Episode 8

“Uwaa… ini taman bermainnya? Bagus sekali,” seru In Hyeong begitu kagum.

Sementara, Jin Ho yang baru saja turun dari motor dan melepaskan helmnya hanya tersenyum.

“Jin Ho?” panggil In Hyeong yang langsung berbalik.

“Hmm?”

“Kita naik semua wahana didalam sana, ya. Asal jangan yang itu,” kata In Hyeong memelas sembari menunjuk ke arah wahana Roller Coaster yang puncaknya tampak dari luar pintu gerbang.

“Tidak mau,” sahut Jin Ho ketus sambil melangkah masuk.

Dan di sampingnya In Hyeong terlihat berlari-lari kecil untuk mengimbangi langkahnya yang panjang. Tenang hingga sesaat kemudian, In Hyeong yang melangkah di belakang dan tampak asyik dengan ponsel untuk memberi kabar pada Ibunya tiba-tiba menabrak punggung Ji Ho. Kesal dahinya terhantup, ia pun memukul lengan Jin Ho yang seketika menatapnya sinis.

“Kenapa berhenti tiba-tiba?” omel In Hyeong.

“Kau yang jalan tidak pakai mata. Lihat itu.”

Segera, pandangan In Hyeong teralih pada sebuah air mancur berwarna-warni yang jatuh membentuk hati dengan bermacam-macam warna.

“Uwaa…” hanya kata itu yang bisa keluar dari mulut In Hyeong.

Disambut pintu gerbang yang mewah serta air mancur yang begitu indah tentu memperjelas senyum riang In Hyeong yang sejak tadi Jin Ho tunggu.

“Ayo,” ajak Jin Ho sambil menarik tangan In Hyeong.

“Kita mau ke mana lagi?” tanya In Hyeong.

“Itu,” kata Jin Ho sambil menunjuk ke arah wahan roller coaster.

Seketika wajah In Hyeong memucat tetapi, Jin Ho tidak peduli. Dia tetap menarik paksa In Hyeong dan menggenggam tangannya semakin erat.

“Ta, ta, tapi...”

“Ayo, naik.”

Dan malam itu, untuk pertama kalinya In Hyeong melihat Jin Ho secara berbeda. Tidak ada tatap dingin yang biasa dia lihat tetapi, hanya tawa, senyum serta candaan juga perhatian yang membuat dia semakin melupakan masalahnya.

-----------

Pagi berikutnya, In Hyeong di bangunkan dengan suara pesan dari ponselnya.

Dari     : Joon Jin Ho

             Hari ini kujemput.

             Kita berangkat bersama.

Usai membaca pesan itu, senyum terukir di wajahnya tatkala melihat fotonya berdua Jin Ho di meja samping tempat tidur. Sementara, di rumah Keluarga Joon, tampak Jin Ho yang telah berseragam rapi juga tersenyum setelah melihat balasan pesan dari In Hyeong.

Dari     : Cha In Hyeong

             Aku tahu, dasar bodoh.

Lalu Jin Ho mengambil tas selempangnya dan berlari keluar kamar menuruni tangga menuju ruang makan.

“Pagi, Sayang,” sapa seorang wanita paruh baya yang begitu cantik.

“Pagi, Ibu,” sahut Jin Ho sambil mengecup pipi wanita yang tak lain adalah Ibunya, Seo Da Som.

“Kau terlihat bersemangat pagi ini. Apa yang kalian lakukan tadi malam?” tanya Kakak tertuanya, Joon Kyoung Hee.

“Kalian tahu? Kami melakukan hal yang luar biasa tadi malam.”

“Apa yang kalian lakukan?” tanya Kakak keduanya, Joon Kyoung Rye.

“Apa kau menciumnya?” tanya Kyoung Hee penuh semangat.

“Hei!” bentak Jin Ho, “kalian pikir aku semurah itu?! Pantas saja tidak ada pria yang mau mengajak kalian berkencan. Dasar wanita-wanita mesum!” tambahnya.

“Apa?!” teriak Kyoung Hee dan Kyoung Rye bersamaan.

Menyaksikan reaksi kedua kakaknya, Jin Ho pun bergegas menghabiskan sarapannya sebelum kemudian beranjak.

“Ibu, Ayah. Aku pergi dulu,” ujarnya yang lalu pergi.

“Hei, kembali anak nakal!” teriak kedua kakaknya.

“Hati-hati, Sayang!” teriak Da Som.

Tidak peduli dengan apapun sumpah serapah yang ditujukan kedua kakaknya kepada dirinya, kini Jin Ho telah melaju di jalanan yang ramai menuju ke rumah In Hyeong. Dan tak sampai satu jam, dia sudah berdiri di depan pintu rumah Keluarga Cha.

“Kita berangkat sekarang?” tanya In Hyeong.

“Bisa.”

Usai berpamitan pada kedua orang tua serta Adik laki-lakinya, Cha In Woo. Mereka langsung berangkat menuju sekolah In Hyeong yang hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit untuk mereka tiba di depan pintu gerbangnya.

“Terima kasih, ya. Hati-hati.”

“Iya, masuklah duluan.”

Dan bersama hati yang terus berdoa agar bisa melewati hari yang baik, In Hyeong melangkah santai menuju ruang kelas.

“Cha In Hyeong gadis yang kuat. Cha In Hyeong gadis yang kuat. Cha In Hyeong gadis yang kuat. Cha In Hyeong ga… hmph!”

Bisikan penyemangat itu sontak terputus tatkala seorang dari belakang tiba-tiba membungkamnya dan menarik dia ke ruang musik.

“Ja, Jang Joo Yeon?”

Ucapnya tak percaya ketika mendapati gadis berambut pendek yang ia kenal setelah bebas bergerak dan berbicara.

“Iya, ini aku. Duduklah. Kita punya waktu satu jam setengah untuk berbicara karena semua guru mengikuti rapat hari ini.”

Tidak bertele-tele dan In Hyeong pun menuruti perintahnya. Kini, tampak jelas raut serius dari wajah Joo Yeon setelah mereka saling duduk berhadapan.

“Tadi saat masuk sekolah, aku lihat Merry beserta antek-anteknya tampak menceritakan tentang hubunganmu dan Chang Ryu. Dia mengatakan pada semua siswa kalau kau menduakan Chang Ryu,” jelas Joo Yeon cepat.

“Ma, maksudmu?”

“Merry membuatmu dimusuhi anak satu sekolah, dia akan melakukan apapun untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Dia akan menghalalkan segala cara untuk menyingkirkan orang-orang yang tidak disukainya. Entah kau korban yang ke berapa. Hanya Ah Mi yang setia padannya.”

“Ah Mi? Maksudmu Hoon Ah Mi?”

“Iya, maksudku dia. Dua gadis yang begitu ingin populer dengan sekumpulan laki-laki tidak berotak yang sangat mengenaskan.”

“Ta, tapi, kenapa kau begitu kesal dengan Ah Mi? Dia, kan, temanmu. Waktu itu dia juga yang mengenalkanmu padaku.”

“Ya, dulunya dia baik. Tapi, setelah dia berteman dengan Merry, dia berubah. Bahkan padaku pun dia bersikap buruk. Dia memandangku rendah,” kata Joo Yeon penuh sesal.

Mendapati reaksi Joo Yeon yang tampak sangat kecewa, In Hyeong pun hanya bisa  menghela napas pelan sembari mengelus lembut pundaknya.

“Gosip buruk lebih cepat menyebar dan dipercaya. Di sekolah pun para siswa menanamkan aturan raja hutan untuk menindas yang lain, yang kuatlah pemenangnya,” kembali In Hyeong menghela napas pelan, “aku hanya perlu bertahan tiga bulan lagi,” tambahnya.

“Tenang saja, kau tidak sendiri karena aku bersamamu,” kata Joo Yeon tulus, “dan atas nama Yon Bin, aku sebagai adik sepupunya ingin meminta maaf untuk semua yang telah terjadi,” tambahnya.

“Tidak apa-apa. Kau tidak bersalah tentang ini, jalani saja hidupmu,” kata In Hyeong seraya tersenyum manis.

“Ya, kau benar. Aku hanya ingin kita bisa mengungguli nilai mereka pada ujian akhir nanti.”

“Aku setuju.”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!