Sentuhan Pertama

"Alwa, diam di sana. Saya mau bicara dulu dengan Susan," ujar David sambil menggeret Susan ke kamar wanita itu, lalu menutup pintunya.

"Apa?" Susan menengadahkan tangannya tak mengerti.

"Aku nggak bisa mengizinkan hal itu terjadi!" desis David dengan suara rendah. Kamar Susan memang kamar yang paling kedap suara karena dirancang demikian. Karena wanita itu suka mendengarkan musik klasik saat bekerja di kamarnya dengan volume agak keras.

"Hal apa?!"

"Mengizinkan Alwa pergi berdua aja dengan Raka!"

"Apa salahnya? Aku sering pergi berdua saja dengan Raka,"

"Kamu dan Alwa berbeda, Alwa masih polos,"

"Raka bisa menjaganya,"

"Lalu mau dikemanakan harga diriku? Orang-orang akan melihat Alwa pergi dengan laki-laki yang bukan mahram, berdua! Hanifah harus ikut,"

"Ipah tak perlu ikut," Susan menatap David dengan mata berkilat. "Aku hanya mencoba membantu kamu melepaskan salah satu tanggung jawab,"

"Maksud kamu?" David menatap Susan curiga sambil berkacak pinggang.

Susan balas menatapnya dengan tatapan malas. "Ya ampun, jangan bilang kamu semunafik itu. Waktu itu bilangnya kamu mencintai mereka, lalu mengaku kalau kamu mencintai dalam lingkup saudara, lalu sekarang malah overprotektif, kamu itu sebenarnya maunya apa, David Yudha?!" Susan berjalan ke arah kamar mandi sambil melepaskan blazernya, lalu melemparkannya ke dalam box laundry di depan pintu toilet.

"Kamu bilang ... Aku munafik? Kamu serius?!" desis David tak percaya Susan tega menuduhnya begitu. Dikatai mesum masih bisa ia tahan, sekarang malah dikatai munafik. Besok apa lagi sumpah serapah yang keluar dari mulut istrinya itu?

"Lalu apa namanya?!" tanya Susan sambil meloloskan gaunnya ke atas kepalanya.

Tersisa bra dan panty sutra, berenda dan menerawang.

David diam.

Rasanya ludahnya terhenti di tengah tenggorokan.

Wanita itu menggulung rambutnya ke atas dan mengikatnya, sehingga tengkuknya terlihat. "Izinkan saja, Raka tidak akan macam-macam kalau kuperingatkan,"

"Bagaimana pun dia laki-laki asing,"

"Dia tidak terlihat asing bagiku. Bagiku, justru kamu yang begitu. Kupikir Alwa dan Ipah juga berpikir begitu. Aku baru saja melihat dari sikap Alwa meminta izin padamu, tidak ada keakraban diantara kalian," sahut Susan. Wanita itu membuka seluruh pakaiannya, melemparkannya ke box laundry dan masuk ke dalam kamar mandi untuk mencuci mukanya.

David hanya bisa berdiri mematung. Ia langsung tidak fokus berpikir.

Cantiknya Susan,

Melebihi bayangannya selama ini.

David menghabiskan waktu di Amerika, dengan kondisi sosoknya yang tampan. Tak jarang para wanita menggodanya, dengan sukarela menampakkan seluruh tubuh mereka di hadapannya.

Selama ini David tidak tergoda. Ia tidak bergeming karena terasa membosankan untuknya. Saking seringnya disuguhi.

Namun makhluk menawan di depannya ini ...

Kenapa bisa begitu memikat?!

David hanya bisa terpaku menatap pintu kamar mandi.

Sampai 5 menit kemudian,

Tok

Tok

Tok

"Ya?" gumam David.

Alwa perlahan membuka pintu kamar Susan dengan ragu. "Anu, Abi? Jadi ... Bagaimana?" tanyanya takut-takut.

David menghela napas dan duduk di pinggir ranjang Susan.

"Kamu kenapa tiba-tiba mau ke spa dan salon?" tanya David lembut.

Alwa masuk ke dalam kamar dan berdiri dengan canggung.

"Hem, Ka-karenaaaa ... " Alwa ragu-ragu mau cerita.

David masih menunggunya bicara.

Susan keluar dari kamar mandi dengan handuk melingkari tubuhnya. "Karena kamu memundurkan jadwal bercinta, dia merasa insecure. Apalagi David?! Dasar laki-laki nggak peka!" herannya Susan mengatakan hal itu sambil menyeringai geli.

David dan Alwa bagai tertohok. Kena telak!

Susan membuka handuknya dan melemparkannya ke salah satu sofa di dekatnya. Alwa ternganga melihat tingkahnya. Terlebih melihat sosok yang tadi siang ia lihat di video, kini nyata terpampang di depannya!

Sungguh bahkan lebih mempesona jika dilihat langsung! Sangat mulus tanpa cela, seakan tidak berpori!

Alwa semakin merasa tidak percaya diri.

Lalu ia melirik David.

David hanya menunduk, berusaha mengalihkan pandangannya dari Susan. Namun bisa terlihat kalau pria itu malu karena daun telinganya sangat merah.

Susan masih melanjutkan pendapatnya. "Wanita tidak mencari se-ks. Bagi kami itu urutan kesekian. Dalam suatu hubungan yang terpenting adalah 'perhatian'. Dan hanya saat itu Alwa bisa memiliki kamu seutuhnya, walaupun masih berpakaian. Dan David, kamu menolaknya, malah kamu memilih mengobrol denganku! Jerk Husband of The Year! Congratulatioooon!" sindir Susan.

"Hem," David mengangguk, lalu menatap Alwa dengan wajah kaku, "Benarkah itu?" tanyanya.

"Eh? A-a-akuuu ... Hanya ingin terlihat lebih cantik di mata Abi. Karenaaaa ... " Alwa mengernyit. Rasanya semua alasan terasa kurang pas.

"Karena Suleyman memperlakukan Alwa dengan mesra, berbeda dengan kamu. Benar Alwa?" tanya Susan.

Telak lagi!

Alwa menghela napas, "Yah," hanya itu yang wanita itu gumamkan. Lalu ia terdiam. Semua sudah dijawab Susan.

"Bukan maksud saya memperlakukan kamu begitu, Alwa. Saat itu ada urusan mendesak," desis David.

Susan mengenakan piyama tidurnya. One piece putih berbahan satin yang tipis. Terlihat cetakan puncak dadanya di sana.

"Ta-tapi selama ini, sesibuk apa pun, Abi selalu menyempatkannya," gumam Alwa. "Belakangan, perhatian Abi terus menerus ke Mbak Susan, dan akhirnya aku menyadari kalau aku ..."

Semua diam menunggu Alwa melanjutkan. Namun Alwa malah meneteskan air mata.

David menghela napas lagi sambil mengacak-acak rambutnya.

Dan Susan hanya menyeringai.

"Alwa, tunggu di luar. Kami mau berdiskusi sedikit," desis Susan sambil melambaikan tangan mengusir Alwa.

Alwa langsung lari keluar kamar dan menutup pintunya. Bagaikan mahasiswa selesai sidang skripsi dalam remuk redam dibantai dosen penguji.

"Dia menangis, sesalah itu aku? Apa bercinta sangat penting dalam hubungan ini?" gumam David.

"Apa kamu frigid?"

"Aku nggak frigid,"

"Pria normal tidak akan menolak tawaran bercinta, kecuali," Susan tidak melanjutkan kalimatnya.

David berbaring terlentang di ranjang Susan, "... Kecuali tidak ada cinta," sambung pria itu dengan suara pelan.

Susan tersenyum masam.

Wanita itu perlahan naik ke tubuh David yang sedang berbaring sambil memejamkan matanya, mendadak David merasa sangat lelah.

Sampai-sampai tidak menyadari kalau Susan merayap di atas tubuhnya.

Ia baru membuka matanya dan terduduk dengan kaget saat Susan duduk tepat di atas senjatanya.

"Percayakan padaku Pak Sultan," bisik Susan sambil mendekatkan wajahnya dan menyentuh bibir David, mencegah pria itu berbicara. "Biarkan Alwa pergi, Raka akan menjaganya. Alwa melakukannya untuk kamu, Raka melakukannya untukku. Kita impas. Kalau kamu izinkan, akan kuberi hadiah langsung,"

"Hadiah ... langsung?!" David mengernyit tak mengerti.

"He-em," Susan menaikkan sebelah alisnya sambil menatap David dengan pandangan menggoda.

"Dan itu adalah?" tanya David waspada.

"Bilang oke dulu ke Alwa, sekarang," desis Susan dengan senyuman semanis dewi khayangan.

David membeku.

------***------

"Alwa," David melongokkan kepalanya dari balik pintu kamar Susan.

Alwa yang menunggu di ruang keluarga buru-buru menghampirinya.

"Ya Abi?"

David menyerahkan kartu debit dari salah satu Bank. "Besok, gunakan seperlunya, pergilah. Tapi jaga kehormatan kamu," kata David.

Alwa menatapnya dengan mata berkaca-kaca karena terharu. "Ah! Abi ... "

"Sudah malam, tidurlah lebih cepat. Besok pagi Raka jemput kamu," kata David sambil menutup pintu kamar.

Alwa pun masuk ke kamarnya sendiri dengan hati berbunga-bunga.

Dan David?

------***------

"Puas?" tanya David sambil duduk kembali di pinggir ranjang.

Susan tersenyum puas.

Lalu ia menurunkan resleting celana David.

"Sekarang, hadiah langsungnya," bisik Susan.

"Ini tidak terasa benar," tapi David tidak melakukan apa pun untuk mencegah Susan.

"Ini malah terasa yang paling benar untukku, aku melakukannya dengan SUAMIKU sendiri. Halal, iya kan?" desis wanita itu. Pertanyaan yang tidak butuh dijawab.

"Kamu bilang, kamu tidak mau menyentuhku," desis David.

"Sebelum aku mengetahui motif kamu menikahi mereka. Sekarang, aku berubah pikiran," kata Susan sambil membuka bibirnya.

Dan memasukkan tubuh David ke mulutnya.

Terdengar desah-an David, menyiratkan kenikmatan tiada tara.

Pria itu menengadahkan kepalanya dan memejamkan matanya. Merasakan setiap sentuhan lidah Susan.

Susan, istrinya.

(Pembaca yang budiman, hehe, aturan mengenai boleh atau tidaknya Oral Sek-s masih menjadi bahan perdebatan di kalangan ulama. Sebagian besar ulama mengatakan kalau hal itu sah-sah saja dilakukan oleh suami-istri yang sudah halal.

Namun, apakah Susan peduli hal itu?

Jelas tidak.

Ia jenis wanita yang cenderung melakukan apa pun yang ia suka. Dan David pun yang baru saja menapaki jalur lurus mudah terhipnotis oleh pesona Susan.

Mulai kini akan ada banyak pendidikan 'cinta' dari Susan. Bersiap-siaplah, hehe).

Terpopuler

Comments

🍊 NUuyz Leonal

🍊 NUuyz Leonal

tutor yang sudah berpengalaman ini wkkwkw

2023-10-08

0

Elisanoor

Elisanoor

boleh, buat suami istri mah

2023-08-14

0

Vlink Bataragunadi 👑

Vlink Bataragunadi 👑

iya tante iyaaaaaa ^o^

2022-11-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!