“Jadi, ini dari Yong Hwa?” tanya Jin Ho.
Sambil menerima surat beramplop kuning yang telah dibaca Jin Ho serta kotak kecil berisi kalung, In Hyeong mengangguk-anggukan kepalanya. Keduanya diam sejenak, sesaat hanya terdengar suara dari milkshake yang disedot In Hyeong dan memenuhi balkon tempat mereka duduk malam itu. Untuk beberapa saat, Jin Ho menatapnya sebelum kemudian mengalihkan pandangan ke langit malam yang dipenuhi bintang.
“Jadi, apa jawabanmu?” tanya Jin Ho.
“Ha?” In Hyeong malah terlihat seperti orang bingung dan menatap Jin Ho yang masih menatap ke atas langit, “jawaban apa maksudmu?”
Jin Ho terbelalak dan menatap In Hyeong yang tampak seperti orang bodoh.
“Kau tahu, kan, Yong Hwa suka padamu?”
“Apa? Yong, Yong Hwa menyukaiku?” teriak In Hyeong tak percaya.
“Hei, ka, kau sama sekali tidak mengerti maksud surat Yong Hwa?”
Sontak In Hyeong menggeleng cepat dan membuat Jin Ho semakin syok.
“Ya Tuhan, Cha In Hyeong, kau ini lulusan terbaik SMA Busan. Yong Hwa ingin kau menjadi pacarnya?”
“Ha? Pacar? Aku tidak menemukan kata pacar dalam kalimat Yong Hwa di surat itu,” sahut In Hyeong heran.
Terdengar helaan keras Jin Ho yang tampak berusaha menahan rasa kesalnya.
“Kau ingat kalimat, “akulah bintang yang mengharapkanmu”?”
Segera, In Hyeong mengangguk penuh semangat.
“Kalimat itu yang menandakan dia ingin kau menjadi pacarnya. Dia menyatakan perasaannya padamu lewat kalimat itu.”
“Ha? Oh,” sahut In Hyeong datar.
“Hei, Cha In Hyeong, aku serius!” teriak Jin Ho.
“Aku juga.”
“KAU? Aish… menyebalkan!”
Melihat Jin Ho yang semakin kesal, In Hyeong masih bisa santai dan melanjutkan minum milkshake-nya. Lagi, Jin Ho menghela napas sebelum akhirnya, kembali memandangi langit.
“Jadi, kau tidak mau menjadi pacar Yong Hwa?”
“Tidak.”
“Tapi, waktu itu kau bilang, kalau kau suka padanya?”
“Awalnya aku suka. Tapi, setelah ingat dia pernah berpacaran dengan Min Ah, aku tidak tertarik lagi. Waktu itu aku sempat tidak menegur Min Ah karena merasa dikhianati olehnya sebab ia pernah mengatakan, jika dia ingin menjadi pacar Yong Hae, bukannya Yong Hwa,” jelas In Hyeong seraya tertunduk lesu.
Sejenak Jin Ho memandangi In Hyeong sebelum kemudian merampas milkshake-nya.
“Hei!” teriak In Hyeong kesal.
“Apa? Kau keberatan? Milkshake ini juga aku yang membelinya.”
Mendengar pernyataannya, In Hyeong pun hanya bisa cemberut dan membetulkan posisi lalu ikut memandangi langit.
“Apa sekarang kau masih marah pada Min Ah?”
“Tidak terlalu.”
“Kalau kau memang tidak ingin menjadi pacar Yong Hwa, lebih baik kau berikan jawaban itu sekarang atau kau bisa pikirkan lagi sebelum benar-benar menolaknya. Siapa tahu saja kau masih menyimpan perasaan padanya.”
Usai mendengar perjelasannya, In Hyeong hanya menghela napas sembari bersandar di bahunya. Sesaat Jin Ho menatapnya yang telah memejam dan tampak lelah.
“Aku bingung,” ujar In Hyeong pelan, “Joon Jin Ho, apa kau tidak pernah menyukai seseorang? Apa kau tidak pernah merasakan sayang pada seseorang?” tambahnya.
Mendengar pertanyaan In Hyeong, dia tiba-tiba tersedak dan terlihat sangat terkejut.
“Apa? Uhuk, uhuk, uhuk, uhuk.”
Sontak In Hyeong langsung membuka mata dan menatap Jin Ho yang kepayahan.
“Apa kau baik-baik saja?”
Tidak ada jawaban yang keluar dari mulut Jin Ho usai menyodorkan milkshake-nya pada In Hyeong dan bergegas lari ke toilet.
“Apa pertanyaanku salah?” tanya In Hyeong heran.
Sesaat kemudian, In Hyeong kembali membetulkan posisi dan memandangi langit sambil menyedot milkshake-nya. Sementara, Jin Ho hampir muntah karena tidak bisa menahan batuknya.
Ia meludah ke wastafel, memutar krannya dan berkumur. Setelah mengeluarkan air kumurannya, dia mematikan kran dan menatap dirinya di cermin sambil mengelap bibir dengan punggung tangan.
“Hah! Hah! Joon Jin Ho, kau itu laki-laki bodoh, pengecut.”
Puas memaki dirinya sendiri, Jin Ho kembali membuka kran dan mencuci wajahnya. Dan cukup lama sampai akhirnya ia memutar kenop pintu toilet…
“Huaaaaaa…”
Sontak terdengar teriakannya yang seketika terduduk di lantai saat melihat In Hyeong yang memakai handuk kecil di kepala dan menyenteri wajahnya dari bawah sambil menyeringai.
“Hahahahahahaha…”
Seketika ledakan tawa In Hyeong memenuhi lantai dua rumahnya. Sementara, Jin Ho hanya bisa mendengus kesal sebelum kemudian berdiri seraya menatap tajam In Hyeong. Dan merasa dia telah melakukan kesalahan, In Hyeong pun mengambil langkah mundur dengan berhati-hati sebelum akhirnya mengejutkan Jin Ho dengan berlari lalu melompati sofa di ruangan tersebut.
“Ahahahahaha…”
Gelak tawa In Hyeong kembali memenuhi ruangan tatkala Jin Ho merasa semakin kesal karena tidak bisa menangkapnya. Sampai dia melompat-lompat di atas kursi dekat pagar balkon dan kejadian yang sama hampir terulang jika Jin Ho tidak bergegas meraih tangannya.
“Hah! Hah! Hah!”
Sesaat hanya terdengar suara napas Jin Ho yang tidak beraturan, tangannya tampak gemetar. Jantung Jin Ho berdebar kencang, pikirannya kacau dengan wajah yang pucat dan rasa takut yang menyelimuti membuat dia memeluk In Hyeong begitu erat.
“Ja, jangan jatuh dari tempat tinggi seperti ini saat aku tidak ada di bawah untuk menjadi matrasmu.“
Rasa takut yang sama membuat In Hyeong hanya bisa mengangguk seraya meneguk ludah kuat.
“In Hyeong...”
Mendengar teriakan yang mereka kenal, sontak keduanya saling dorong dan menjauhkan diri.
“Joo, Joo Yeon!” seru In Hyeong gugup.
Sekilas ia melirik Jin Ho yang hanya bisa tertunduk sambil memijat-mijat tengkuknya.
“Ada apa? Kalian tampak gugup? Apa yang sudah kalian lakukan?” tanya Joo Yeon sembari menodong mereka dengan tatapan menyelidik.
“Mm… Jin Ho, bukankah ini sudah malam? Apa kau tidak mau pulang sekarang?” tanya In Hyeong penuh arti.
“Oh, ya!” seru Jin Ho yang seketika paham akan maksud dari pertanyaannya, “kalau begitu aku pulang dulu. Joo Yeon, selamat malam,” tambahnya seraya berlalu
pergi.
Sedangkan, Joo Yeon masih dengan tatapan heran melihat kearah In Hyeong yang tersenyum aneh padanya.
“Sebenarnya apa yang terjadi? Kau dan Joon Jin Ho?”
“Hah? Aku dan dia? Tidak ada apa-apa. Ayo, aku tunjukkan novel baru padamu. Cepat.”
“Ta, ta, tapi, Jin, Jin…”
Joo Yeon terus menunjuk-nunjuk Jin Ho yang sudah tidak tampak lagi karena dia masih begitu penasaran.
“Ayo, cepat, cepat,” kata In Hyeong sambil mendorong paksa Joo Yeon masuk ke kamarnya.
“Kau harus jelaskan ini padaku? Apa yang sudah kalian lakukan sebelum aku datang?”
“Tidak. Tidak. Tidak.”
Sementara, Jin Ho yang sudah duduk di atas motornya, terlihat menatap ke arah kamar In Hyeong yang begitu terang. Tak lama, ia mengenakan helm dan menjalankan motornya meninggalkan rumah In Hyeong.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments