Percuma

🍀🍀🍀🍀 Maaf cover dan judulnya aku ganti menjadi "Presdir Masuk Desa". Alasannya judul terlalu panjang. Dan warna covernya terlalu terang, jadi sulit terbaca tulisannya. Maklum aku tidak bisa edit tulisan cover, fasilitas handphone tidak memadai 🤭🤭🤭🤧🤧🍀🍀🍀🍀

Hana terdiam merenungi segalanya, di dalam truk yang masih menurunkan muatan. Di beberapa agen beras terbesar di kota tersebut. 12 tahun bukan waktu yang singkat, apa rasa kasih yang terikat lama dapat pudar oleh gaya orang kota yang berkelas. Entahlah...

Tidak menyadari seorang pria menggedong ranselnya dengan kardus diikat tali rafia di tangannya. Desa yang akan didatanginya? Desa Kalasaka, tempat lahan pertanian yang tidak begitu luas dimilikinya.

Namun uangnya tidak mencukupi untuk membeli tiket travel atau pun menaiki bus. Alamat Desa itu saja tidak diketahuinya dengan jelas. Hingga ada kernet yang mengatakan padanya, ada truk pengangkut beras yang biasanya mendatangi suplayer beras dekat terminal.

"Pak...mau ke Desa Kalasaka? Bisa saya menumpang?" tanyanya, berusaha tersenyum, entah dimana harga diri Nathan saat ini. Sang presiden direktur yang biasa memimpin rapat besar.

"Apa kamu orang kota atau desa? Siapa namamu?" pak Kirjo yang tengah meminum kopi hitamnya menunggu muatan diturunkan mengenyitkan keningnya. Menatap pemuda dengan wajah high quality, tapi membawa kardus layaknya orang desa.

"Saya orang kota, nama saya Jonatan Northan..." ucapnya jujur.

Pak Kirjo terlihat kesal,"Orang kota!? Orang kota tidak bisa dipercaya, Haikal yang dulunya anak baik-baik saja bisa jadi pria bejat!! Kamu tidak boleh menumpang!! Siapa tau kamu komplotan begal yang ingin merampok truk..."

Bagaimana ini.... gumamnya dalam hati berfikir.

"Maaf...nama asli saya Jono. Jonathan Northan, cuma nama samaran supaya tidak terlihat kampungan..." bisiknya tersenyum canggung, menunduk bagaikan orang desa sejati.

"Bilang dari tadi!! Anak muda jaman sekarang, berasal dari kampung saja malu. Nama Jono sudah bagus-bagus diganti jadi Jonathan..." pak Kirjo tertawa, menepuk kencang bahu Nathan atau kita panggil saja sekarang Jono.

Sakit... kesalnya dalam hati berusaha tetap tersenyum.

Matanya menelisik mengamati seseorang yang berada di kursi penumpang bagian depan, dengan kaca masih tertutup. Pakaian kebaya merah tatanan rambut bagaikan sinden. Dengan make up yang luntur mengerikan.

Mata Jono terpejam, mengalihkan pandangannya. Mulai berdoa dalam hatinya ketakutan, keringat dingin mengucur di pelipisnya. Menyangka itu adalah arwah sinden atau wanita zaman dulu korban pemerkosaan.

"Ayo berangkat..." ucap pak Kirjo, usai mengembalikan gelas kopi kotornya ke warung kopi dekat sana.

"Pak kita berdoa dulu, agar tidak diikuti makhluk halus..." tangan Jono gemetar menunjuk pada kursi penumpang di samping kursi pengemudi.

"Owh... itu Hana anak juragan Dirga..." jawab pak Kirjo.

"Hana? Kenapa namanya seperti bukan dari desa?" Jono mengenyitkan keningnya penasaran.

"Ayahnya pak Dirga orang desa, tapi ibunya keturunan tentara Jepang. Yang akhirnya kakeknya kembali ke Jepang di masa penjajahan saat ibunya masih di dalam kandungan. Jadi diberi nama Hana oleh almarhum neneknya..." komat-kamit mulut itu bicara panjang lebar.

"La... lalu saya naik dimana pak?" tanya Jono lagi, tidak mungkin dirinya berdesakan dengan gadis mengerikan.

"Di bagian belakang...kan berasnya sudah di turunkan. Jadi truk-nya kosong," ucapnya tersenyum enteng.

Sudah aku duga, harus naik di truk dengan tulisan 'Ada uang abang sayang, tak ada uang abang ditendang,' ada kalanya aku merindukan supir pribadi dan mobil kesayanganku... geramnya dalam hati masih berusaha tersenyum.

Hujan deras mengguyur, terpal besar ada disana bagaikan atap perlindungan dari hujan baginya. Gelap dan dingin, dirinya sedikit melirik beberapa karung pupuk yang dibeli Kirjo dan sebuah kursi roda yang terlipat rapi dalam perjalanan.

Matanya menatap celah perlak yang terbuka, hujan yang benar-benar lebat. Disertai suara petir, menyertai kepergiannya dari kota.

Sementara di kursi penumpang bagian depan gadis dengan riasan mengerikan itu, meraba kaca jendela truk, menghela napas kasar.

"Hana mau ke kamar mandi?" tanya pak Kirjo ragu.

Gadis itu menggeleng, berusaha tersenyum, "Kalau ingin ke kamar mandi, nanti Hana bilang..." ucapnya.

"Hana, kenapa tidak berobat ke dokter ahli saja? Rumah sakit ikut tetapi atau pengobatan Cina. Maaf, tapi yang bapak tau orang yang lumpuh total biasanya tidak bisa bergerak atau merasakan apa-apa sama sekali. Tapi Hana bisa ke kamar mandi sendiri, lepas kain kebaya sendiri, hanya perlu diantar sampai duduk di toilet duduk..." tanya pak Kirjo tidak mengerti, dengan anak majikannya, yang sepertinya sudah dapat sedikit berjalan atau berdiri beberapa saat.

"Janji..." air mata Hana tiba-tiba kembali mengalir.

"Janji?" tanya pak Kirjo yang masih konsentrasi mengemudi.

"Haikal dulu menyuruhku berjanji, menunggunya wisuda. Menunggunya menjadi dokter spesialis, agar menjadi orang pertama yang menyembuhkan Hana..." jawabnya tersenyum lirih dengan air mata tidak terkendali.

Pak Kirjo menghela napas kasar, namun tiba-tiba memiliki ide gila lainnya."Hana ini saran bapak, lebih baik kamu lapor polisi atas tuduhan penipuan. Janji nikah, janji mau mengobati, kok malah ingkar? Setelah jadi dokter spesialis..." kesalnya, yang sudah menganggap Hana bagaikan anak kandungnya sendiri.

"Tidak pak, kalau langsung lapor polisi uang tidak bisa kembali..." gumamnya, merogoh tas murah miliknya kalkulator kecil dikeluarkannya. Bukti transfer semua sudah disimpannya lengkap. Mengingat Hana memang tipikal wanita yang perfeksionis tentang masalah pengeluaran dan pemasukannya. Tentunya atas ajaran Dirga, sebagai satu-satunya pewaris tanah pertanian dan perkebunannya kelak.

Dirinya sudah cukup lelah dengan semua ini, hubungannya kini sudah kandas. Apa lagi yang kurang?

Hingga truk berhenti di tempat parkir dekat gudang beras. Pak Kirjo berjalan ke belakang, hendak mengeluarkan sang pemuda sekaligus mengambil kursi roda.

"Nak Jono, bangun!! Sudah sampai..." ucapnya membangunkan sang pemuda yang tertidur di dalam bak pengangkut belakang truk.

"Sudah sampai ya?" Jono merenggangkan otot-ototnya yang kaku. Menatap jam di handphone jadul yang dibelinya dengan harga 150.000 rupiah satu bulan yang lalu. Akibat kekurangan uang, usai menjual phoncellnya yang berharga fantastis.

Andai saja, dirinya dapat bekerja di perusahaan atau bank saja. Mungkin hidupnya akan lebih mudah, namun ini bagian dari perjanjiannya dengan Joseph, sang kakak.

Tidak apa-apa, hanya mencangkul satu atau dua tahun uang akan terkumpul. Asalkan mencari tanaman dengan harga tinggi untuk ditanam. Tekadnya dalam hati, ingin menyaksikan kakaknya yang menderita mysophobiya menikah.

Dengan penuh semangat Jono turun dari belakang truk, mulai menguap belum sepenuhnya rela terbangun dari tidurnya. Namun, dirinya tiba-tiba menipiskan bibir, menahan tawanya, menatap seorang wanita dengan makeup luntur mengerikan diturunkan dari kursi penumpang samping supir.

"Ikut syuting film horor dimana?" sindirnya pada sang wanita.

"Di kuburan, tadi kamu tidur dengan kotoran sapi?" tanya Hana menunjuk rambutnya sendiri, bagaikan memberikan isyarat pada Jono ada sesuatu di rambutnya. Menatap sedikit sisa pupuk kering yang didapatkannya dari pedagang sapi, usai menurunkan muatan beras tertinggal di rambut Jono.

"Aaa..." teriaknya, jijik bingung bagaimana harus membersihkannya. Bahkan dengan terpaksa menggunakan air hujan pada rambutnya.

"Makanya, lain kali lihat diri sendiri, dulu..." Hana berbalik, menggerakkan kursi rodanya, mulai mendekati meja tempatnya biasa mencatat hasil bumi. Susu pembersih dikeluarkannya dari dalam laci, hendak membersihkan riasannya.

Beberapa saat berlalu, Jono masih disana menunggu hujan reda. Pandangan matanya sedikit beralih, melirik wanita yang masih duduk di kursi roda namun wajah cantik alaminya telah terlihat. Make up mengerikan hilang entah kemana. Rambut digerai lurus, masih mengenakan kebaya merah.

"Cantik..." gumamnya, bersamaan dengan Hana yang menoleh.

"Maksudku cantik-cantik cacat, juga percuma!!" ucap Jono, mengenyitkan keningnya.

"Tampan tapi miskin juga percuma..." cibir Hana balik, membuat Jono kehabisan kata-kata.

Bersambung

Terpopuler

Comments

ira rodi

ira rodi

ini baru betul...hana gak lemah...kuat tangguh....ceritanya juga lucu....bagus bagus....

2025-03-07

0

glade🌊

glade🌊

hana savageeee🤣🤣🤣👍

2024-09-10

0

Eka suci

Eka suci

Jono ini sodara Jefri ya yg duluan dapat jodoh didesa, ternyata lebih sadis dari Jefri, aku baca novelmu yg tamat ngacak👍🏻

2024-07-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!