Bagaikan sebuah mimpi baginya menjadi Cinderella. Kala berjabat tangan dengan tangan sang calon dokter spesialis muda. Berkenalan, saling menggoda, anak tuan tanah yang mengejar cita-citanya. Menyewa apartemen dengan harga yang tidak murah.
Tidak ada kecurigaan dalam benaknya, bahkan dirinya pun ikut berbohong kala itu. Untuk menjerat hatinya, untuk mendapatkannya. Tapi apa ini? Bukan rumahnya? Lalu dimana rumah Haikal sebenarnya.
"I...ini rumah juragan Dirga? Ayahnya dari wanita cacat yang merusak pesta pernikahan kita? Lalu rumahmu dimana? Lebih luas dan lebih besar dari ini kan? Kamu bilang mobil pernikahan tiba-tiba mogok, lalu dimana sekarang?" tanyanya dengan mata menelisik, berharap anggapannya salah.
"Kamu tenang dulu, agar tidak terjadi apa-apa pada anak kita yang ada dalam kandunganmu. Nanti akan aku jelaskan saat kita sampai. Tapi kamu benar-benar mencintaiku kan?" ucap Haikal tidak ingin kehilangan satu-satunya harapan untuk mengangkat derajatnya.
Curiga, sekarang dirinya benar-benar curiga, memiliki firasat buruk. Surat hutang sang wanita cacat yang bernilai miliaran, belum lagi hutang pernikahannya.
Hingga membiarkan dirinya dibimbing Haikal menuju tempat lain. Berdoa dalam hatinya agar rumah Haikal tidak kalah besar. Disaat seperti inilah dirinya baru mengingat Tuhan, ketika menghina Hana dan melakukan hubungan badan dengan berbagai macam pria termasuk Haikal, entah kenapa dirinya bagaikan melupakan keberadaan Tuhan yang melihat segalanya.
Bagaikan sambaran petir yang menghujam dirinya. Kala melewati jalanan yang lumayan becek, bahkan ada beberapa sudut yang tertutupi ilalang. Masih berfikir positif, rumah Haikal mungkin berkonsep villa modern yang menyatu dengan alam.
Dan tibalah saat tekanan terburuk dalam dirinya, villa modern yang berkonsep menyatu dengan alam? Fikiran positifnya ternyata benar adanya. Rumah Haikal benar-benar menyatu dengan alam. Bau kotoran kambing dan ayam yang menyengat. Kandang kambing terletak di sebelah kanan rumah.
Sedangkan kandang ayam berada di sebelah kiri rumah. Dengan beberapa ayam kampung yang dilepas liarkan. Di depan rumah terdapat beberapa tanaman talas dan singkong. Sempurna bukan? Villa berkonsep menyatu dengan alam.
Jemari tangan Zara gemetar,"I...itu rumahmu?" tanyanya menunjuk rumah yang beratapkan genting lama, dengan tembok betako tidak diplester, bahkan lantainya pun tidak dipasangi keramik.
"Kita bicara di dalam ya?" ucap Haikal lembut tanpa menjawab. Membimbingnya untuk masuk ke dalam. Namun, keadaan yang tengah hamil beberapa minggu, membuatnya berlari mengeluarkan isi perutnya beberapa kali.
Zara diperlakukan layaknya menantu idaman, teh manis disiapkan khusus untuknya oleh Sena, bahkan Gio memijit punggung kakak iparnya. Tapi tidak dengan pak Sito, menatap tajam pada mereka.
"Bapak malu Haikal!! Sudah bapak bilang, tetap fokus menjadi dokter!! Pulang, lalu menikah dengan Hana!! Kamu tau tanah yang ada di dekat perempatan!? Juragan Dirga ingin membangun klinik untukmu!! Supaya tidak bolak-balik kerja di kota! Sekalian membuat fasilitas kesehatan warga kampung sini!?"
"Tapi apa!? Setelah tau hal ini, tempat itu akan dijadikan koperasi desa!! Dikelola oleh Hana dan kepala desa! Mereka sedang mengurus ijin dan merekrut anak lulusan SMU yang ada di kampung!" bentaknya tidak terima.
Memiliki besan seorang Dirga merupakan keinginannya. Dapat membalas budi, sekaligus tidak akan ada yang berani mencemooh keluarganya lagi, memiliki menantu Hana, gadis rajin yang pintar, dapat diandalkan.
Apa yang kurang sebenarnya? Hingga Haikal lebih memilih menikahi wanita kota yang tidak jelas asal usulnya.
"Bapak, tenang dulu, Zara akan membantu kita, iya kan Zara? Keluarga Zara bahkan jauh melebihi juragan Dirga," ucap Haikal pada wanita yang kini bersetatus istrinya.
Zara tiba-tiba bangkit, sudah tidak tahan lagi rasanya mengingat uang yang dipinjamnya untuk biaya pernikahan.
Dan kini semuanya adalah kebohongan? Apalagi dengan hutang keluarga Haikal yang mencapai milyaran. Memang akan lunas, mengingat penghasilan sang dokter spesialis. Tapi sampai kapan harus makan nasi dan garam, mirip seperti kehidupannya dulu kala menjadi anak bungsu dari belasan bersaudara.
"Kita bercerai saja..." ucapnya menatap ke arah sang dokter muda.
"Bercerai? Kamu jangan main-main kita sudah menikah. Dalam perutmu juga ada anakku. Lagipula, aku berjanji setelah sampai di kota nanti akan bekerja keras untuk melunasi hutang-hutangku. Tidak akan menyusahkanmu," Haikal memegang jemari tangan istrinya tidak ingin kehilangan satu-satunya harapan setelah melepaskan Hana.
"Iya, kita akan tinggal di rumahmu dikota. Nanti Haikal yang akan melunasi semuanya pelan-pelan," Sena tersenyum, memendam emosinya.
Kenapa harus Haikal yang melunasinya? Bukankah Zara dengan lantang mengatakan dirinya yang tidak rela memiliki madu? Bukannya Zara tidak protes ketika Haikal mengatakan Zara yang akan melunasi hutang-hutangnya pada Hana? Semua pertanyaan kekesalan dipendam Sena.
"Aku tidak mau menikah dengan orang miskin!! Aku juga ingin hidup dengan baik, sama seperti di film-film. Suami pergi bekerja, aku tinggal merawat diri, anak sudah ada baby sitter yang jaga. Tapi mana? Jika hidup disini, setiap hari kalian akan menyuruhku memberi makan ayam, mencari rumput untuk kambing..." bentaknya dengan nada suara tinggi.
"Karena itu, kita akan tinggal di rumahmu, di kota..." Haikal lebih mendekat lagi, namun tanpa diduga, Zara menepis tangannya.
"Aku bungsu dari 14 saudara, pendidikan? Gelar master? Sebenarnya aku hanya lulusan SMP. Bahkan butik, aku tidak memiliki butik, karena itu, aku selalu memintamu membelikan pakaian dan tas..." Zara kali ini benar-benar kesal. Mencintai Haikal? Dirinya sudah cukup jenuh dengan hal yang bernama cinta. Dirinya pernah menjual tubuhnya, mendengar kata cinta dari setiap pria yang menjamahnya.
"Rumah dan mobil juga..." tanya Haikal yang tertegun, mundur, duduk di sebuah kursi kayu.
"Itu bukan rumahku, jika tau kamu miskin, aku yang hanya seorang wanita malam pun tidak akan bersedia menikah denganmu..." ucap Zara melepaskan hiasan rambutnya secara paksa, kemudian membuangnya ke lantai.
Tangan Sena terangkat, hendak menamparnya. Namun, dengan cepat Zara menepis, menampar balik sang wanita paruh baya. "Aku muak pada penipu seperti kalian!"
"Kamu yang penipu!! Jika saja kamu tidak menipu Haikal mungkin sekarang Haikal..." kata-kata Sena terpotong.
"Ibu sudah! Jangan menyerangnya, dia sedang hamil 5 minggu," ucapnya tertunduk, air matanya mengalir mendengar semua kata-kata Zara.
Tidak akan ada wanita yang bersedia mencintai dan menikah dengan pemuda miskin sepertinya? Tapi kenapa Hana yang dulunya tidak cacat, anak seorang juragan, gadis tercantik di kampung menyukainya. Bahkan menunggunya untuk menikah bertahun-tahun.
"Aku memang hamil!! Anak ini akan aku gugurkan! Ingat lunasi hutangmu, menyangkut acara pernikahan kita!" Zara mengambil phoncellnya, berjalan pergi, hendak mencari jalan raya. Menghubungi aplikasi taksi online.
Menggugurkan? Anak yang digunakan untuk mengikat Haikal yang kaya sudah tidak diperlukan lagi. Bukankah lebih baik mati daripada menyusahkan hidupnya nanti.
Seorang wanita yang benar-benar tidak mengerti, betapa berharganya seorang anak. Tangan kecil yang sejatinya dikirimkan Tuhan untuk kebahagiaan orang tuanya. Namun benar-benar akan mati di tangan sang ibu yang tidak menginginkannya.
***
"Wanita tidak punya hati, bahkan pada anaknya pun..." Haikal mengepalkan tangannya, baru sehari pernikahannya. Namun sudah harus menanggung status duda, bahkan janin yang baru berkembang juga akan digugurkan.
"Haikal, bagaimana ini!? Ibu tidak mau menanggung malu..." ucap Sena pada putranya.
"Ini kesalahan kalian sendiri, sudah bapak bilang perlakuan anak juragan Dirga dengan baik. Tapi kalian menutup mata dan telinga. Sekarang bagaimana bapak bekerja, bapak bahkan tidak punya muka berhadapan dengan juragan Dirga,"
"Juragan Dirga yang dulu membantu biaya persalinan ibumu saat melahirkanmu. Juragan juga yang membawa ibumu ke rumah sakit di kota, ketika melahirkan Gio, bahkan Ibumu sempat koma. Kamu fikir siapa yang membiayai semuanya!?" bentaknya, membeberkan semua fakta yang tidak pernah dikatakannya. Alasan dirinya begitu menghormati Dirga, dan menginginkan Hana untuk menjadi menantunya.
"Coba kamu turuti kata-kata bapak, kuliah, pulang, langsung menikah dengan Hana. Sekarang kamu sudah punya klinik sendiri. Istri pintar dan berbakti pada mertua, seluruh warga desa menghormatimu. Sampai keturunanmu juga akan terjamin hidupnya, asalkan tetap setia pada Hana..." Sito menghela napas berkali-kali, tidak mengerti dengan jalan fikiran istri dan anaknya. Yang mungkin menganggap semua orang kota itu lebih kaya, baik dan beradab.
"Bapak, Haikal akan kembali ke kota, bekerja di rumah sakit besar. Dan ikut kerjasama membuka praktek bersama teman Haikal. Melunasi semua hutang kemudian melamar Hana, minta maaf padanya..." ucapnya mulai mengerti, apa arti sebuah ketulusan. Air matanya mengalir, dulu dirinya bagaikan telah buta. Menganggap juragan Dirga sebagai orang terkaya di desa yang sewenang-wenang, dan Hana hanya akan menyusahkan hidupnya.
Tapi ketika dirinya rendah, Hana mengangkatnya. Namun ketika Hana terpuruk, dirinya malah menjadikan Hana sebagai batu pijakan. Dirinya salah, benar-benar tidak mengetahui sebuah ketulusan dan rasa terimakasih.
"Milyaran!! Kapan kamu bisa mengumpulkan uang milyaran!! Bisa mengangkat kembali kepalamu untuk melamar Hana!" teriak pak Sito pada putranya.
"Aku... profesor tempatku kuliah menawarkan pekerjaan di rumah sakit miliknya, karena melihat kemampuanku. Jika aku bersedia bekerja di sana dan dapat menunjukkan kemampuan, dia akan memberikan kedudukan yang lebih tinggi," ucapnya, yang tertunduk tidak dapat menatap Hana lagi, sebelum dapat melunasi semua rasa bersalahnya.
"Dua tahun, dalam dua tahun Haikal akan kembali meminta maaf padanya. Memiliki kedudukan yang tinggi, agar dapat membahagiakannya, Haikal berjanji..." lanjutnya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
weny
nyesel kan....
2022-11-25
2
Misschery
lanjut.....
2022-10-15
1
Misschery
sudah terlambat haikal.....
sesal tiada guna....
2022-10-15
2