The Bitter Three

The Bitter Three

Bukan Pilihan

BRAKK!!

Susan menggebrak meja di hadapan Papa dan Mamanya. Wanita berusia 27 tahun itu diselimuti amarah yang amat sangat.

"Sus..."

"DIA SUDAH PUNYA DUA ISTRI, PAPA!!" teriak Susan memotong ucapan Papa.

Papa hanya menghela napas dan menipiskan bibirnya, menunggu anak perempuan satu-satunya itu melampiaskan amarah.

Dari dulu Susan memang memiliki watak keras kepala dan angkuh, jadi kedua orang tuanya cenderung membiarkannya mengambil kegiatan yang ia sukai sebebas mungkin.

Tapi kali ini, Susan tidak bisa mengelak.

Video berdurasi beberapa detiknya sudah tersebar di media sosial. Walaupun mereka membayar mahal beberapa hacker untuk menghapus semua data sampai ke akar-akarnya, tetap saja aib tidak bisa dilupakan secepat itu.

Jadi, Susan harus menikah.

Kali ini, HARUS.

Dengan pria pilihan Papanya, karena Papa sangat malu terhadap kelakuan putrinya tersebut.

"Tetapi mereka tidak berZINA, Susan." desis Papa. "Semua itu pernikahan yang sah, di mata hukum dan agama, TIDAK SEPERTI KAMU,"

Pukulan telak bagi Susan.

"Saya juga punya harga diri, Pah!"

"Tidak, harga diri kamu sudah habis di mata Papa. Seperti kamu menghabisi harga diri Papa di hadapan 267juta masyarakat Indonesia!" Papa berbicara dengan tenang, tetapi tajam.

"Berhubungan di luar nikah sudah bukan hal tabu di masyarakat kita," Susan mencoba membela diri. "Toh, pekerjaan dan karierku lancar, kita masih bisa makan mewah setiap hari, hal-hal yang kulakukan itu sudah jadi biasa,"

"Oh, biasa mela-cur seperti kamu yah," sindir Papa.

Susan memekik, "Papa!"

"Papa masih punya agama, maaf, jadi tindakan seperti itu di mata Papa adalah perbuatan hina. Kalau kamu bertobat, Papa masih bisa maafkan, tapi kamu dan kepala kamu yang keras itu membuat Papa harus mengambil tindakan,"

"Dipikir aku mau saja menikah, ha? Tidak semudah itu Pah. Aku hidup di jalan yang aku sukai. Hukum di Jakarta tidak mengatur mengenai perzinahan sesama orang single yang dilandasi suka sama suka. Aku ngga bisa dihukum cambuk. Tapi kalau sampai aku menikah dengan embel-embel 'dipaksa', aku masih bisa menuntut dengan tuduhan perbuatan tidak menyenangkan!" Susan mulai mengancam.

"Maksudnya kamu mau menuntut Papa Kandung kamu di meja hijau, karena menjodohkan kamu?" Papa tersenyum sinis. Menunjukkan kalau ia tidak gentar dengan hardikan Susan.

Susan menaikkan dagunya.

"Betul!" sahutnya percaya diri.

"Astaga, kamu naif sekali. Dipikir Pengadilan ngga sibuk ngurusin negara dan hanya mengurusi kamu? Memang kamu siapa? Hanya anak yang suka menghardik orangtuanya sendiri," sindir Papa.

Mama akhirnya menghela napas.

Papa dan Susan dari sejak lama tidak bisa disatukan.

Dari mulai Susan bersikeras masuk ke SD Swasta dan menolak masuk SD Islam, sampai anak itu berbuat keributan di pesantren dan melawan para guru-gurunya dan akhirnya dikembalikan ke orang tua, Susan melawan Papanya terang-terangan.

Papa dan anak perempuannya yang begitu mirip bagaikan pinang dibelah dua.

Jadi sebelum keduanya bikin rumah hancur, jadi harus ada yang menengahi.

"Susan, dengarkan Mama, kalau kamu tidak bisa mendengarkan Papa," sahut Mama dengan suara rendah.

Susan langsung diam.

Dia takut pada Mama.

Dalam keluarga besar mereka, dominasi wanita lebih kentara.

Mama jarang bersuara, namun selalu mendukung suaminya dari belakang.

Ia mencintai suaminya dengan tulus, namun jarang memperlihatkan emosinya.

Kehidupan masa mudanya yang keras, karena dari kaum minoritas, membentuknya menjadi pribadi yang bersahaja.

Namun, banyak yang bilang, kesuksesan Papa sedikit banyak dipengaruhi oleh andil Mama.

Mama datang ke Indonesia, dari negeri tirai bambu. Dia berasal dari suku Uighur dan berprofesi sebagai guru Bahasa Inggris dan tadinya tujuannya ke Indonesia untuk study banding.

Sejak tinggal di Indonesia, dia sudah mencintai negara ini. Ia bisa membaca Al Quran dengan bebas, memakai hijab setiap hari, tidak ada yang menegurnya untuk memiliki agama, ia bahkan bisa melanjutkan kuliahnya di Jurusan Hukum memakai visa pelajar.

Dan setelah itu selama 1 tahun ia berkutat dengan birokrasi kedutaan untuk mengajukan menjadi WNI.

Sedangkan Papa berasal dari keluarga pedagang di glodok. Tadinya agama tidak menjadi hal penting baginya. Ia dididik menjadi pengusaha.

Sampailah masalah saat ia dihadapi dengan legalisasi dan kontrak ekspor import.

Papa bersekolah asal-asalan di sekolah Kristen dekat gereja di Pasar Baru. Asal masuk, asal lulus, karena fokusnya hanya berdagang.

Ia bahkan merasa kuliah hanya buang-buang waktu.

Jadi ia tidak lancar Bahasa Inggris, tidak bisa Bahasa China, dan tidak mengerti mengenai legalisasi.

Saat itu Mama sudah bekerja di kantor Notaris sebagai staf di bagian permasalahan legalisasi kontrak kerja, dan bertemulah mereka.

"Susan," Mama berbicara demgan lembut, namun penuh ketegasan. "Kami sebagai orang tua yang sangat mencintai kamu, tidak ingin melihat kamu hidup dalam aib,"

"Aib mengenai hubungan seksual bagi laki-laki akan cepat dilupakan. Namun bagi wanita, akan berdampak ke bisnis dan kehidupannya seumur hidup. Mulai saat ini, semua relasi, klien, bahkan karyawan kamu, akan meremehkan kamu. Seberapa besar pun prestasi dan cuan yang kamu hasilkan, kamu akan direndahkan. Apakah kamu pernah terbayang mengenai meeting dikelilingi banyak laki-laki dan yang dibahas hanya hal porno dan vulgar mengenai tubuh kamu?"

Susan membeku mendengarnya.

Ia tidak berpikir sejauh itu.

"Laki-laki akan berpikir kalau kamu bisa dipakai dengan iming-iming kontrak." lanjut Mama.

"Dan bagaimana dengan pemegang saham, masihkah mereka percaya padamu? Laki-laki banyak pacar banyak istri bisa jadi sebuah prestasi gemilang. Tapi wanita dengan banyak pacar banyak suami akan jadi apa sebutannya? Lon-te? Kamu mau hidup seperti itu? Perhiasan dan tas mahal yang kamu pakai akan dicap sebagai hadiah dari sugar daddy walaupun kamu sebenarnya membeli sendiri dari jerih payah kamu."

"Astaga, Mama," Papa menghela napas. Ucapan istrinya sangat mengena, ia bahkan bisa melihat bibir Susan gemetar.

Susan mengalihkan pandangannya ke samping dengan mata berkaca-kaca.

Mama selalu tahu dirinya.

Kelemahannya,

Cara menguasainya,

Cara membujuknya,

Juga kesukaannya.

"Susan, sekarang semua sudah terlanjur terjadi. Yang bisa kita lakukan adalah mencegah orang lain menganggap remeh kamu. Calon suami yang diajukan Papa adalah... Yah, kamu tahu sendiri sepak terjangnya di dunia bisnis. Sejak Kakaknya meninggal dan Ayahnya sakit-sakitan, ia pulang ke Indonesia dan melanjutkan Perusahaan hingga melejit seperti saat ini."

Mama berdiri dan memberikan tablet berisi data diri calon suami Susan.

"Susan, kamu tahu sendiri kualitas David Yudha, calon suami kamu. Kalau kamu jadi istrinya, semua omongan nyinyir dan julid akan teredam. Maaf saja, Mama bukan ingin harta keluarga Yudha. Kita juga sudah hidup berkecukupan. Tapi yang Mama pikirkan adalah nama bersih kamu." Mama kembali duduk sambil menyilangkan kedua tangan di dadanya.

Sungguh, ia mengerti kesulitan Susan.

Sebagai sesama wanita, momok 'menjadi istri ketiga' benar-benar terdengar miris.

Wanita mana yang tidak ingin menikah dengan orang yang ia cintai.

Namun bagaimana dengan menikah karena tujuan bisnis?!

Melihat anak semata wayangnya kesulitan, dalam hatinya ia sangat sedih. Namun kalau ia menunjukkan perasaannya, Susan akan semakin labil.

Mudah-mudahan rumah tangga Susan nantinya akan baik-baik saja.

Terpopuler

Comments

Ͻᴉɯɐɹ ꟽɐɹᴉɐ𝐙⃝🦜😎

Ͻᴉɯɐɹ ꟽɐɹᴉɐ𝐙⃝🦜😎

Baca lagi 🤭

2024-08-27

0

Cut SNY@"GranyCUT"

Cut SNY@"GranyCUT"

novel keenam karya authòr Septira W. yang saya baca nonstop sebulan ini sejak pertengahan bulan Juli..

2024-08-19

0

Rose_Ni

Rose_Ni

gak bosan2 baca ni novel

2024-03-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!