Setelah dua bulan berpacaran dengan Chang Ryu. Sepulang sekolah, tiba-tiba dia mendatangi In Hyeong yang sedang berdiri disamping motornya dipinggir halaman sekolah yang sudah sepi, lalu meminta putus.
“Merry bilang, kau masih berpacaran dengan pacarmu yang dulu. Kau menduakanku jadi, kita putus saja,” kata Chang Ryu.
Setelahnya, dia langsung meninggalkan In Hyeong tanpa memberikan kesempatan padanya untuk berbicara. Serasa disambar petir dan diterjang angin topan secara bersamaan, sudah jatuh tertimpa tangga pula. In Hyeong di putuskan dan di fitnah secara bersamaan. Hatinya sakit dan berdiri pun dia tak sanggup. Tapi, tidak ada siapa pun di sampingnya saat itu.
Tidak ada Yon Bin yang dulu begitu ramah. Tidak ada Yong Hae yang selalu memeluknya dari belakang saat dia merasa benar-benar sedih seperti ketika dia harus kehilangan neneknya untuk selamanya. Tidak ada Yong Hwa yang selalu membuatnya tertawa.
“Ayo, pulang denganku. Motormu tinggal di sini saja. Besok pagi aku jemput.”
In Hyeong merasa ini seperti mimpi. Jin Ho tiba-tiba datang dan menggenggam tangannya, seperti biasa yang dia lakukan ketika dia melihat wajah In Hyeong yang murung. Terlintas kembali kenangan ketika Jin Ho yang sangat jahat itu menggenggam tangannya, memaksanya bangun dari tempat duduk di dalam kelas yang ramai akan suara teman-teman sekelas karena ia frustasi dengan nilai ulangannya yang rendah. Di bantu Yong Hwa yang mengelus lembut kepalanya sambil berkata…
“Hei, gadis pendek, ini bukan akhir dari segalanya. Kau masih memiliki kami yang akan menghiburmu.”
Senyum ramah dan manis dari Yon Bin. Dan pelukan hangat dari belakang oleh Yong Hae yang sangat senang memeluknya dan selalu berkata...
“Aku sangat menyukaimu, In Hyeong. Kau yang membuatku selalu bersemangat untuk datang ke neraka yang bernama sekolah ini.”
Lamunannya terhenti, ketika dia rasakan sentuhan tangan lembut mengusap pipinya yang basah. Dia memegang tangan yang mengusap air matanya sebelum kemudian membuka mata dan melihat sosok Jin Ho yang telah duduk bersila dihadapannya. Kembali air mata terkumpul di pelupuknya. Ia mengerjap sekali dan seketika terisak sembari memandangi Jin Ho. Dalam hatinya berharap ini bukanlah sebuah mimpi.
“Menangislah sepuasmu. Jadilah gadis menyebalkan yang tidak peduli akan ucapan buruk dari orang-orang di sekitarmu. Jadilah gadis bodoh yang selalu mudah tertipu. Menangislah hari ini dan tersenyumlah besok, buang semua hal buruk yang terjadi di masa lalu.”
Sejenak dia terdiam dan hanya terdengar suara sesenggukan di sela isaknya usai mendengar ucapan Jin Ho
“Anak bodoh, jahat, laki-laki brengsek!” maki In Hyeong sambil memukuli dada Jin Ho, “kenapa kau harus datang? Walaupun besok aku tersenyum dan dapat melupakan semuanya. Tapi kau, Yon Bin, Yong Hwa dan Yong Hae juga tidak akan menyambutku di kelas,” tambahnya.
Kemudian, tangis In Hyeong kembali pecah dan Jin Ho yang semakin terdiam pun perlahan menarik dia ke dalam pelukannya.
Aku mohon menangislah untuk yang terakhir kali dan jadilah kembali gadis kuat yang aku kenal…
-----------
Setelah In Hyeong benar-benar meninggalkan motor dan menitipkannya pada penjaga sekolah. Kini, mereka telah melaju kencang dengan motor auto merah Jin Ho.
“Kita mau ke mana? Ini bukan arah ke rumahku,” tanya In Hyeong heran.
“Ada taman bermain yang baru buka di dekat China Town. Sudah lama aku ingin ke sana tapi, tidak ada waktu.”
“Tapi, kita mengenakan seragam sekolah dan ini hampir petang. Kau yakin kita bisa masuk dengan seragam ini?”
“Lebih baik kau tutup mulutmu. Ikuti saja apa kataku!” bentak Jin Ho.
Mendengar bentakannya, In Hyeong pun sontak mendorong kepalanya. Namun, alih-alih marah, Jin Ho lebih memilih untuk menarik tangan gadis di belakangnya.
“Pegangan yang erat. Kalau kau jatuh aku bisa repot.”
Saling diam hingga satu jam kemudian, Jin Ho memarkirkan motornya di depan tempat sauna.
“Turun. Kita bersihkan diri dan ganti pakaian di sini. Kau masuk duluan dan bawa dompetku,” perintah Jin Ho setelah turun dari motor lalu melepaskan helm dan menyerahkan dompetnya kepada In Hyeong.
Buru-buru ia lari ke sebuah toko pakaian sebelum sempat In Hyeong menjawabnya. Sejenak terpaku dan linglung tetapi, akhirnya ia masuk lebih dulu. Tenang selama setengah jam, ia tampak menikmati waktu berendamnya di kolam air panas.
Sampai tiba-tiba ia beranjak dan segera berlari menuju ruang ganti usai mengenakan handuknya. Dia bergegas membuka lokernya dan ia dapati sebuah tas biru berisi satu set pakaian lengkap.
Pikiran aneh terus melayang sejak ia mengenakan pakaian tersebut, ada rasa kesal yang menyelinap dalam hatinya tentang pakaian yang ia ketahui telah dibelikan Jin Ho itu. Hingga selesai ia membereskan semua isi lokernya dan akan melangkah keluar, ponselnya berdering tanda pesan.
Dari : Joon Jin Ho
Tidak usah berpikiran
macam-macam tentangku.
Tadi aku menyuruh pelayan di toko
untuk memilihkan semua pakaianmu.
Cepat pakai bajumu. Aku tunggu
di luar.
Bergegas ia berlari keluar setelah membaca pesan tersebut dan dilihatnya Jin Ho tengah mengotak-atik ponselnya dengan santai sambil bersandar di motor. Sesaat kemudian, dia berdiri menatap kesal pada Jin Ho yang seketika tersenyum penuh arti.
“Kenapa?!” bentak In Hyeong.
“Tidak apa-apa. Baju itu sangat pas untuk gadis pendek sepertimu,” ejek Jin Ho datar.
“Iisss…” cibir In Hyeong kesal.
Namun, Jin Ho hanya tersenyum sinis setelah memasukkan ponsel ke saku celananya dan langsung menyerahkan helm pada In Hyeong. Dengan wajah cemberut In Hyeong memasang helmnya bersamaan dengan ide nakal yang tiba-tiba muncul dalam pikirannya.
Segera setelah Jin Ho mengisyaratkan padanya untuk naik dan dengan wajah polos, dia menarik kedua ujung syal Jin Ho untuk dijadikan pegangan .
“Uhuk, huek! Hei!”
Tidak dipedulikannya teriakan amarah Jin Ho yang sempat tercekik dan tetap dengan ekspresi tak berdosa ia menjulurkan lidah padanya yang sesaat melihat dia penuh dendam. Namun, sedetik kemudian senyum sinis terukir di wajah Jin Ho yang bersiap men-starter motornya.
“Ayo, pergi,” kata Jin Ho pelan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments