Kopi di Tengah Malam

Alwa dan Hanifah pulang lebih dulu siang itu, menenteng berbagai macam belanjaan.

Susan membebaskan mereka untuk membeli barang yang mereka sukai di mall itu.

Tapi sampai rumah, mereka belum berani membukanya. Alwa dan Hanifah menunggu David pulang dari kantor untuk unboxing.

Sementara Susan kembali ke kantor untuk bekerja.

Sore hari menjelang, David pulang dari kantor dengan wajah wajah muram. Seharian ia teringat akan Papa Susan dan perbincangan mereka di kantor tadi.

Intinya, selama ini semua mengira kalau David hanya sementara saja menikahi Susan, karena kedudukannya dan prestisenya, akan membungkam mulut orang-orang yang berani menguak skandal Susan ke media.

Padahal selama ini dia tulus menikahi Susan, dan dengan polosnya percaya kalau Papa Susan ingin agar David bisa membimbing Susan ke jalan yang lebih lurus.

Bukannya pernikahan settingan yang diharamkan semacam ini!

Susan tidak akan percaya kalau David memiliki perasaan padanya, selama masih ada Alwa dan Hanifah.

Selama ini David membiarkan Susan berprasangka kalau ini pernikahan settingan karena ia pikir Papa Susan melakukan akad dengannya untuk pernikahan halal.

Ternyata Papa Susan juga tidak berkenan Susan menjadi istri ketiga.

"Susan terlalu berharga untuk jadi yang ketiga, David. Anak saya harus menjadi yang pertama. Setelah gosip mereda, kamu dan dia bercerai, Susan akan menikahi pria yang ia inginkan," sahut Papa Susan tadi siang.

Membuat hati David semakin panas.

"Assalamu'alaikum Abiiiiii," sapa Alwa dan Hanifah ceria. Mereka berebutan mencium tangan David, membawakan tas dan suitnya.

David mengernyit melihat tas-tas belanja warna warni dari karton yang bertumpuk di ruang keluarga.

"Abi, tadi kami ke kantor Mbak Susan, lalu kami diajaknya ke Mall. Katanya Mallnya juga milik Abi ya?" Tanya Hanifah.

David diam saja.

Ia selama ini menyembunyikan status, jabatan, dan asetnya karena tidak ingin Alwa dan Hanifah besar kepala.

Mereka harus tetap sederhana, sesuai yang diamanahkan Suleyman.

"Lalu, Mbak Susan bilang kami boleh memilih barang-barang yang kami inginkan, dia membelikannya untuk kami, Abi!" Kata Hanifah.

Senyum tipis di bibir David. Sebenarnya ini diluar prediksinya. Ia juga tidak yakin Susan seloyal itu. Tapi tujuannya menyuruh Alwa dan Hanifah mengantarkan sarapan ke kantor Susan memang agar ketiga istrinya akur.

Sementara saat ini Alwa menatapnya dengan mata seperti anak anjing, penuh harapan diberi snack. David bahkan berhalusinasi melihat kata-kata terpatri di kening Alwa bertuliskan : Boleh ya? Boleh ya? Ya? Ya?

Rayuan pulau kelapa.

"Saya sortir dulu," sahut David.

Kalau ada kalimat 'dibelikan oleh Susan' pikiran David langsung was-was.

"Dimulai dari," David berpikir sambil menatap tas belanja yang bertumpuk. Bagaimana mereka membawa barang sebanyak ini berkeliling mall?!

"Alwa,"

Kenapa ia pilih Alwa dulu? Karena David menyadari istri keduanya itu lemah terhadap barang mewah yang berbau fashion.

Kalau Hanifah paling barang yang dibelinya tidak jauh-jauh dari peralatan rumah tangga.

Alwa membawakan tas belanjanya. Sekitar 10 tas, bisa lebih.

"Jadi, aku beli parfum! Abi suka wanginya nggak? Aku juga beli sedikit skincare agar wajahku lebih terawat. Mbak Susan bilang karyawan di tempat Abi cantik-cantik, tidak etis kalau saat pulang Abi malah melihat yang butek-butek seperti kami,"

David mencibir.

Susan dan segala teknik cuci otaknya, dalam sesaat meracuni Alwa.

"Terus, aku juga beli humidifier untuk kamar, mukena baru, indah ya Abi! Lalu hijab baru kekinian, ada sandal baru MasyaAllah mahalnya tapi kata Mbak Susan bisa awet sampai 10 tahun karena kulit sapi asli, lalu blaa bla bla,"

David hanya diam mendengarkan.

Dia langsung pusing.

-----***-----

Menjelang pukul sebelas malam, Susan baru kembali dari kantor.

Wanita itu masuk ke dalam rumah dengan langkah anggunnya, namun wajahnya penuh keletihan.

Karena menemani Alwa dan Hanifah, pekerjaannya jadi terbengkalai. Ia harus mempersiapkan segala yang diperlukan untuk meeting besok pagi. Untung saja Galuh lumayan cekatan.

Seharusnya pria itu dipromosikan menjadi wakil direksi dengan kemampuannya yang setinggi itu.

Tapi isu yang beredar di sekitar manajemen, kalau mereka merasa terancam dengan kepandaian Galuh. Jadi sekuat tenaga Susan berusaha mengangkat Galuh, para pemegang saham dan jajaran manajemen lainnya selalu tidak setuju dengan promosi Galuh.

Pria itu bisa mengungkap adanya penggelapan dana dan penyelewengan pajak dengan kecepatan jentikan jari. Dan orang-orang tidak menyukai perusahaan yang dibangun dengan kejujuran. Karena cuannya tidak ada.

Karena itu, posisi yang paling tinggi dapat diterima Galuh adalah di sisi Susan, Sekretaris pribadi. Tugasnya adalah melindungi Susan agar jangan sampai wanita itu dengan cerobohnya menandatangani hal yang akan jadi boomerang bagi pekerjaannya.

Bagusnya, Susan memiliki 25 persen saham pengendali sehingga tidak akan ada yang bisa memecatnya. Namun tetap saja apabila ia tidak sesuai target, perusahaannya akan bangkrut.

Dan kini, masalah investor.

Susan harus mendapatkan investor untuk penanaman modal baru. Walaupun produk makanan dan minuman mereka pasti akan selalu ada di supermarket dan swalayan, namun pesaing dengan inovasinya semakin banyak. Belum UMKM yang bahkan lebih sehat dan lebih enak, juga kadangkala lebih murah.

Susan tidak sanggup kalau harus menutup pabrik mereka di pulogadung. Bangunan itu ia peroleh dengan susah payah dan menyita tenaga.

Ia harus mempertahankannya.

Dan kenapa pula David ada di ruang tamu semalam ini?!

Susan menghentikan langkahnya saat melihat David.

Tampak kalau David sengaja menunggu Susan di sana. Sambil menunggu wanita itu pulang, pria itu berkutat dengan laptopnya.

"Baru pulang?" Tanya David.

"Iya, targetku belum tercapai. Banyak yang harus dibereskan,"

David mengangkat wajahnya.

"Sini, ikut aku," pria itu beranjak sambil menutup laptopnya.

"Jangan aneh-aneh. Aku lagi capek banget," keluh Susan.

"Aku cuma mau ngajak ngobrol di taman, kayaknya kamu capek banget soalnya. Ngga bakalan bisa tidur juga, kan? Biasanya kalau ngobrol sama aku pasti membosankan, jadi kamu akan merasa cepat mengantuk," David menyeringai.

"Kamu sebenarnya lagi bercanda ya? Garing, sumpah!" Gerutu Susan, tapi ia tetap mengikuti David.

Mereka duduk di selasar yang mengarah ke arah taman dengan bunga warna-warni dan air mancur kecil.

"Kamu belum tidur?" Tanya Susan sambil menyulut rokoknya.

"Aku biasanya baru bisa tidur jam 2 pagi," sahut David.

Pria itu juga mengeluarkan sebungkus rokok dari saku kemejanya dan menyulutnya.

Susan mendengus melihat David.

"Sudah kuduga kalau kamu yang sebenarnya, tidak sesuci kalau di depan para istrimu itu," sindir Susan.

"Suleyman mewanti-wanti kelakuanku agar jangan sampai memutus iman para istrinya,"

"Istrinya? Sekarang sudah jadi istrimu, sudah hakmu, Suleyman sudah tidak ada hubungannya,"

"Aku terlanjur berjanji," David menghembuskan asap rokoknya ke atas udara.

"Papa kamu datang ke kantorku tadi siang,"

"Untuk apa dia datang?" Sungut Susan.

"Untuk bertanya tentang keadaanmu,"

"Aku sudah lama tidak menghubunginya karena kesal,"

"Bagaimana pun dia Papa kamu,"

"David, wanita elit seperti aku dinikahkan untuk jadi istri ketiga! Hanya karena aku dianggap membawa aib keluarga. Bagiku jadi istri ketiga lebih ber-aib dibanding video pornoku tersebar!" Sahut Susan.

"Paradigma budaya barat sudah meracuni kamu. Walaupun kamu mati, dosa jariyah kamu tetap terkumpul kalau sampai video itu dilihat orang. Kamu sudah tobat nasuha sebelum mati juga akan memberatkan timbangan kamu takutnya,"

"Teori dari mana itu?!"

David melirik Susan, "Kamu kan sok pintar, cari sendiri dong teorinya," David menyeringai licik.

Susan menghempaskan dirinya kembali di bench sambil menggerutu tak jelas.

"Yang jelas, Papa kamu mengusahakan yang terbaik untuk kamu," kata David lagi.

"Kalau kamu, bagaimana?" Tanya Susan.

"Apanya yang bagaimana?"

"Kamu hanya laki-laki mesum, atau ada perjanjian lain di belakangku? Dengan Papaku?"

David menghembuskan asap rokoknya.

"Aku mencintaimu, tapi aku tidak bisa meninggalkan Alwa dan Hanifah,"

Perlahan, David menceritakan yang yang sebenarnya terjadi saat Suleyman masih hidup.

Dari masa lalu Alwa dan Hanifah yang penuh kegelapan, sampai akhirnya David bersedia mengambil alih tanggung jawab akan hidup Alwa dan Hanifah.

Susan mendengarkan dengan seksama. Ia sudah lupa dengan masalahnya sendiri karena mendengar hal-hal tragis.

Juga seketika dia merasa sangat berdosa karena sudah memperlakukan Alwa dan Hanifah dengan begitu kasar.

Sampai-sampai Susan tidak sadar kalau asap rokoknya mati sendiri dan abu jatuh di pahanya, meninggalkan rasa panas di situ.

"Astaga!" keluhnya sambil mengusap bekas abu di pahanya.

David berdiri untuk mengambil pasta gigi, lalu menorehkannya di paha Susan.

"Kenapa kamu baru menceritakan hal itu sekarang, sialan!" Susan memukul bahu David dengan kesal.

David terkekeh.

"Aku tunggu sampai kalian akrab dulu, kamu sih kayak bom waktu. Kerjanya meledak," kata David.

Lalu pria itu beranjak lagi untuk masuk ke dalam, dan kembali sudah dengan dua cangkir kopi.

"Kalau masih belum bisa menganggap aku suami, anggap saja kita partner dalam rumah tangga," David menyeruput kopinya.

Ia berusaha untuk perlahan-lahan mendekati Susan.

"Kamu bisa dengan bebas menceritakan apa pun padaku, karena aku suami kamu, aku tidak akan menyebarkannya ke siapa pun. Beda kalau kamu menceritakannya ke Galuh dan Raka. Mereka orang lain, dan aku lebih halal,"

"Ck! Maunya kamu itu sih. Ya tapi bukannya kamu salah," Susan juga menyeruput kopinya. Yang ternyata sesuai dengan seleranya. Tidak terlalu manis.

Kopi memang seharusnya pahit.

Karena untuk menyadarkan Susan bahwa, masih ada yang lebih pahit dari hidupnya.

Terpopuler

Comments

L A

L A

aduh nyesel baru baca sekarang, kocak nih novel 🤣🤣

2024-04-22

1

🍊 NUuyz Leonal

🍊 NUuyz Leonal

aku suka jadi perlu di lanjutkan ini baca nya bikin candu ternyata,

2023-10-07

0

Elisanoor

Elisanoor

Kebayang gusti, embung teuing 🤣🤣🤣

2023-08-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!