Sesal

Pakaian dokter, itulah yang dikenakannya sudah hampir 6 bulan Haikal hanya tinggal di tempat kost sempit berukuran 3 kali 3 meter dengan kamar mandi luar. Jauh berbeda dengan apartemen yang dahulu disewakan Hana.

Sebuah kenyataan yang menamparnya, bahkan nyawa ibu, adik dan dirinya sendiri di selamatkan juragan Dirga. Yang membiayai kala dirinya dilahirkan, kala sang ibu koma usai melahirkan adiknya. Dahulu dalam anggapannya, juragan Dirga adalah sosok calon mertua yang dingin, menyeramkan, dan kolot.

Pria yang akan menyuruhnya pergi kala bertandang ke rumahnya hingga pukul 9 malam. Alasannya, agar Haikal lebih mapan dahulu untuk bersanding dengan Hana.

Fokus dengan kuliah dan cita-citanya mengejar gelar kedokteran. Tapi semua berubah, kala dirinya telah menjadi seorang dokter. Menatap dengan mata kepalanya sendiri, Hana yang mengalami kecelakaan kesulitan untuk bergerak. Entah bagaimana fikiran piciknya saat itu, tidak ingin mengurus seorang wanita cacat.

Hingga pada akhirnya, Haikal beralasan ingin mencari gelar dokter spesialis, mengulur waktu pernikahan. Ingin melepaskan diri dari gadis cacat yang menemaninya kala susah.

Seorang dokter menikah dengan gadis yang duduk di kursi roda? Dirinya memang tidak sadar diri saat itu. Merasa Hana terlalu rendah untuknya. Melupakan Hana yang dahulu, memiliki tubuh sempurna tanpa cacat, mencintainya yang hanya buruh angkut di gudang juragan Dirga.

Kini tidak lagi, dirinya mengetahui kesalahannya. Perlahan menuju rumah sakit tempatnya bertugas dengan menggunakan ojek online. Siapa sangka dirinya adalah dokter spesialis ortopedi, kala dokter-dokter lainnya turun dari mobil, rumah sakit swasta yang lumayan besar tersebut.

Namun, inilah kenyataannya saat ini, dirinya tetap tersenyum, mengenakan name tagnya. Berjalan dengan bangga, mengingat Hana yang bahkan datang dengan riasan dan lengkap membawa truk dipenuhi beras kala menghadiri acara wisudanya.

6 bulan ini, dirinya benar-benar bekerja dengan baik. Bahkan menyembuhkan banyak pasien.

"Profesor..." ucapnya tersenyum pada sang pemilik rumah sakit yang kini memakai pakaian operasi.

"Ikuti semua kata-kataku di ruangan operasi nanti..." perintahnya tegas, pada Haikal yang kini juga telah berganti pakaian operasi, mulai mengenakan maskernya.

"Baik prof..." jawabnya.

Dokter muda? Menang benar namun, banyak hal yang diajarkan sang profesor padanya. Tidak membantah kata-kata pria yang bahkan tidak memiliki anak. Pria yang membatunya semakin berkembang ditengah pengalamannya yang minim.

Bekerja dan bekerja, terkadang Haikal menghela napasnya memikirkan satu hal. Apa janin yang ada di rahim Zara benar-benar digugurkan?

Status mereka memang sudah bercerai namun tetap saja, itu adalah anaknya. Hingga tiba hari dimana dirinya tengah membeli beberapa keperluannya di sebuah minimarket kecil.

Zara ada disana bersama pria lain, namun bukan itu yang menarik perhatiannya. Perut itu, masih datar, pertanda anaknya memang telah dibunuh oleh ibunya sendiri.

Haikal berpapasan dengannya,"Penipu..." cibir Zara yang menggandeng seorang pria tua berjas.

Pemuda itu memejamkan matanya sejenak, menghela napasnya dalam-dalam. Dirinya adalah seorang dokter kini, melanggar hukum dapat membuat dirinya menerima sangsi, atau mungkin ijin prakteknya dicabut.

Akhirnya hanya satu kalimat yang keluar,"Terimakasih, sudah memberiku pengalaman hidup, bahwa wanita yang terlihat sempurna di bagian luarnya dapat membunuh anaknya dengan keji,"

Plak...

Satu tamparan mendarat di pipinya, Haikal hanya tersenyum tipis, tidak membalas berjalan menuju kasir. "Menjijikkan..." cibirnya.

Zara mengepalkan tangannya, janin sialan itu memang sudah digugurkannya. Lalu kenapa? Ini bukanlah kesalahannya, namun kesalahan Haikal yang berbohong padanya.

Fikiran piciknya yang hanya ingin hidup penuh kesenangan. Tidak menyadari, mungkin andaikan Zara tidak mengugurkan janin dalam kandungannya. Haikal berniat merawatnya, membiayai keperluannya ketika hamil, mengasuh anak itu walaupun tanpa kehadiran Zara.

Tapi semua telah terlanjur, janin kecil yang belum bisa melihat indahnya dunia, telah mati. Haikal terdiam meletakkan kantung belanjaannya dalam kamar kost 3 kali 3 meter. Andaikan ibu dari anaknya adalah Hana, sesulit apapun wanita itu akan menjaga anaknya.

Tapi hanya karena sebuah kebohongan, sang anak digugurkan? Haikal terdiam menangis terisak, telah memilih wanita yang salah untuk merawat benihnya.

Dirinya tidak menangisi Zara, rasa cinta karena kesempurnaan dan rupa fisik itu telah pudar. Namun, menangisi anaknya yang bahkan belum sempat melihat indahnya dunia.

Hingga akhirnya dirinya terdiam sejenak menenangkan fikirannya. Buku tabungan di tatapnya baru dapat mengumpulkan 1/3 dari jumlah hutang pendidikannya.

Memiliki keluarga di kampung, mungkin lebih baik, membantu istrinya ke kamar mandi pun tidak apa-apa. Dirinya kini mengerti arti sebuah kesetiaan dan kesempurnaan hati yang lebih indah dari pada kesempurnaan fisik.

***

Rumah Haikal...

Sena yang tidak mengetahui apa-apa tentang kebaikan juragan Dirga, terlalu malu rasanya bahkan untuk berpapasan dengan Hana. Entah sudah berapa kali dirinya menyakiti hati dan fisik sang gadis cacat.

Dirinya tidak pernah bermain judi lagi, membantu tetangganya beternak kambing dengan kesepakatan bagi hasil. Kambing yang mereka miliki memang tidak banyak, namun cukup untuk pendidikan Gio. Jika saja daru dulu dirinya tidak boros.

Sedangkan pak Sito tengah membuat anyaman bambu, berupa topi dan keranjang. Malu, dirinya benar-benar malu untuk kembali bekerja di gudang. Juragan yang dihormati semua pekerja, putri tunggalnya harus dipermalukan oleh anak dan istrinya.

"Pak, apa sebaiknya aku minta maaf pada Hana? Haikal mencari uang di kota, untuk mengembalikan semuanya. Bagaimanapun kalau Haikal pulang nanti..." kata-kata Sena terpotong.

"Kamu boleh minta maaf, karena kamu salah. Tapi untuk Haikal kembali pada Hana..." pak Sito yang tengah membuat keranjang menghela napas kasar.

"Kenapa? Haikal seorang dokter spesialis, Hana mencintainya dari dulu. Saat Haikal kembali nanti pasti akan..." kalimat Sena kembali terpotong.

"Kamu tidak ingat buruh angkut yang datang bersama Hana? Para pekerja gudang belakangan ini sering membicarakannya, sebagai calon menantu juragan yang baru. Setiap hari bersama Hana, dua tahun bukan waktu yang singkat. Juragan Dirga mungkin sudah akan mencari jalan menikahkan anaknya," jelasnya.

Sena tertunduk, tidak dapat berkata-kata. Hanya dapat menyerahkan semua pada jalannya takdir. Meminta maaf? Dirinya sudah sadar diri akan meminta maaf pada Hana, bahkan jika perlu berlutut sekalipun.

Jono, pria desa yang mendekati anak juragan? Pria mana yang akan melepaskan Hana jika telah mengetahui karakternya. Mungkin itulah yang ada dalam fikiran Sena, masih menginginkan Hana. Tapi mengetahui, pemuda desa yang bernama Jono tidak cukup bodoh untuk melepaskan Hana.

Gio yang mendengar semuanya mengepalkan tangannya. Ingin mengetahui pria bernama Jono, yang akan menjadi duri bagi jalan kakaknya nanti.

Hal yang pertama kali dilakukan sang remaja? Tentu saja, datang menemuinya secara langsung. Mencari letak lahan yang digarapnya di tengah hujan gerimis yang menerpa.

Hingga sosok itu terlihat, "Kenapa sebagian besar busuk?" gerutunya yang tengah memakai jas hujan.

Hingga Gio yang berpayung daun talas besar datang mendekatinya."Kak, gagal panen ya?" tanyanya tersenyum, menyodorkan ubi rebus hangat.

***

Dua orang yang akhirnya duduk di sebuah kubu kecil tempat beristirahat para petani. Memakan ubi rebus menghangatkan diri.

"Andai saja panen ini berhasil, sekitar dua atau tiga kali panen lagi aku akan kembali ke kota. Setelah menjual tanah..." gumam Jono menghela napas kasar.

Gio mengenyitkan keningnya, bukannya pria yang akan menjadi menantu juragan Dirga? Tapi kenapa malah ingin pergi ke kota. Mungkin begitulah pemikiran sang remaja.

Pada akhirnya memberanikan diri bertanya,"Lalu bagaimana dengan kak Hana?"

Jono mengepalkan tangannya, menatap hujan gerimis yang menerpa tanaman cabainya. "Dia hanya wanita cacat yang terlalu pintar. Bukan tipeku...aku adalah presiden direktur perusahaan terkemuka Jonathan Northan. Yang cocok bersanding denganku hanya fotomodel terkenal atau selebriti ternama yang tidak begitu pintar..."

"Jadi kakak tidak menyukai kak Hana?" tanya Gio memastikan.

Jono mengangguk,"Aku akan meninggalkan desa ini apapun yang terjadi,"

Remaja itu tersenyum,"Aku akan membantu kak Jono. Kita menjadi teman mulai sekarang..."

"Suatu hari nanti aku akan terbebas dari penjajahan si cacat!!" teriak Jono.

Tapi apa akan benar demikian? Terkadang ada kalanya mengejar ambisi terlalu besar, melupakan segalanya. Akan membuat wanita yang duduk di kursi rodanya itu berpaling, kala menemukan super model idaman seorang Nathan suatu hari nanti.

Kala itu pula, kata-kata sesal tidak akan ada artinya...

Bersambung

Terpopuler

Comments

Misschery

Misschery

jangan bikin tegang thor.... jadi berpikir jelek nich.......

2022-10-15

1

Misschery

Misschery

bang jono jangan bikin gara....gara.....

2022-10-15

1

alvalest

alvalest

aku ko bau bau horor y

2022-08-12

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!