berbunyi. Kuletakkan bukuku dan membuka pintu. Ternyata Mark. Ia berkata....

"Aku sudah putus dengan Ella, kau mau pergi ke pertunjukan The Star Nine?"

"Hah? Eh, ya!" jawabku kilat.

"Oke, sampai nanti." balas Mark sebelum pergi meninggalkan pintu rumahku.

Aku langsung menelepon Jasmine. Dan aku memberitahu tentang Mark padanya. Jasmine hanya bengong saat kuceritakan dialog singkat kami barusan.

"Sampai nanti. Apa sih maksudnya?"

"Nggak tahu tuh, siapa sih yang tahu?" tanyaku lagi.

"Kenapa sih semua cowok suka banget ngucapin " sampai nanti, atau pun sejenisnya"?" Jasmine terlihat sewot, mungkin kenangan Jackson belum hilang sepenuhnya dari hatinya.

"Mungkin dia bilang sampai ketemu denganku malam ini, atau di pertunjukan atau apa?" jelasku dengan santai.

"Yah, kau suka sama dia nggak?" tanyanya lagi.

"Aku nggak benar-benar tahu sih. Dia bikin aku merasa seperti ular kobra, tahu kan. Aneh dan lumpuh waktu si peniup seruling meniupkan serulingnya." jawabku santai dan terkesan acuh dengan keingintahuan Jasmine.

"Maksudmu apa sih? Kepalamu mulai meliuk-liuk ketika dia memainkan instrumennya?"

"Jangan mulai, Jasmine! Omong-omong, menurutmu dia gimana?"

"Mulutnya besar sekali." jawaban Jasmine membuatku down.

"Ya, aku tahu."

"Tapi, mulutmu juga sih."

Ucapan Jasmine semakin pedas saja. Oh oh, aku harus gimana nih? Kenapa sih hidup rumit begini? Apakah aku menyukai Mark? Kenapa aku bilang ya? Kenapa sih Robbie, Si Dewa Cintaku itu nggak sadar juga Lindena itu menyedihkan? Kenapa Dewa Cinta nggak mau melihatku?

Mark mengirim pesan. Dia ngajak ketemuan jam 8 di tempat kami biasa bertemu. Di depan taman, di mana dia memutus pacarnya. Begitulah, aku nggak punya pilihan. Aku harus pergi bareng dia.

Ibu datang ke kamarku dan menyuruhku turun untuk "bicara". Aku berdoa semoga itu nggak ada hubungannya dengan kebersihan diri atau masalah hubungannya dengan ayah. Ayah kelihatan agak gugup dan nggak cukuran. Aneh banget! Kelihatannya ada beberapa binatang kecil tidur-tiduran di atas bibir atasnya.

"Dengar, Viona Abraham. Kau sekarang sudah jadi wanita muda." kata ayah dengan begitu seriusnya.

"Memangnya dulunya aku ini apa? Kuda muda?" batinku sambil memasang wajah masam. Dan ayah melanjutkan lagi ucapannya.

"Dan menurutku tidak boleh ada rahasia di rumah kita. Itulah sebabnya aku perlu memberitahumu. Karena ayah dipindah tugaskan, dan pekerjaan ini sulit ditemukan di sini. Maka, aku akan pergi ke kota S tepat setelah Natal. Aku akan tinggal di sana selama satu atau dua bulan. Setelah itu, kalian semua harus ikut aku ke kota S. Bagaimana pendapat kalian?"

"Terserah ibu dan ayah saja." jawabku singkat.

"Viona sudah setuju ayah." timpal ibuku.

"Kota S itu jauh bu. Aku tidak berasal dari tempat itu. Semua temanku ada di sini."

Kami berdebat lama sekali. Bahkan Libby turun dan ikut nimbrung. Dia mendadani Si Tom dengan piamanya. Dan kucing itu juga pakai topi bertali dan boneka di dalamnya. Aku nggak tahu bagaimana Libby bisa melakukannya. Kalau aku mendekati Si Tom dengan membawa topi saja, dia pasti bakal menggigit tanganku sampai putus.

Jadi ayahku akan pergi ke kota S. Tapi toh itu tidak memecahkan masalah tentang apa yang akan kukenakan ke pertunjukan, The Star Nine.

Demam Natal sudah tiba di sekolah. Kami mengenakan tanduk perak di pelajaran Fisika sore ini. Han Heator mencoba ikutan melontarkan lelucon dengan menyanyikan lagu Jingle Bells. Menyedihkan banget. Lagian kenapa sih celana panjangnya cingkrang begitu?

Kau bisa melihat pergelangan kaki yang pucat dan berbulu antara pipa celananya dan kaos kaki kotak-kotaknya. Semua murid yang melihatnya, menahan tawa sampai ada yang kentut. Baunya menyebar di seluruh ruangan. Hingga kami berhamburan keluar kelas meskipun belum waktunya pulang.

Sesampai di rumah, aneh banget. Ayah dan ibu bersikap manis terhadap satu sama lain. Aku melihat ayah merangkul ibu di dapur. Juga Libby bernyanyi dengan riangnya. Dan mata ayah kelihatan basah. Bener deh, kirain dia bakal nangis dan itu pasti mengerikan. Ayah mengangkat Libby dan memeluknya keras-keras. Libby ngamuk karena kesakitan.

"Jahat! Besar! Jelek! Jahat!" teriak Libby dan menusukkan jarinya ke mata ayah sampai ayah nangis betulan.

Aku langsung naik ke lantai atas, masuk kamarku. Mataku pun sembab, karena aku juga sedih berpisah dengan ayahku. Meskipun aku dan dia kadang tidak akur sih. Sial, aku nggak bermaksud bangun sepagi itu. Yah, tapi aku jadi punya banyak waktu bersiap-siap buat malam ini.

Kupikir, pertama-tama aku mau yoga dulu. Aku belum juga memasukkan yoga ini ke dalam jadwalku yang padat. Sekarang aku tahu kenapa aku nggak tertarik yoga. Soalnya susah sih. Itulah alasannya. Ketika aku melakukan "pose anjing" kusangka aku nggak bakal bisa bangun lagi. Jadi aku hanya berbaring dan dan merilekskan diriku dengan bacaan ringan selama beberapa menit.

Aku nggak bakalan baca Tibetan Book of Living and Dying lagi. Aku nggak bakalan jadi penganut Buddha kalau mungkin aku lahir kembali tereinkarnasi sebagai serangga kayu.

Secangkir kopi susu dan roti panggang menemaniku. Ibu baru mendapat majalah Cosmo edisi terbaru. Dan aku membawanya ke kamarku untuk membaca selama beberapa menit.

Apa yang di katakan pria dan apa yang mereka maksudkan. Kalau ada cowok bilang "Sampai ketemu lagi" itu mungkin berarti "Jangan ganggu aku, selama masih jalan sih asyik-asyik saja. Tapi aku nggak siap untuk sesuatu yang lebih serius" atau "sampai ketemu lagi".

Aku akan jadi penulis untuk Cosmo. Kau nggak perlu pakai akal sehat sama sekali. Atau mungkin aku jadi cowok saja sekalian. Mereka juga nggak perlu punya akal sehat. Pesta dansa yang diselenggarakan oleh sekolah sudah tiba!

Terpopuler

Comments

~🌹eveliniq🌹~

~🌹eveliniq🌹~

semangat lanjut

2022-02-22

1

April

April

Viona aku mampir

2022-02-18

1

Mom FA

Mom FA

hadirrr kak🥰

2022-02-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!