Episode 5

“APA?!” teriak mereka berlima bersamaan.

“Hei, hei!” bentak Goo Hee kesal, “kalian tidak perlu berteriak seperti itu. Aku hanya minta tolong,” omelnya kemudian.

“Tapi, Kak…” ucap Yong Hae memelas.

“Aku sekolah bukan untuk dimanfaatkan olehmu. Hanya karena pemusik yang kalian sewa tidak jadi datang, lalu kau bisa seenaknya bicara pada tim kreatif tentang ide bodohmu. Aku tidak mau!” omel Jin Ho tak mau kalah.

Mendapati reaksi Jin Ho yang sudah bisa ia duga sebelumnya, Goo Hee pun mengatupkan kedua telapak tangannya dan memasang ekspresi memelas tepat di depan wajah Jin Ho.

“Joon Jin Ho, kau tahu sejak awal aku sudah menganggapmu seperti adikku. Kau juga tahu aku sangat sayang padamu karena aku anak tunggal. Kau benar-benar malaikatku. Aku mohon bantu aku, ini perayaan kelulusanku. Tolonglah, aku mohon,” jelas Goo Hee dengan begitu memohon.

Melihat sikap Goo Hee yang lain dari biasanya, In Hyeong pun menyenggol lengan Jin Ho yang tampak kesal namun, tidak ada kata yang keluar sesaat setelah dia menghela napas keras. Cukup lama mereka menunggu keputusan Jin Ho sampai…

“Baik. Kami bantu tapi, aku minta kau siapkan piano,” perintah Jin Ho.

Langsung saja raut wajah Goo He berubah dan sorot matanya pun tampak berseri-seri.

“Siap laksanakan,” sahut Goo Hee riang, “bersiaplah. Aku akan siapkan pianonya,” tambahnya dan lalu berlari pergi penuh semangat.

“Biar aku yang mengurus ini. Kalian tunggu di luar,” perintah Jin Ho.

Mendengar perintahnya, Yong Hwa dan Yon Bin mengangguk tegas sementara, Yong Hae serta In Hyeong tidak sama sekali menjawab. Mereka hanya memandang bingung pada Jin Ho yang kemudian membalas tatapan mereka dengan perasaan kesal.

“Maaf, aku tidak mengerti,” ucap In Hyeong seraya tertunduk.

“Apa kau akan naik panggung sendirian?” tanya Yong Hae tak yakin.

Diam, Jin Ho kembali menghela napas keras dan melempar pandangan pada Yong Hwa serta Yon Bin.

“Bawa anak-anak tidak berotak ini keluar sebelum aku berubah pikiran,” kata Jin Ho yang kemudian berlalu pergi.

Mendengar ucapannya, Yong Hwa dan Yon Bin pun hanya tersenyum.

“Apa dia bilang? “Anak-anak tidak berotak”? Dia benar-benar perlu diajarkan sopan sant…

“Wuooo…”

Bersamaan Yong Hwa dan Yon Bin berseru seraya memegangi kedua tangan In Hyeong yang akan melangkah menyusul Jin Ho.

“Biar aku yang urus Bocah Tengik itu,” umpat Yong Hae.

Tetapi, dengan sigap Yong Hwa meraih tangan adik kembarnya tersebut dan menahannya.

“Sudah, untuk kali ini biarkan dia bertindak sesukanya,” bujuk Yon Bin sambil menggandeng tangan In Hyeong.

“Tapi, dia selalu berlaku seenaknya,” omel Yong Hae.

“Sudahlah. Hanya kali ini,” bujuk Yong Hwa menambahi.

Tenang, akhirnya mereka berdua pun menyerah dan memilih untuk mengikuti Yon Bin serta Yong Hwa menonton Jin Ho dari kursi penonton. Dan tak perlu waktu lama, Jin Ho yang telah duduk dibalik piano pun bisa mereka lihat jelas. Seluruh pasang mata penuh kekaguman tertuju pada sosok yang terkenal akan kenakalannya itu. Malam ini, Jin Ho yang juga dikenal sebagai salah satu dari siswa cerdas tampak begitu berbeda.

Bahkan untuk In Hyeong yang sudah lebih dari setahun berteman dengannya. Melihat Jin Ho memainkan piano dengan penuh ketenangan, membuat wajah In Hyeong bersemu diantara remang cahaya gedung. Ada ingatan yang sempat terlintas dalam pikirannya ketika dia pertama kali melihat sosok Jin Ho. Tawa, senyum dan wajah kesal seorang Joon Jin Ho tergambar sempurna di otaknya detik itu.

Dan Jantungnya pun berdebar kencang ketika tanpa sengaja tatapnya bertemu dengan Jin Ho yang sempat melihatnya di sela-sela permainan. Ada tatap yang berbeda dan tidak pernah ia lihat sebelumnya. Tatapan penuh kasih dan senyum tulus dari seorang Joon Jin Ho untuknya.

 

Sebulan setelah acara prom, Yon Bin yang tiba-tiba memiliki seorang pacar terlihat berubah. Sikapnya yang aneh dan terkadang tampak memberi jarak menjadi sebuah tanda tanya besar untuk In Hyeong. Namun, dia enggan menyelidik lebih jauh dan memilih untuk tetap berkumpul bersama Jin Ho, Yong Hwa serta Yong Hae.

Dan malam itu jadwal mereka berkumpul setelah empat hari penuh bergelut dengan seluruh pelajaran di sekolah. Seperti biasa, dia yang lebih dulu tiba pun langsung melangkah masuk ke kamar Jin Ho. Tetapi, tidak kali ini, langkahnya terhenti tepat di depan pintu kamar yang sedikit terbuka.

Keningnya berkerut tatkala melihat sosok tak dikenal. Seorang anak laki-laki seumuran mereka dengan tubuh sedikit berisi juga kulit yang putih. Walau anak itu tampan dan memiliki fisik sempurna tapi, bukan itu yang menarik perhatiannya. Melainkan rambut merah menyala milik anak itulah yang membuatnya bertanya-tanya.

Siapa?

Batinnya yang sempat terpaku sampai Sang Anak Berambut Merah menoleh padanya. Sejenak dia menatap In Hyeong sinis sampai sebuah senyum manis terukir di wajahnya dan membuat In Hyeong tersentak lalu membalas senyuman itu sekenanya.

“Itu Kim Jun Su, sahabatku sejak kecil. Dia tinggal di depan rumahku.”

Penjelasan tersebut membuat In Hyeong reflek berbalik dan menengadah tatkala Jin Ho yang memiliki tinggi 190cm itu berdiri sangat dekat dengannya. Dia mengerjap cepat mendapati Jin Ho sedikit membungkuk dan tersenyum.

“Jangan aneh melihat rambut Jun Su, itu hasil gen Ibunya,” tambahnya seraya berdiri tegak dan mengusap kepala In Hyeong.

Perasaan aneh yang tiba-tiba menyelimuti In Hyeong pun membuatnya terdiam dan hanya bisa pasrah ketika Jin Ho membalik tubuhnya lalu mendorong dia berjalan masuk ke kamar.

“Jun Su, kenalkan ini Cha In Hyeong,” kata Jin Ho.

Linglung dan tersenyum kaku adalah hal paling sadar yang dilakukan In Hyeong sekarang. Melihat Jun Su berdiri dan memiliki tinggi yang sama dengan Jin Ho tentu membuat dia semakin aneh.

“Jangan takut, aku tidak akan memakanmu,” ucap Jun Su sembari mengulurkan tangan, “aku Kim Jun Su. Senang mengenalmu,” tambahnya ramah.

“Oh! Iya,” sahut In Hyeong sambil bergegas menjabat tangannya, “Cha In Hyeong,” tambahnya yang lalu segera melepas jabatan mereka.

Melihat sikapnya, Jun Su pun tersenyum geli dan melirik Jin Ho yang tengah menatapnya dingin.

“Pantas saja Jin Ho banyak bercerita tentangmu,” ucap Jun Su.

Senyum sinis sempat terukir di wajah Jun Su saat melihat Jin Ho memelototinya. Namun, tatapnya seketika berubah ketika In Hyeong melihatnya heran.

“Kenapa kau bercerita banyak tentangku? Apa kau membocorkan rahasiaku? Kau mau kuhajar?” bentak In Hyeong setengah berbisik.

“Tidak apa-apa. Aku bisa menjaga rahasia dengan baik,” ujar Jun Su seraya tersenyum penuh arti.

Mendengar ucapannya, In Hyeong pun hanya bisa tersenyum malu sembari melirik Jin Ho yang sama sekali tidak mempedulikannya. Dan entah kenapa sejak saat itu, In Hyeong merasa suasana menjadi lebih hidup saat mereka bersama Jun Su daripada bersama Yon Bin.

Jun Su sendiri berbeda sekolah dengan mereka. Dia bersekolah di sekolah kalangan model, artis dan sekumpulan anak populer, tepatnya di Gyeonggi Suwon International School, kelas Ilmu Sosial. Tetapi, Jun Su sendiri tidak terlihat seperti anak-anak di sekolah itu yang pada umumnya bersikap sombong dan meremehkan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!