Terasa Sakit

Raka sore itu datang ke rumah David membawa setumpuk berkas dari kantor yang harus diapprove oleh Susan. Pria itu masuk ke kamar Susan dan menata tumpukan dokumen di meja kerja Susan.

Ya betul, tidak ada yang boleh masuk ke kamar Susan, kecuali si Bibi (yang sudah dibayar 3x lipat dari gaji yang biasa diberikan David), lalu Galuh dan Raka. Manusia lain yang mau melewati pintu jati besar putih itu harus mengajukan surat izin sehari sebelumnya dulu sebelum berani masuk, (Tidak juga sih, Authornya biasa lebay. Nggak hiperbolis ya nggak bisa jadi Author, haha). Intinya, harus persetujuan Susan.

Setelah semua dokumen tertata, juga pena penuh hiasan batu permata yang biasa digunakan Susan, dan pensil untuk mengkoreksi klausula, Raka menghela napas dan berkacak pinggang.

Serasa mau selingkuh, pikir pria itu.

Usianya tahun ini 29 tahun, beberapa kali berpacaran namun tidak terlalu serius menjalani. Ia menjadi anak buah Susan sudah sekitar 9 tahun, Susan berbaik hati mengizinkannya kuliah sembari bekerja, dan membiayai semua pendidikan Raka. Bahkan, pendidikan adik-adik Raka sekarang.

Sampai saat Bapak dan Ibu Raka sakit, Susan turun tangan untuk mengusahakan fasilitas kesehatan terbaik.

Itulah sebabnya Raka sangat menghormati Susan. Mulut pedas wanita itu hanya kedok untuk menutupi kerapuhan hatinya sebagai wanita. Karena ia cantik dan terlihat ringkih, Susan takut dimanfaatkan oleh pebisnis lainnya. Jadi Susan belajar bagaimana cara terlihat tangguh dan lebih kuat.

Jadi, saatnya untuk mengambil cucian Susan dan mencucinya di laundry keluarganya. Raka mengambil kotak laundry berisi baju-baju kotor Susan yaang terletak di samping kamar mandi.

Ah iya, ngomong-ngomong, adik-adik Raka mengelola usaha laundry sambil berkuliah dan Susan adalah pelanggan tetap mereka. Modalnya juga dari Susan, tentunya. Juga untuk pelatihan-pelatihan para adiknya berkaitan dengan usaha Laundry, mengenai bagaimana menjaga pakaian mewah Susan tetap awet.

Omzetnya lumayan dan pelanggan mereka kini dari kalangan bawah sampai para sosialita. Mereka sebenarnya ingin mengembalikan modal dari Susan, namun wanita itu bilang berikan saja ke panti asuhan terdekat, itu jauh lebih berguna.

Iya, Susan senantiasa bersedekah, namun tidak ada yang tahu. Semua hanya tahu gaya hidupnya yang nyeleneh. Biar saja, katanya, karena dia tidak bisa mengatur ucapan orang lain. Yang penting bagi Susan, tidak ada orang lain yang tersiksa akan gaya hidupnya. Itu sebabnya Raka setia pada wanita itu.

Juga,

Sebenarnya saat Susan dikabarkan akan menikah dengan David, Raka salah satu yang setuju. Karena pria itu percaya, David adalah pelengkap Susan menuju ke jalan yang lebih baik. Tidak masalah walaupun David sudah memiliki dua istri yang lain, wanita kuat seperti Susan pasti bisa melewatinya, beradaptasi dan bertahan dengan baik.

"Mas Raka! Mas Raka!" terdengar panggilan berupa bisikan dari arah pintu. Raka tersadar dari lamunannya dan melihat Alwa di ambang pintu kamar Susan.

Ah iya, ada satu lagi masalah. Ini dia yang dimaksud tadi 'serasa mau selingkuh'. Ia tidak biasa menyembunyikan sesuatu dari Susan. Apalagi Alwa juga ingin merahasiakan dari suaminya sendiri.

Raka menghela napas dan duduk di pinggir ranjang Susan sambil melambaikan tangan ke Alwa supaya masuk ke dalam.

Alwa masuk dengan ragu dan duduk di depan Raka. Pria itu menatap Alwa dengan serius.

"Mbak Alwa, jadi begini. Terus terang saya tidak memiliki begitu banyak dana untuk dipinjamkan kalau Mbak Alwa mau secantik Bu Susan. Lagi pula semua itu butuh proses mbak, nggak bisa dalam satu hari jadi cling begitu. Bu Susan yang memang waktu dilahirkan udah secantik itu saja, biaya perawatannya bisa dua ratus juta," kata Raka serius.

Alwa menyimak dengan penuh perhatian.

"Juga, tidak terlalu bijak kalau merahasiakan dari semuanya. Karena sepantasnya istri izin ke suami untuk membelanjakan sesuatu, walaupun itu untuk keperluan pribadi. Jangan ikut-ikutan Bu Susan yang seenaknya saja," kata Raka.

"Tapi apa Abi bisa menerima alasan saya untuk perawatan yang begitu mahalnya?"

"Ya bilang saja untuk skincare, kami para pria juga mengerti harga skincare yang kualitasnya bagus mahal-mahal mbak, parfum Pak David saja harganya bisa 2 jutaan kok,"

"Ih Mas Raka sok tahu banget, memangnya ada parfum semahal itu?! Dibuat dari apa mas? Saffron?!"

"Saya soalnya hampir beli parfum itu tapi nggak mampu, hahaha. Tapi wanginya saya masih ingat, Tom Ford yang Black Orchid," desis Raka sambil mengelus dagunya dan mengangguk yakin.

Alwa mengernyit. Terus terang saja, wangi David memang lebih segar dari pada pria lain. Namun selama ini sejak jadi istri David, Alwa segan berdekatan dengan suaminya sendiri. jarak paling dekat dengan David hanyalah saat mereka duduk bersama di meja makan dan waktu bersenggama. Itu pun Alwa tidak dalam posisi berhadapan. David selalu membuat posisi Alwa memunggunginya.

Seakan David sedang menciptakan pagar tak kasat mata terhadap Alwa dan Hanifah.

Justru, Raka lah pria kedua selain Suleyman, yang bisa berdekatan dengan Alwa. Pria yang kini ada di depan Alwa ini memiliki aura ramah yang senantiasa membuat orang mendekatinya dan berakrab-akrab tanpa beban.

"Duh, kalau memberi tahu Abi kayaknya nggak dulu deh, ini kan sebenarnya misi kejutan Mas Raka, biar kalau nanti datang lagi giliran saya, tahu-tahu taraaaaa surpriseee saya udah cantik loooh,"

Hampir-hampir Raka tergelak karena cara Alwa bilang itu terasa ceria padahal itu seharusnya privasi rumah tangga. "Giliran? Memangnya piala," dengus Raka dengan suara pelan.

"Kalau begitu, Mbak Alwa mungkin bisa berdiskusi dulu dengan Bu Susan," tambahnya.

"Eh? Dengan Mbak Susan? Tapi dia lagi suka ngomel-ngomel!"

"Biasanya juga ngomel, kapan nggaknya? Dia sih setiap hari PMS!"

"Apa nanti dia tidak menganggap saya saingan?"

"Hha? Buat apa Bu Susan menganggap Mbak Alwa saingan? Tunggu 10 tahun lagi baru Mbak Alwa bisa mengejar dia, Bu Susan lebih berpengalaman dalam segalanya!"

Alwa langsung merengut. Terus terang ia tersinggung. Tapi Alwa juga mengakui kalau Raka benar, terutama saat ia teringat gaya Susan di atas ranjang.

"Yang ada Mbak Alwa yang menganggap Bu Susan saingan, menganggap kalau dengan perawatan secantik beliau, Pak David akan berpaling dari Bu Susan dan lebih memperhatikan Mbak Alwa, iya nggak? Bener nggak? Lagi cemburu kaaaaaan?!" goda Raka.

"Ih, Mas Raka gitu!" desis Alwa merengut. Raka menyerangnya dengan telak.

"Saya bisa bantu Mbak Alwa dengan mengantarkan dan meminjamkan dana, tapi tidak sebanyak itu. Kadang perawatan yang diambil Bu Susan tidak masuk akal seperti facial dengan bahan emas 24 karat, pijat lendir siput, berendam di air susu kambing, tanam benang, saya nggak heran kalau ternyata dia juga minum darah perawan,"

"Hah?!"

"Yang terakhir bercanda. Serius,"

"Serius bercanda atau bercandanya serius?"

Raka menggaruk kepalanya, "Eh, loh? Kok saya yang jadi bingung yak?!"

Alwa mengibaskan tangannya, "Yang penting, besok kan jadwal tausiyah nih Mas Raka, kita ketemuan di Masjid A yang suka dibuat syuting itu, lalu temani saya perawatan,"

"Hem, kok jadi bohong begini ya jatuhnya,"

"Tolongin dong Mas Rakaaaaaaa!" Alwa sampai mengguncang-guncangkan paha Raka.

"Ergh! Iya deh iyaaa saya temenin. Dosa bohongnya tanggung sendiri yaaaa,"

"Ini untuk kebaikan tidak merugikan siapa-siapa,"

"Judulnya tetap saja bohong Mbaaaak,"

-----***-----

Sementara itu di lain tempat,

Susan menghela napas sambil mengibas-kibaskan kerah bajunya saat urusan di notaris selesai. Ia duduk bersandar di dalam mobil sambil menengadahkan kepalanya ke atas dan memejamkan mata.

Lelah, sih.

Tapi ia puas dengan rencana ini. Memang sudah tepat mengajak David untuk ikut, karena pria itu ikut andil dan pihak terkuat dalam permainan bisnis ini.

Kali ini, David bersikeras untuk menyetir. Ia masuk ke mobil setelah selesai sholat maghrib di mushola kantor notaris, dan duduk di bagian pengemudi.

"Kamu nggak sholat?"

"Aku lagi haid,"

"Beneran?"

"Perlu bukti? Aku buka nih panty ku,"

"Iyaaa nggak usah,"

"Sama bini sendiri nggak percayaan," Susan ngedumel. David hanya menyeringai.

"Nggak pernah ngeliat kamu di musholla soalnya," sahut David.

"Ibadah adalah urusanku dengan Tuhan, bukan dengan manusia,"

"Hem," desis David, entah apa maksudnya ia bergumam, namun Susan tidak peduli dengan anggapan suaminya itu dan berkaca di penahan matahari untuk memeriksa makeupnya yang tetap flawless.

Ia membubuhkan sedikit lipstik berwarna merah yang kontras dengan kulitnya yang seputih gading pualam.

"Untuk siapa?" tanya David.

"Apanya yang untuk siapa?"

"Untuk siapa kamu berdandan?"

"Untuk diriku sendiri, dandanan menunjukan kualitas diriku,"

"Jadi lebih ke penilaian orang lain?"

"Betul,"

"Kamu tahu kan kalau itu tidak dibenarkan?"

"Aku tahu kearah mana maksud pembicaraan ini, dan kamu sudah tahu kalau aku," Susan mencondongkan tubuhnya ke arah David sambil tersenyum sinis, "... Tidak peduli anggapan kamu,"

David mendengus sambil tersenyum masam, "Semakin banyak laki-laki yang menganggapmu cantik, semakin banyak dosa yang terletak di warna bibir kamu itu,"

"Aku juga tidak peduli anggapan para laki-laki, aku lebih peduli dengan anggapan para wanita yang merasa iri dengan kecantikanku. Semakin mereka julid, semakin senang aku, hehe," Susan menyeringai.

"Terutama, dua istri kamu yang polos-polos itu, ingin menyaingi aku," Susan terkekeh.

"Yah, secantik-cantiknya kamu, tetap saja kamu kalah," desis David sambil menstarter mobilnya dan memindahkan koplingnya ke D1.

Susan menatapnya dengan sewot, "MAKSUD KAMU?!" serunya kesal.

"Mereka memang tidak cantik dan polos, pakaian sederhana seadanya bahkan sangat naif di dunia. Tapi mereka lebih capable, InsyaAllah, untuk bisa membawaku ke Jannah. Kamu? Hanya bisa menyeretku ke neraka. Bukan hanya aku, tapi juga papa kamu,"

"Kalau begitu, kamu menyesal kan memperistriku?! Perceraian kita bisa lebih cepat, dong?!" Mata Susan berkilat.

"Hem," David menghela napas panjang, "Aku menyesal sudah mencintai kamu. Tahu begitu aku tidak stay di Indonesia kalau akibatnya bisa bertemu lagi dengan kamu,"

Susan tertegun, "Kamu? Mencintaiku? Kebohongan macam apa lagi itu?!"

"Kamu adalah wanita pertama yang benar-benar aku cintai, walaupun bukan istri pertamaku. Dan, aku tidak menyerah untuk menjadikan kamu istri solehah. Aku juga tidak peduli kamu mau cantik atau wajah kamu rusak, yang kupedulikan semakin kamu berhias bukan untukku, semakin terpuruk rumah tangga kita,"

"Dasar buaya, kamu tadi bilang juga mencintai dua istri yang lain,"

"Lebih ke hubungan saudara,"

"Coba ucapkan di depan mereka, berani atau tidak?!"

"Tapi kalau Alwa mencoba bunuh diri lagi, atau Hanifah bipolarnya mulai timbul, kamu tanggung jawab ya," desis David sambil tersenyum penuh keletihan.

"Kapan mereka begitu?!"

"Waktu Suleyman sekarat dan aku menolak memperistri mereka,"

"Ah! Kamu sudah pernah menolak mereka?!"

David mengangguk, "Memperistri mereka adalah jalan keluar untuk meninggikan derajat mereka. Dan Suleyman juga menyadari hal itu. Sayangnya, aku ... Mencintai wanita lain, yang malah justru membenciku,"

"Itu sebabnya kamu tidak sekedar menafkahi mereka saja, tapi juga ..." Susan tidak melanjutkan kalimatnya.

"Iya, aku terpaksa berjanji, " gumam David.

Kenapa kini rumah tangga mereka malah terasa menyakitkan?

Terpopuler

Comments

Lia Kiftia Usman

Lia Kiftia Usman

david ....david...

2024-09-04

0

Putri Dhamayanti

Putri Dhamayanti

ya ampyuuun cmn digesek2 doang, dr belakang pula. ini mah suaminya bs klwr tp istrinya anyeepp jejeb 🤭 sudahlah sm Raka ajah mba Alwa nyaa 😁

2024-06-15

0

LarasatiAtiqahGunawan

LarasatiAtiqahGunawan

favorit itu

2023-12-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!