Episode 15

Mulai hari ini, In Hyeong akan memulai harinya sebagai seorang mahasiswi jurusan Farmasi di salah satu perguruan tinggi ternama Busan. Dia akan menemukan lingkungan baru, teman baru, pengajar baru dan berbagai hal baru lainnya. Dia pun menolak Yong Hwa dan mereka tetap bersahabat hingga sekarang. Sedangkan, Jin Ho telah berangkat ke Ulsan seminggu sebelumnya bersama Jun Su untuk melanjutkan pendidikan.

“Nona Cha In Hyeong?”

Sontak In Hyeong menoleh ke arah suara dan dengan kening berkerut ia memperhatikan sosok gadis yang kini menghampirinya.

“Anda Cha In Hyeong? ” tanya gadis itu.

“Iya, saya Cha In Hyeong. Ada apa?” tanya In Hyeong datar.

“Saya Han Mi Nam. Kita kemarin sempat satu kelompok saat orientasi kampus. Saya hanya ingin memberitahu Anda kalau kita satu ruangan dan ingin menawarkan untuk duduk di deret yang sama bersama tiga teman kita yang lain,” jelas Mi Nam sambil tersenyum ramah.

“Ha? Oh, ya. Baiklah. Terima kasih.”

“Ya. Sampai jumpa di ruangan, ya.”

Sejak itu, In Hyeong mulai mencoba memasuki dunia seorang Han Min Nam dan tiga gadis lainnya, Bang Mi Ri, Shin Na Ri dan Kang Gyu Ri. Namun, dia yang sempat mengalami trauma mendalam lebih memilih untuk tidak terlalu serius berhubungan dengan mereka.

Dia tidak lagi percaya, terlebih ketika mereka yang menganggap dia sahabat sebenarnya tidak benar-benar tulus. Mereka membicarakan In Hyeong dibelakang, berceloteh tentang kekurangan serta kelebihan yang dia miliki. Bahkan tentang Jin Ho yang sempat mereka tanyakan kehadirannya, mereka tidak percaya jika dia berteman dengan laki-laki seperti Jin Ho.

Tetapi, diantara semua hal buruk itu, dia menemukan seseorang yang tulus padanya. Dan gadis manis tersebut bernama, Choi Eun Hee, teman baru yang sejak awal juga satu ruangan dengannya. Lama memperhatikan Eun Hee, keyakinannya pun terjawab, gadis itu berbeda. Dia sangat baik dan selalu mendukung In Hyeong dalam hal apapun.

-----------

“Apa? Seoul?”

Dalam kamar sewanya di Ulsan kini, tampak raut bahagia dari seorang Joon Jin Ho dan teriakan In Hyeong melalui sambungan telepon hanya membuatnya tersenyum geli.

“Iya, semua surat pindah serta tiketku sudah siap. Aku akan ke Seoul bersama Jun Su dan melanjutkan kuliah di sana.”

“Apa benar-benar tidak ada waktu untuk pulang dulu ke Busan sambil menunggu semua urusan beasiswa itu selesai?” tanya In Hyeong penuh harap.

“Hmm… besok pukul 9.00 pagi aku pulang.”

“Kapan pastinya kau akan berangkat?”

“Dua minggu lagi.”

“Apa selama dua minggu kau akan tetap di Busan?”

“Dua hari sebelum waktu keberangkatan aku akan kembali dan berangkat dari sini.”

“Apa tidak bisa berangkat dari Busan?”

“Tidak bisa. Semua anak yang mengikuti beasiswa lewat Universitas Ulsan harus berangkat dari Ulsan juga.”

“Haah… aku mengerti. Besok aku tidak bisa ikut menjemputmu karena masih ada kuliah. Pulangnya kita bertemu.”

“Iya, aku mengerti.”

Telepon terputus dan sejenak Jin Ho terdiam sambil memutar-mutar ponselnya. Pandangannya tak lama terarah pada sebuah kotak hijau berukuran sedang di atas meja belajar. Dia melangkah pelan ke meja dan menyingkirkan beberapa sketsa gambar sebelum kemudian duduk di kursinya.

Kembali sunyi, ia meraih kotak yang sedari tadi ia pandangi dan membukanya. Sebuah buku tulis dengan sampul kartun snoopy itu terlihat sedikit tidak terawat. Lembar demi lembar ia buka dan setiap lembarannya berisi catatan fisika, kimia, matematika serta pelajaran lainnya. Namun, pada lembar terakhir dia semakin terdiam memandangi tulisannya untuk sesaat.

“Il Woo, sayang selamanya. Il Woo selamanya di hatiku. Tidak ada yang dapat menggantikannya. Il Woo cinta sejatiku,” ucap Jin Ho membaca pelan tulisan yang ia pandangi dengan tatap kosong, “hanya karena kata-kata yang ditulisnya sendiri, dia sampai membuang buku ini setelah aku mengembalikan tanpa melihat isinya lebih dulu,” tambahnya seraya tersenyum sinis.

Lalu, ia membuka halaman tengahnya dan sebuah amplop hijau terselip. Amplopnya tampak sangat rapi, hanya sedikit warna hijaunya berubah kekuningan.

Untuk Gadis Pantai Haeundae

Senyum terukir di wajah Jin Ho usai meraih amplop tersebut dan melihat tulisan di bagian depannya.

“Gara-gara benda ini, aku harus menunggunya di Pantai Haeundae sampai tengah malam,” kata Jin Ho sinis.

Untuk kesekian kali dia diam, lalu melipat kedua tangan di meja dan meletakkan kepalanya. Dia membenamkan wajah dengan tangan kanan masih memegang erat suratnya. Sesaat di kamar kecil bernuansa cokelat dengan penerangan minim tersebut terasa begitu hening, tenang hingga samar terdengar isak seorang Joon Jin Ho.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!