Shoping

"Ayo masuk, mbak-mbak," sahut Susan sambil memberi kode ke Alwa dan Hanifah supaya mengikutinya masuk ke ruangannya.

Susan duduk di kursi kulit di belakang meja kerja, sementara Alwa dan Hanifah duduk di depannya.

"Mau apa?" tanya Susan dengan nada sinis.

Alwa langsung menunduk segan. Sementara Hanifah yang sudah lebih mengenal Susan, sudah menyyesuaikan diri dengan perangai wanita itu yang cenderung judes, namun sebenarnya maksudnya tidak begitu.

"Tadi kan Mbak Susan belum sarapan, nah ini croissant bikinan saya, dicoba ya mbaaaak,"

Susan mengangkat alisnya.

"Jauh-jauh ke sini cuma mau antar itu?!"

"Aku ngerti kalau mbak Susan bisa membeli sarapan sendiri. Tapi sarapan dari saya berbeda, Mbak. Lebih sehat dan rasanya lebih natural,"

"Itu, cadar kamu bisa dibuka aja nggak? Saya ngga bisa lihat wajah kamu lebih jelas. Nanti kalau keluar ruangan kamu mau pake lagi ya terserah," Susan mengulurkan tangannya menerima kotak bekal Hanifah dan membuka isinya.

Seketika aroma harum croissant menyelimuti ruangan.

Alwa dan Hanifah saling berpandangan "Mbak Susan, suka ada yang mondar-mandir masuk ruangan?"

"Paling Galuh atau Raka," sahut Susan sambil mencuil croissant buatan Hanifah dan menggigitnya.

Enak,

Apa aku yang lapar?!

Tapi memang enak sih.

Pikir Hanifah sambil menggigit sepotong lagi untuk memastikan rasanya.

Sementara Alwa dan Hanifah membuka cadarnya.

"Gimana Mbak rasanya?" tanya Hanifah dengan mata berbinar.

"Lumayan," Susan masih dengan keangkuhannya. "Kamu bisa buka toko kue sebenarnya, rasanya malah lebih enak dari pada toko kue mahal langganan saya," kata Susan.

Wah, tak disangka Susan mengakui kelebihan Hanifah.

"Makasih Mbak, habiskan ya," sahut Hanifah.

"Tadi Mbak Susan belum baca doa sebelum makan kayaknya," bisik Alwa ke Hanifah.

Hanifah langsung menendang kaki Alwa, tapi Susan keburu mendengar.

"Ngga usah bikin mood saya rusak, Wawa!" sahut Susan ketus.

"Eh, iya Mbak, maaf," desis Alwa.

"Pagi, Bu. Dokumen ditunggu pihak Bank," Raka mengintip dari balik pintu untuk memperingatkan Susan.

"Sini kamu, main suruh-suruh saya tandatangan, tunjukin yang mana dokumennya!" sahut Susan ketus.

"Itu di atas meja Ibu," sahut Raka.

"Ya yang mana? Kamu jejalin saya dokumen tuh banyak, Raka!"

"Astaga, logo Banknya segede gaban gitu, loh!" Raka dengan malas masuk ke ruangan.

"Gaban itu apa pula?!" gerutu Susan dengan mulut penuh croissant.

"Gaban itu sebelum Voltus,"

"Voltus itu apa sih?! Merk mobil? Ngga jelas kamu,"

"Merk robot, bu, dari Jepang," Raka memilihkan dokumen dan membuka mapnya, lalu meletakkannya tepat di depan Susan.

Susan membacanya sambil mencuil sedikit demi sedikit roti.

Raka mengambil salah satu croissant dari kotak bekal Susan dan dengan santai memakannya, lalu duduk di pegangan kursi Susan.

"Enak bu, beli di mana?" tanya Raka,

"Bikinan Ipah,"

Raka melirik Hanifah.

"Hm, istri yang bener ya begini, jago masak, pakaian santun, tutur kata lembut," kata Raka.

Alwa terkekeh geli mendengarnya. Karena ada nada sindiran di kalimat Raka.

"Maksudnya saya bukan istri yang baik, begitu?" gumam Susan, tapi matanya tetap fokus ke kertas di deppannya.

"Saya aja ragu kalau Bu Susan cewek beneran, mungkin tukeran jiwa sama Galuh, dia lebih kalem dari pada ibu, WADAW!!"

Susan menoyor pinggang Raka dengan penanya, lalu menandatangani dokumen.

Tawa Alwa semakin kencang,

"Ada-ada saja Mas Raka, Ih!" seru Alwa.

"Croissant saya kenapa tinggal satu?!" seru Susan sewot.

"Mbak Hanifah gimana, sih? Kalo bawain tuh sekalian selusin, biar nggak ketahuan kalau saya comot satu," sahut Raka sambil kabur dari ruangan Susan dengan dokumen dan sisa croissant.

"Mbak Susan sepertinya akrab sekali ya dengan Mas Galuh dan Mas Raka? Apa ada hubungan keluarga, Mbak?"

"Nggak ada, mereka staff saya. Tapi memang langsung klik dari awal. Usia mereka juga lebih tua dari saya,"

"Hem," Hanifah tampak berpikir.

"Anggap saja seperti 'David dan dua selirnya' saya Susan dan dua selirnya,"

"Tapi mbak, kalau selir kan nggak dinikahi secara sah, kami kan beda Mbak," Alwa sudah berani protes.

"Memang beda, David pake nafsu. Tapi kalau saya menganggap Galuh dan Raka hanya anak buah saya. Titik. Tidak ada hubungan cinta, tidak ada se-ks. Murni kerja," lagi-lagi sindiran dalam kalimat Susan.

Hanifah menyenggol-nyenggol kaki Alwa supaya berhenti protes, agar masalah tidak menjadi lebih rumit.

"Kenapa sih kalian mau-maunya dipoligami? Dengan wajah semanis kalian dan sikap polos seperti kalian, kan bisa saja dapat suami single," tanya Susan.

"Eh, kami sebenarnya turun ranjang," sahut Hanifah.

Lalu dia diam.

Ia merasa ragu menceritakan semua ke Susan.

"Mbak Susan sendiri sangat cantik dan sepertinya banyak yang suka, kenapa mau jadi istri ketiga?" Hanifah balik bertanya untuk mengalihkan perhatian.

"Hm, bisnis," Jawab Susan enteng.

Alwa dan Hanifah terdiam, karena tidak terlalu mengerti artinya.

"Kontrak selesai, pernikahan kami berakhir. Selesai," sahut Susan lagi.

Alwa dan Hanifah masih diam.

Susan akhirnya mengibaskan tangannya, "Sudahlah, tidak usah terlalu dipikirkan. Kalian masih ada urusan di sini atau tidak? Saya banyak pekerjaan,"

"Bu Susan, Pak Sonny dan tim sudah di ruang meeting," Galuh mengetuk pintu ruangan Susan.

"Tuh, kan, ada panggilan," sahut Susan.

"Eh, ba-baik Mbak," Alwa dan Hanifah langsung sigap menutupi wajah mereka dengan cadar dan beranjak dari duduknya.

"Galuh, kamu dampingi saya, bilang Raka jangan terlalu lama urusan dengan orang Bank, saya butuh dia untuk mendampingi orang KAP,"

"Eh, Mas Galuh ikut Bu Susan?" tanya Hanifah.

"Ada masalah?"

"Hanyaaaa begini, kami tidak mengerti cara naik turun lift,"

Susan dan Galuh menatap kedua istri dengan tertegun,

"Hah?" Susan sampai-sampai ternganga.

"Ka-kalau boleeeeh, saya pinjam Mas Galuh dulu untuk turun sampai ke lobi, Mbak, hehe," desis Hanifah malu-malu.

"Tunggu," Susan memijat dahinya, "Kamu berdua nggak ngerti cara turun gedung pakai lift?" ia mengulangi kalimat Hanifah seakan ia salah dengar.

"Tapi kami bisa pakai eskalator kok, kalau di swalayan suka ada," kata Alwa.

"Di sini ngga ada eskalator," sahut Susan sambil memicingkan mata.

"Selama ini kalian kemana saja, sih?! Kalian bukannya tinggal di penjara kan?"

"Selama ini kalau pergi agak jauh kan didampingi Abi," sahut Alwa.

"Jangan bilang ini pertama kalinya kalian pergi berdua saja ke gedung tinggi," Susan tampak tidak percaya.

"Kita sempat ditanya KTP tadi di bawah, untung Mas Galuh datang di saat yang tepat," kata Alwa.

Hening,

Susan dan Galuh menatap keduanya bagaikan melihat barang langka.

Diamati dengan seksama sampai-sampai Alwa dan Hanifah salah tingkah.

"Galuh,"

"Ya bu?"

"Batalkan semua janji,"

"Yang Pak Sonny mengenai dealing dengan orang desain kemasan bu, tidak bisa ditunda,"

"Kamu gantikan saya,"

"Saya jawab apa kalau ditanya, bu?"

"Urusan keluarga, sangat mendesak,"

"Hm,"

"Jangan cuma hm, bisa gantikan saya atau tidak?!" desak Susan.

"Baik bu, asalkan jangan bertindak diluar batas kemanusiaan," Kata Galuh.

"Kamu itu menganggap saya jahat banget ya?" Susan mengernyit.

"Peran ibu kan Ratu Antagonis," Galuh mengangkat bahunya.

-----***-----

"A-anuuu Mbak Susan, kita mau kemana?" Hanifah dan Alwa mengikuti langkah Susan dengan tergopoh-gopoh.

"Shoping,"

"Shoping?"

"Belanja, di mall milik suami kalian,"

"Hah? Abi punya mall?!"

Susan lagi-lagi menghentikan langkahnya dan tertegun.

"Kalian bahkan nggak tahu hal itu?!"

Alwa dan Hanifah menggeleng.

"Jangan-jangan kalian juga ngga tahu pekerjaan David apa?"

"Hemmm, Komisaris?"

"Kalian tahu ngga arti komisaris itu apa?"

"Eh? Em, atasannya Direksi?" Alwa bahkan tidak yakin akan jawabannya.

"Astaga-naga," keluh Susan sambil menggeret tangan keduanya agar masuk ke dalam lift.

Terpopuler

Comments

🍊 NUuyz Leonal

🍊 NUuyz Leonal

saking fokus dan serunya aku sampai bingung mau komen apaan intinya aku suka suka suka😍😍😍

2023-10-07

2

La Popi

La Popi

baru kali ini saya suka baca novel tema poligami.. walaupun belum tau entar ending gimana

2023-08-24

0

YK

YK

Ka, lair tahun berapa sih. kalo mainannya Voltus sama Gaban, umurmu berarti di atas 40 tahun...

2023-06-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!