David datang jam 13.00, dengan kondisi Susan sudah menunggu di teras depan rumah didampingi Alwa dan Hanifah.
Langsung pria itu berpikir kalau mereka bertiga seperti Sang Ratu (si Susan pastinya) dengan kedua dayangnya di kanan kirinya.
Perbedaan mereka bertiga lumayan mencolok, membuat David tidak habis pikir kenapa dia bisa jatuh cinta ke Sri Ratu. Apa dia jenis laki-laki yang memiliki kelainan tertentu? Laki-laki yang menyukai tipe wanita dominasi? Apa karena faktor tinggal di Amerika dengan dikelilingi wanita independent membuatnya berpikir wanita yang penurut adalah sesuatu yang membosankan?
Tidak, bukannya Alwa dan Hanifah membosankan. Mereka bersahaja dan memiliki kapasitas menjadi 'istri dan ibu yang baik', dan Susan sebenarnya adalah investasi yang buruk untuk masa depan.
Sikap Susan tidak akan membawa David ke surga kecuali tobat nasuha dengan sepenuh hati, itu pun kalau Illahi berkenan mengampuninya. Susan akan senantiasa menambah dosa David dengan tingkah-tingkah di luar batasnya, pakaian seksinya, sikap sombongnya, kegemarannya akan kemewahan, semua itu mudharat bagi David.
Tapi kenapa seakan David malah semakin erat menempel padanya? Apa yang salah?!
Mengherankan! Pikir David.
Susan bagaikan memiliki aura pemikat yang sulit ditolak saat pertama kali bertatapan mata. Wanita itu lebih sering meledak-ledak, namun saat ia sudah tersenyum orang-orang seakan dihipnotis untuk lupa mengenai sifat buruk Susan.
"Assalamu'alaikum," desis David.
"Wa'alaikumsalam Abi!" kedua istrinya, seperti biasa bersikap ceria menyambutnya. Namun sinar mata mereka kali ini berbeda.
Ada sesuatu yang tidak seperti biasanya. Mata mereka yang biasanya berbinar, kini seakan redup, namun mereka memaksakan untuk tetap menunjukan senyuman.
David, kemampuan intuisinya sudah terasah semenjak menjadi pengusaha. Dan ia lebih baik berhadapan dengan Susan yang apa adanya, dibanding seseorang yang menyembunyikan sesuatu seperti Alwa dan Hanifah. Namun, kali ini ada urusan yang lebih penting.
Susan menghela napas kesal, "Siapa tadi yang bilang 'nggak pakai lama', ha? Ini telat satu jam!" Seru Susan.
"Ya kan aku Solat Jum'at dulu, memangnya kamu haid terus," sindir David.
"Ya jangan berjanji jam 12 dong!"
"Yang maksa minta jam 12 siapa tadi?"
Susan memalingkan wajah sambil mendengus.
"Ah! Abi mau ada urusan pekerjaan ya dengan Mbak Susan? Aku boleh ikut?" Tanya Hanifah.
David mengangkat alisnya. "Kenapa mau ikut?" tanyanya.
"Aku baru sadar kalau selama ini aku tidak mengetahui apa pun mengenai pekerjaan Abi," kata Hanifah.
David hanya diam, dia tidak tahu harus bicara apa. Dan kenapa Hanifah bersikap begitu.
"Nggak usah!" tegur Susan, "Kamu cuma akan menghambat kelancaran pekerjaan. Yang harus ikut kita haruslah seseorang yang sudah berpengalaman dalam hal kelicikan duniawi dan trik menghadapi setan politik! Mendingan bantu kami dengan berdoa di mushola saja sana!" Sahut Susan sambil meminta kunci mobil ke Pak Ridwan, supir David.
"Eh, anu, Bu? Saya akan mengantar ..." Pak Ridwan tergagap.
"Saya saja yang nyetir! Saya sudah terlambat!" Sahut Susan. "Cara menyetir Pak Ridwan terlalu pelan,"
Hanifah hanya bisa diam. Ia langsung sadar kalau meminta di saat yang tidak tepat. Tapi dia tidak menerima penolakan Susan. Baginya yang berhak ia turuti perkataannya hanya David selaku suaminya.
"Bagaimana Abi?" Tanya Hanifah.
Susan langsung berhenti melangkah.
Wah, Hanifah sedang dalam masa pemberontakan!
"David, kalau dia ikut, aku akan pergi sendirian. Si Ipah boleh ikut kalau bulan depan dia mampu bayar listrik rumah kita yang 12.000 watt dan perbulannya bisa menghabiskan biaya 10 jutaan! Jelas?"
Hanifah dan Alwa ternganga.
"Biaya listrik kita perbulan segitu, Mbak? Abi?" Tanya Alwa panik.
David mengangguk. Biaya segitu juga sebenarnya sudah dihemat-hemat, namun karena ini rumah mewah dan ART mereka banyak, jadi ya tidak bisa dihindari.
"Selama ini cuma tahu pakai doang kan? Itu belum biaya PBB dan property yang lain! Nggak usah ganggu kami kerja! Kami cari duit juga untuk kenyamanan kalian berdua!" Seru Susan kesal lalu masuk ke dalam mobil dan membanting pintunya.
Akhirnya David menghela napas dan berkata, "Kalian tunggu di rumah saja ya, kalau mau tahu pekerjaan saya, coba sekali-kali browsing nama saya internet, Assalamu'alaikum,"
Dan pria itu pun masuk ke dalam mobil, duduk di kursi penumpang di depan.
"Wah, Mbak Susan bisa menyetir mobil! Keren ya Kak Hani! Benar-benar wanita serba bisa!" Alwa memperhatikan sedan mewah yang perlahan menjauh.
Namun Alwa tidak kunjung mendapatkan reaksi dari Hanifah. Jadi ia menoleh dan mendapati Hanifah hanya tercenung di tempatnya berdiri tadi, dengan air mata mengalir di pipinya.
Hanifah masuk kembali ke dalam rumah tanpa bicara apa pun dan menutup pintu kamarnya rapat-rapat.
Alwa menggaruk-garuk kepalanya melihat sikap sepupunya itu. "Wah wah, ada apa lagi, ini?" desis Alwa kebingungan.
Menjelang sore,
Seperti biasa, Alwa mengikuti pengajian Jum'at bagi ibu-ibu komplek di masjid sekitar.
Pengajian itu berlangsung sekitar satu jam, kali ini membaca surah Al-Kahfi.
Suasana termasuk tenang dan syahdu pada awalnya, namun setelah pengajian usai ...
"Mbak Alwa, Mbak Alwa," beberapa ibu-ibu menghampiri Alwa yang sudah bersiap-siap hendak pulang. "Kami mau bicara dengan Mbak Alwa, tapi di tempat tertutup, bolehkah?"
Alwa mengangkat alisnya. "Eh? Boleh saja bu, ada apa?"
Alwa mengikuti para ibu-ibu ke sisi sebelah masjid yang jarang dilewati orang lain.
"Begini Mbak Alwa, sebelumnya mohon maaf, bukannya bermaksud membuka aib orang. Tapi kami hanya mencoba meluruskan. Kalau memang anggapan kami ini salah sangka, dan orang yang kami maksud ini salah, ya kami akan hapus videonya," kata para ibu-ibu.
"Video? Tentang apa?"
"Apakah benar wanita di video ini adalah istri ketiga Pak David?" Salah satu Ibu-ibu menunjukan ponselnya.
Selanjutnya, selama satu menit ke depan, Alwa terpaku menatap video dengan wajah pucat.
Sungguh adegan vulgar yang tidak pantas diperlihatkan! Susan sedang bersama laki-laki lain beradegan mesum!
Seketika Alwa merasa kepalanya langsung pusing.
"Itu ... Dapat dari mana ... ?" Alwa merasa hampir pingsan. Otaknya sudah teracuni. dengan gaya bercinta yang menurutnya tak masuk akal dari video Susan.
"Ini ada di hape suami saya, Mbak. Saya copy videonya, lalu yang ada di hape Pak Suami saya hapus," sungut si ibu-ibu.
"Begini Mbak Alwa, bukannya kami ikut campur masalah keluarga, tapi banyak ART dari rumah Pak David yang bercerita kalau si Susan ini tabiatnya sangat buruk, bukan istri yang baik, dan selalu mengomeli Mbak Alwa dan Mbak Hanifah! Bukan itu saja, dia juga sering berantem sama Pak David! Kami rasa itu bukan sikap seorang istri yang baik. Kalau Mbak Alwa butuh bantuan kami, kami akan semaksimal mungkin mengusahakannya,"
Alwa diam dengan mata menerawang. Ia perlu menenangkan dirinya dulu karena matanya berkunang-kunang.
Bukan,
Bukan seperti yang pembaca kira,
Dikira Alwa termenung karena menonton video mesum Susan? Ya, itu juga. Tapi ada hal lain yang menurut Alwa lebih serius lagi.
MasyaAllah! Batin Alwa yang menjadi luar biasa galau.
Bagaimana bisa kulitnya semulus itu! Benar kata Mas Raka, seperti manekin!! Bahkan sampai ke dalam-dalamnya bentuknya sangat indah! Dibanding denganku ... Banyak bulu, hitam, dan bentuknya iyyuuuuh! Aku saja jijik melihatnya di kaca!
Wajar saja kalau Abi lebih memilih Mbak Susan dibanding aku! Akunya saja tidak merawat diri! Ini sih nggak akan mempan kalau cuma pakai perawatan yang beli di online shop!!
Begitulah Alwa berpikir (hehe).
Dia masih tertegun sampai ibu-ibu di sana salah tingkah.
"Anuuuu, Mbak? Mbak Alwa jangan bersedih, pasti Allah akan memberikan jalan ter ..."
"Ehem!" Alwa langsung tersadar dan bisa menguasai dirinya lagi. Lalu ia menarik napas panjang dan menghembuskannya untuk menenangkan dirinya. "Ibu-ibu," desisnya lembut.
Semua memperhatikan Alwa.
"Itu hanya berita bohong. Fitnah dan ujaran kebencian yang tidak berdasar," sahut Alwa meniru kalimat di sinetron kesayangannya.
Semua ibu-ibu diam.
"Jangan percaya dengan orang yang tidak ikhlas, karena si penyebar kebencian mungkin saja pernah berbuat salah dan kena omelan Mbak Susan, kita tidak tahu apa motifnya berkoar-koar mengenai urusan rumah tangga majikannya sendiri, orang yang sebenarnya sudah menggajinya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya," Alwa mendengus penuh kekesalan.
Semua masih menyimak Alwa, kali ini sambil ternganga.
"Asal tahu saja ya Ibu-ibu, saya beberkan disini sekalian, Mbak Susan memang tabiatnya keras karena dia pengusaha, jadi sering dibohongi sama musuh dan teman-temannya di kantor," ujar Alwa.
"Sebenarnya, dia baik dan penyayang. Saya dan Kak Hani di kasihnya berlian," Alwa mengangkat tangannya, memperlihatkan gelang cantik berkilauan. "Dia juga mentraktir kami barang-barang mahal, dia juga membayar tagihan listrik rumah kami yang jumlahnya naudzubillah, dia juga yang menggaji para ART kami," Walaupun sebenarnya pembagian itu baru dimulai bulan depan, sih.
"Dan juga, terus terang saja sejak ada Mbak Susan, beban kerja Abi jadi lebih mudah karena mereka bekerja sama untuk suatu proyek besar bernilai tiriyanan," Di sini Alwa salah mengucapkan kata dari triliunan menjadi tiriyanan, karena memang dia belum belajar hitungan yang lebih besar dari miliar.
"Waktu hanya ada kami, Abi tidak bisa membicarakan keluh kesahnya di kantor karena kami berdua tidak mengerti. Tapi kalau dengan Mbak Susan, si wanita serba bisa, Abi mengobrol seperti teman akrab, jadi,"
Alwa menatap para ibu-ibu di sana dengan yakin, "Tolong hapus video masa lalu Mbak Susan, InsyaAllah dia sudah tobat dan jangan menambah dosa beliau. Karena keberadaannya sangat berarti bagi keluarga kami,"
"Eeeeh, ba-baik Mbak,"
"Hapusnya di sini saja bu, coba pencet deeeleeeetttt," Alwa sampai memperhatikan layar ponsel si ibu-ibu.
"Iya-iya Mbak, mohon maaf Mbak,"
Dan selesailah satu masalah. Alhamdulillah.
Lalu,
Sore itu sepulang dari pengajian, Alwa mondar-mandir di ruang keluarga. Hatinya tidak tenang.
Hanifah belum keluar kamar sejak tadi, namun bukan itu yang Alwa pusingkan.
Ia sudah mengirim pesan singkat ke David, bertanya kapan suaminya itu pulang, apakah perlu disiapkan makan malam atau tidak, namun balasan David bahwa kemungkinan ia dan Susan akan pulang larut dan makan diluar.
Alwa menatap jam dinding.
Pukul lima sore.
Lalu ia menghela napas panjang, dan mengucapkan "Bismillah,"
Dan menekan tombol di ponselnya, menghubungi seseorang. Mereka baru saja bertukar nomor telepon tadi pagi. Siapa lagi kalau bukan,
"Assalamu'alaikum Mas Raka?" Sapa Alwa.
"Eh, Wa'alaikumsalam. Bisa dibantu Mbak?" Sapa Raka dari seberang.
"Mas Raka sibuk?"
"Nggak juga, baru mau siap-siap pulang,"
"Mas Raka, kalau boleh saya ingin ditemani ke suatu tempat, tapi rahasiakan dari Mbak Susan, dari Mas Galuh, terutama dari Abi dan Kak Hani,"
"Ya itu dirahasiakan dari semua orang dong, mau kemana sih Mbak?"
"Juga, karena sifatnya rahasia, saya nggak bisa ambil tabungan saya, takut ketahuan Abi. Jadi saya pinjam uang Mas Raka dulu ya,"
"Loh, Loh, Loh, ada apa iniiiii?" Raka terdengar kuatir.
"Saya ingin pergi ke dokter kulit dan spa langganan Mbak Susan, Mas Raka pasti tahu tempatnya kan? Tolong antarkan saya ya Mas!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
𓆉︎ᵐᵈͩ 𝐀⃝🥀 👑👑🎁🎁👑👑 ⁵
maMknya si abbas itu nanti
2025-02-28
0
Asngadah Baruharjo
walah thoorrr thoorrr,bikin ngakak
2024-03-08
0
🍊 NUuyz Leonal
yang tadinya tegang langsung ambyar gara gara alwa 🤣🤣🤣
ternyata fokusnya ke yang lain haiiih alwa kamu emang sesuatu 😂😂😂
2023-10-07
0