NovelToon NovelToon

The Bitter Three

Bukan Pilihan

BRAKK!!

Susan menggebrak meja di hadapan Papa dan Mamanya. Wanita berusia 27 tahun itu diselimuti amarah yang amat sangat.

"Sus..."

"DIA SUDAH PUNYA DUA ISTRI, PAPA!!" teriak Susan memotong ucapan Papa.

Papa hanya menghela napas dan menipiskan bibirnya, menunggu anak perempuan satu-satunya itu melampiaskan amarah.

Dari dulu Susan memang memiliki watak keras kepala dan angkuh, jadi kedua orang tuanya cenderung membiarkannya mengambil kegiatan yang ia sukai sebebas mungkin.

Tapi kali ini, Susan tidak bisa mengelak.

Video berdurasi beberapa detiknya sudah tersebar di media sosial. Walaupun mereka membayar mahal beberapa hacker untuk menghapus semua data sampai ke akar-akarnya, tetap saja aib tidak bisa dilupakan secepat itu.

Jadi, Susan harus menikah.

Kali ini, HARUS.

Dengan pria pilihan Papanya, karena Papa sangat malu terhadap kelakuan putrinya tersebut.

"Tetapi mereka tidak berZINA, Susan." desis Papa. "Semua itu pernikahan yang sah, di mata hukum dan agama, TIDAK SEPERTI KAMU,"

Pukulan telak bagi Susan.

"Saya juga punya harga diri, Pah!"

"Tidak, harga diri kamu sudah habis di mata Papa. Seperti kamu menghabisi harga diri Papa di hadapan 267juta masyarakat Indonesia!" Papa berbicara dengan tenang, tetapi tajam.

"Berhubungan di luar nikah sudah bukan hal tabu di masyarakat kita," Susan mencoba membela diri. "Toh, pekerjaan dan karierku lancar, kita masih bisa makan mewah setiap hari, hal-hal yang kulakukan itu sudah jadi biasa,"

"Oh, biasa mela-cur seperti kamu yah," sindir Papa.

Susan memekik, "Papa!"

"Papa masih punya agama, maaf, jadi tindakan seperti itu di mata Papa adalah perbuatan hina. Kalau kamu bertobat, Papa masih bisa maafkan, tapi kamu dan kepala kamu yang keras itu membuat Papa harus mengambil tindakan,"

"Dipikir aku mau saja menikah, ha? Tidak semudah itu Pah. Aku hidup di jalan yang aku sukai. Hukum di Jakarta tidak mengatur mengenai perzinahan sesama orang single yang dilandasi suka sama suka. Aku ngga bisa dihukum cambuk. Tapi kalau sampai aku menikah dengan embel-embel 'dipaksa', aku masih bisa menuntut dengan tuduhan perbuatan tidak menyenangkan!" Susan mulai mengancam.

"Maksudnya kamu mau menuntut Papa Kandung kamu di meja hijau, karena menjodohkan kamu?" Papa tersenyum sinis. Menunjukkan kalau ia tidak gentar dengan hardikan Susan.

Susan menaikkan dagunya.

"Betul!" sahutnya percaya diri.

"Astaga, kamu naif sekali. Dipikir Pengadilan ngga sibuk ngurusin negara dan hanya mengurusi kamu? Memang kamu siapa? Hanya anak yang suka menghardik orangtuanya sendiri," sindir Papa.

Mama akhirnya menghela napas.

Papa dan Susan dari sejak lama tidak bisa disatukan.

Dari mulai Susan bersikeras masuk ke SD Swasta dan menolak masuk SD Islam, sampai anak itu berbuat keributan di pesantren dan melawan para guru-gurunya dan akhirnya dikembalikan ke orang tua, Susan melawan Papanya terang-terangan.

Papa dan anak perempuannya yang begitu mirip bagaikan pinang dibelah dua.

Jadi sebelum keduanya bikin rumah hancur, jadi harus ada yang menengahi.

"Susan, dengarkan Mama, kalau kamu tidak bisa mendengarkan Papa," sahut Mama dengan suara rendah.

Susan langsung diam.

Dia takut pada Mama.

Dalam keluarga besar mereka, dominasi wanita lebih kentara.

Mama jarang bersuara, namun selalu mendukung suaminya dari belakang.

Ia mencintai suaminya dengan tulus, namun jarang memperlihatkan emosinya.

Kehidupan masa mudanya yang keras, karena dari kaum minoritas, membentuknya menjadi pribadi yang bersahaja.

Namun, banyak yang bilang, kesuksesan Papa sedikit banyak dipengaruhi oleh andil Mama.

Mama datang ke Indonesia, dari negeri tirai bambu. Dia berasal dari suku Uighur dan berprofesi sebagai guru Bahasa Inggris dan tadinya tujuannya ke Indonesia untuk study banding.

Sejak tinggal di Indonesia, dia sudah mencintai negara ini. Ia bisa membaca Al Quran dengan bebas, memakai hijab setiap hari, tidak ada yang menegurnya untuk memiliki agama, ia bahkan bisa melanjutkan kuliahnya di Jurusan Hukum memakai visa pelajar.

Dan setelah itu selama 1 tahun ia berkutat dengan birokrasi kedutaan untuk mengajukan menjadi WNI.

Sedangkan Papa berasal dari keluarga pedagang di glodok. Tadinya agama tidak menjadi hal penting baginya. Ia dididik menjadi pengusaha.

Sampailah masalah saat ia dihadapi dengan legalisasi dan kontrak ekspor import.

Papa bersekolah asal-asalan di sekolah Kristen dekat gereja di Pasar Baru. Asal masuk, asal lulus, karena fokusnya hanya berdagang.

Ia bahkan merasa kuliah hanya buang-buang waktu.

Jadi ia tidak lancar Bahasa Inggris, tidak bisa Bahasa China, dan tidak mengerti mengenai legalisasi.

Saat itu Mama sudah bekerja di kantor Notaris sebagai staf di bagian permasalahan legalisasi kontrak kerja, dan bertemulah mereka.

"Susan," Mama berbicara demgan lembut, namun penuh ketegasan. "Kami sebagai orang tua yang sangat mencintai kamu, tidak ingin melihat kamu hidup dalam aib,"

"Aib mengenai hubungan seksual bagi laki-laki akan cepat dilupakan. Namun bagi wanita, akan berdampak ke bisnis dan kehidupannya seumur hidup. Mulai saat ini, semua relasi, klien, bahkan karyawan kamu, akan meremehkan kamu. Seberapa besar pun prestasi dan cuan yang kamu hasilkan, kamu akan direndahkan. Apakah kamu pernah terbayang mengenai meeting dikelilingi banyak laki-laki dan yang dibahas hanya hal porno dan vulgar mengenai tubuh kamu?"

Susan membeku mendengarnya.

Ia tidak berpikir sejauh itu.

"Laki-laki akan berpikir kalau kamu bisa dipakai dengan iming-iming kontrak." lanjut Mama.

"Dan bagaimana dengan pemegang saham, masihkah mereka percaya padamu? Laki-laki banyak pacar banyak istri bisa jadi sebuah prestasi gemilang. Tapi wanita dengan banyak pacar banyak suami akan jadi apa sebutannya? Lon-te? Kamu mau hidup seperti itu? Perhiasan dan tas mahal yang kamu pakai akan dicap sebagai hadiah dari sugar daddy walaupun kamu sebenarnya membeli sendiri dari jerih payah kamu."

"Astaga, Mama," Papa menghela napas. Ucapan istrinya sangat mengena, ia bahkan bisa melihat bibir Susan gemetar.

Susan mengalihkan pandangannya ke samping dengan mata berkaca-kaca.

Mama selalu tahu dirinya.

Kelemahannya,

Cara menguasainya,

Cara membujuknya,

Juga kesukaannya.

"Susan, sekarang semua sudah terlanjur terjadi. Yang bisa kita lakukan adalah mencegah orang lain menganggap remeh kamu. Calon suami yang diajukan Papa adalah... Yah, kamu tahu sendiri sepak terjangnya di dunia bisnis. Sejak Kakaknya meninggal dan Ayahnya sakit-sakitan, ia pulang ke Indonesia dan melanjutkan Perusahaan hingga melejit seperti saat ini."

Mama berdiri dan memberikan tablet berisi data diri calon suami Susan.

"Susan, kamu tahu sendiri kualitas David Yudha, calon suami kamu. Kalau kamu jadi istrinya, semua omongan nyinyir dan julid akan teredam. Maaf saja, Mama bukan ingin harta keluarga Yudha. Kita juga sudah hidup berkecukupan. Tapi yang Mama pikirkan adalah nama bersih kamu." Mama kembali duduk sambil menyilangkan kedua tangan di dadanya.

Sungguh, ia mengerti kesulitan Susan.

Sebagai sesama wanita, momok 'menjadi istri ketiga' benar-benar terdengar miris.

Wanita mana yang tidak ingin menikah dengan orang yang ia cintai.

Namun bagaimana dengan menikah karena tujuan bisnis?!

Melihat anak semata wayangnya kesulitan, dalam hatinya ia sangat sedih. Namun kalau ia menunjukkan perasaannya, Susan akan semakin labil.

Mudah-mudahan rumah tangga Susan nantinya akan baik-baik saja.

David Yudha

David Yudha berwajah tampan.

Dengan mata sipit dan alis tebalnya. Senyum di bibirnya ramah.

Tutur katanya juga lembut dan sopan.

Susan tidak menyangka kalau suaminya semenawan ini. Masalahnya David tidak menyukai publisitas berlebih dan jarang ada foto dirinya di media.

Wajah pria itu indo Amerika-Jepang. Susan dengar Ayah David memang Mualaf sejak muda. Dan sebelum meninggalkan negaranya, Ayah David adalah imam dan pengurus di Islamic Center Of Washington.

Saat pindah ke Indonesia, Ayah David menjadi agen properti, dan perlahan usahanya berkembang menjadi developer (pengembang) perumahan.

"Susan," sapa David dengan senyum lembutnya.

Susan hanya mengangguk sekilas. Harus bagaimana ia memasang setting wajah? Ia sangat kesal akan hari ini.

Kalau saja ponsel si kunyuk Jefry tidak hilang, video itu tidak akan tersebar ke media, dan Susan tidak akan berada di posisi ini!

Satu jam kemudian di sinilah Susan,

Duduk diam di kursi berbalut kain satin putih,

Dalam ruangan tertutup sederhana.

Mendengarkan pria di sebelahnya mengucapkan akad.

Dengan mas kawin deposito atas namanya senilai 1 milyar rupiah, perhiasan senilai 270juta sesuai usianya, dan seperangkat alat sholat yang biasanya akan jarang ia pakai kecuali ada keinginan tertentu ke Maha Pencipta.

Sial!

Umpat Susan dalam hati saat melayangkan pandangannya ke sudut ruangan di dekat mereka.

Kedua istri si David Yudha ini, berwajah bagaikan malaikat!

Berbalut baju syar'i dan tersenyum manis seakan menyambut Susan dengan sukacita.

Susan tidak habis pikir melihat senyuman yang seakan tulus itu. Padahal mereka akan membagi Suami mereka dengan Susan.

Apalah mereka tidak punya perasaan memiliki?!

Sebenarnya apa motif mereka menikah?

Apakah sama dengan Susan?

"Sah?" tanya penghulu.

"Sah!" sahut kedua saksi.

Semua mengangkat tangan berdoa.

Hanya Susan yang menghela napas dengan kencang dan bersandar di kursinya sambil menggerutu.

Membuat semua mata meliriknya.

Bodo amat!

Dengus Susan perlahan.

"Susan," selesai tukar cincin David membawanya ke ruangan Vip. "Kenalkan, ini Alwa dan Hanifah."

"Assalamu'alaikum Susan," sapa mereka ramah.

"MasyaAllah, cantiknya kamu," desis salah satunya.

Susan tersenyum.

Terus terang, ia tidak membenci Alwa dan Hanifah.

Ia juga tidak membenci David.

Yang ia benci adalah nasibnya sekarang.

"Wa'alaikumsalam," balas Susan. "Sebelum kalian kaget, saya akan memberitahu kalian lebih awal. Bahwa saya tidak berniat untuk beramah tamah. Saya tidak mencintai David, dan saya tidak suka dengan kalian berdua. Pernikahan ini hanya karena keinginan kedua orang tua saya dan pengembangan bisnis."

Mereka bertiga hening.

Menatap Susan dengan tegang.

Susan menyambar gelas air putih di dekatnya dan meneguknya.

"David, kita harus membicarakan mengenai posisiku di keluarga kamu. Berdua saja,"

"Harus sekarang?" David mengernyit

"Ya. Lebih cepat lebih baik. Aku tidak ingin ada kesalahpahaman,"

"Sebaiknya setelah acara saja, karena seharusnya kita beramah tamah dengan keluarga yang lain,"

"Nanti juga satu persatu muncul sendiri kalau mereka butuh uang,"

"Astaghfirullah, Susan,"

"Realistis aja, lah," Susan mengibaskan tangannya. "Aku mau ke ruang pengantin, tidur. Silakan beramah tamah sendiri," Susan melenggang keluar aula dengan santai.

Di depan pintu, terlihat dua orang laki-laki memakai suit rapi. Salah satunya menerima gelas minum dari Susan, satunya menerima tudung pengantin yang dilepas Susan karena dianggap mengganggu langkah kakinya.

Mereka mengawal Susan berjalan ke ruang istirahat pengantin wanita.

Salah satunya menunduk hormat ke David.

Lalu berlalu.

-----***-----

"Serius Bu Susan, ini hari pernikahan Ibu, loh," Raka meletakkan tudung pengantin Susan di atas manekin.

Sedangkan Galuh minta semua orang di ruangan pengantin untuk keluar agar tidak mengganggu istirahat Susan.

"Ta-i kucing. Saya ngga peduli sama nikah-nikahan!" Susan melepaskan sepatunya dan menjatuhkan diri di sofa panjang.

"Menikah seharusnya antara dua orang yang saling mencintai!"

"Ya tapi kan hal ini salah ibu sendiri, adegan kok pakai direkam-rekam." sahut Raka.

"Kalau yang ngomong bukan kamu, sudah saya pecat!" sungut Susan.

"Pak Jefry tadi sempat datang," kata Galuh sambil duduk di kursi meja rias.

Susan menegakkan tubuhnya.

"Dia sempat datang? Kamu usir, kan?!"

"Sesuai instruksi. Tapi dia menitipkan bingkisan untuk Bu Susan,"

"Sudah kamu buka?"

Galuh mengangguk, "Cincin berlian dengan grafir nama Bu Susan. Katanya seharusnya akan dia berikan saat Pak Jefry melamar Bu Susan bulan depan,"

Susan membeku.

Agak lama.

Sampai 10 menit kemudian dia berteriak,

"SIAAAALLLL!!!!!"

Sampai-sampai Raka dan Galuh menyumbat telinga mereka dengan jari.

"Kalau tau Jefry bakalan nikahin Gue buat apa Gue buang-buang waktu nikah sama penganut poligami!?!" teriaknya kesal.

"Yah, waktunya agak terlambat sih, dia datang pas habis akad," desis Galuh.

"Minta dicerai saja Bu, biar bisa balik ke Pak Jefry," desis Raka.

"Oke!! Saya minta sekarang juga!" seru Susan sambil menghentakkan kakinya keluar ruangan dan susah payah mengangkat gaunnya.

-----***-----

David menyilangkan kedua lengannya dan berdiri bersandar di dinding sambil menatap Susan dengan wajah seakan menghadapi anak SD yang berceloteh tak jelas.

Senyumnya tipis dan tampak sekali kalau ia sedang geli.

"Kamu tahu kan kalau tidak semudah itu, kamu sudah mempelajari aturan dari segi hukum dan agama," sahut David.

"Paling tidak, kamu bisa berjanji dalam waktu dekat akan menceraikanku," Susan terus mendesak David.

"Aku tidak bisa, baru saja mengucapkan sumpah langsung di hadapan Allah SWT dan malaikatnya untuk menjaga kamu sehidup sesurga, dan belum satu jam tanpa alasan menceraikan kamu? Bisa-bisa aku diazab,"

"Tapi kamu kan tahu sendiri pernikahan ini adalah sebuah kesalahan,"

"Salah di mana?"

"Hah?"

"Semua sudah dirancang sedemikian rupa, akadnya pun sah, salah di mana?" David mengangkat bahunya.

"Salah di tujuan kita menikah!" seru Susan tidak sabar.

"Tujuanku menikahi kamu? Karena aku mencintai kamu. Apalagi?"

Susan terdiam.

Mencintaiku?

Dasar pembohong!

Umpat Susan dalam hati

"Kamu sudah memiliki 2 istri yang lain, bagaimana bisa kamu bilang mencintaiku?! Kamu ada kelainan jiwa atau bagaimana?" sembur Susan.

"Aku juga mencintai mereka,"

"Dasar mesum,"

"Mesum?!" David mengernyitkan wajahnya. Terus terang ia tersinggung, tapi ia ingin tahu maksud Susan berbicara seperti itu.

"Iya, kamu bukan Rasul. Beliau menikahi lebih dari satu wanita dengan tujuan mulia, sedangkan kamu? Kamu hanya manusia biasa, bukan Raja dan bukan pendakwah, bagaimanapun kamu tidak bisa bilang kalau itu Sunnah! Kamu hanya cowok mesum," sahut Susan dengan dagu terangkat.

"Aku menikahi mereka, dan kamu, juga dengan suatu misi,"

"Apa misinya?"

"Kalau dalam kasus kamu, menyelamatkan harga diri kamu dan keluarga,"

"Aaarghhh!" geram Susan.

"Kalau begitu aku tegaskan ya sekarang, kalau aku mencintai orang lain, dan itu bukan kamu! Jadi kamu mengerti artinya kan!" dan Susan berbalik kembali ke ruang istirahat sambil menahan amarah.

His Two Angel

David menatap punggung Susan yang menjauh dengan helaan napas tanda kelelahannya.

Seperti yang dikatakan Papa Susan, Susan memiliki tabiat yang keras dan meledak-ledak. Menghadapinya harus dengan sedikit trik.

Bisa dibilang adu otak. Logika dengan logika.

Lalu Pria itu menatap ke dua wanita yang sedang makan di meja VIP.

Alwa dan Hanifah.

Keduanya sedang mengobrol dengan akrab diselingi dengan tawa.

Dua orang istri Almarhum kakaknya, Suleyman.

David masih ingat dia dipanggil untuk segera kembali ke Indonesia saat akan dipromosikan sebagai Managing Director Perusahaan IT di area Silicon Valley.

Suleyman kecelakaan saat pulang dari berdakwah, dan dalam kondisi kritis.

Namun kakaknya itu masih diberi kesempatan berbicara dengan David.

Tolong jaga istri-istriku, mereka sebatang kara.

Awalnya berat bagi David.

Namun setelah ia tahu bagaimana Alwa dan Hanifah bisa diperistri Suleyman, ia pun dengan ikhlas menepati janji ke almarhum kakaknya untuk bertanggung jawab terhadap hidup Alwa dan Hanifah.

Alwa dan Hanifah adalah sepupu yang sangat akrab sejak mereka kecil.

Hanifah di asuh keluarga Alwa karena kedua orang tuanya meninggal karena sakit.

Semua baik-baik saja sampai di usia mereka yang ke 16 tahun, datang perampok ke rumah reot mereka dan membunuh kedua orang tua Alwa.

Alwa dan Hanifah dalam kondisi sekarat akibat dirudapaksa, bahkan Hanifah harus merelakan rahimnya diangkat.

Almarhum orang tua mereka hanya meninggalkan hutang, dan mereka dalam kondisi miskin.

Masalah tidak berhenti di situ. Tidak ada yang mau mengasuh gadis-gadis dengan trauma tinggi. Hanifah masih sering berteriak-teriak histeris dan Alwa menjadi pemurung, menangis setiap hari.

Juga, tidak ada yang mau memperistri mereka.

Saat itu Suleyman sedang berdakwah di desa mereka, dan menemukan keduanya di panti asuhan.

Dua mutiara yang sinarnya redup, pandangan matanya kosong dan hampa.

Dengan guratan luka sayatan di pergelangan tangan Alwa.

Mereka dibawa ke Jakarta sudah dengan status istri Suleyman.

David, terus terang, selama ini hanya berkencan biasa saja dengan wanita di sekitarnya.

Untuk masalah agama, ia tidak terlalu agamis. Berjalan saja dengan otomatis seperti kebanyakan orang.

Ia bahkan masih sering melakukan kelicikan di bisnisnya. Persaingan dalam dunia ekonomi sangat besar dampaknya, bisnis yang curang harus dilawan dengan kelicikan yang lebih besar.

Riba sudah pasti tidak terhindarkan, terutama untuk menekan pajak. Pasar bursa sudah pasti hal wajib di usahanya. Apalagi perusahaannya tempatnya bekerja di Amerika memakai sistem bitcoin.

Gaya hedon juga masih dilakoninya. Namun sekarang, David bekerja di Indonesia, di mana hal-hal seperti itu biaa 'agak' dikurangi. Ia membesarkan usaha property ayahnya dan kini memiliki lima gedung perkantoran 30 lantai. Profitnya berasal dari sewa para tenant. Dan pendapatannya mencapai milyaran dalam sebulan.

Kini posisinya adalah Komisaris Utama sekaligus pemegang saham mayoritas. Ia memilih sendiri para CEOnya dan jajaran manajemen untuk mengatur strategi mendatangkan cuan padanya.

Dan kini Susan,

Terus terang saja ia sudah pernah bertemu Susan sebelumnya, saat peluncuran saham anak usaha Susan yang bergerak di bidang retail di sebuah hotel bintang 5.

Namun David hanya menganggapnya sebagai pewaris Pak William Tanudisastro, Papa Susan. Saat itu Papa Susan juga akan memasuki masa pensiun.

Susan sangat populer.

Cantik dan cerdas. Wajah keturunan Tionghoa yang unik dengan kesupelan yang memikat.

Namun karena David baru menikahi Alwa dan Hanifah, ia hanya menganggap Susan angin lalu.

Papa Susan berteman baik dengan Ayah David karena mereka aktif di Islamic Centre. Jadi Papa Susan mengetahui motif David memperistri Alwa dan Hanifah.

Hanya, hal itu disimpan rapat-rapat karena ditakutkan akan mendatangkan traumatis bagi Alwa dan Hanifah.

Itu sebabnya, kenapa dari sekian pria, David-lah yang justru hadir dalam kehidupan Susan.

Papa Susan datang sendiri ke rumah David dan menceritakan kegalauannya mengenai video porno yang beredar di internet. David sampai mengernyit melihatnya. Papa Susan menghubungi David karena ia memiliki pekerjaan yang berhubungan dengan IT dan System, jadi hal itu bukan masalah besar bagi David untuk memutihkan data di internet.

Masalahnya sekarang, sudah banyak orang yang melihat aib Susan.

Dan David mengakui,

Kalau gaya Susan di video cukup seksi dan profesional, seakan ia sudah sering melakukan hal nista tersebut.

Susan semakin cantik dibanding saat pertama David melihatnya. Dan hanya melihat fotonya saja David langsung jatuh cinta pada wanita itu.

-----***-----

“Gimana Bu? Gagal kan?" Raka cengengesan saat melihat Boss-nya itu masuk kembali ke ruangan dengan marah. Wajahnya merah dan merengut.

"Sumpah tu laki keras kepala buanget!" gerutu Susan.

"Ya mana ada laki yang langsung iya-in pas diminta cerai setengah jam setelah akad, alasannya ngga jelas pula. Memangnya Bu Susan beneran suka sama Pak Jefry?"

"Paling tidak, ngga harus dengan Pria beristri tiga! Diduain aja gue udah 'gedeg', ini gue ditigain!"

"Bukan karena benar-benar suka sama Pak Jefry ya ternyata," gumam Raka.

“Kamu secara ngga langsung menuduh saya bisa tidur dengan pria random asal ganteng,” tuduh Susan ke Raka sambil memicingkan matanya.

“Saya manusia biasa, sekaligus sangat menghormati Bu Susan. Yang saya katakan, ini terus terang saja, untuk kebaikan Bu Susan juga. Jaman sekarang susah loh cari atasan yang benar-benar punya capable di bidangnya. Saya hanya tidak suka dengan pandangan laki-laki lain ke Bu Susan, kesannya ibu ini makanan,” Raka menipiskan bibirnya.

“Masih lebih mendingan pandangan mata Pak David ke Ibu. Kayak pasrah dan penuh keikhlasan,” tambah Galuh.

“Hahahaha pasti dia sudah tahu hari-harinya akan lebih berat mulai sekarang!” Raka langsung terbahak.

“Ck!” Susan hanya mendecak. Ia sebenarnya juga setuju dengan ucapan Raka dan Galuh.

Galuh memang dari tadi lebih kalem dan agak pendiam sambil mendengarkan Bossnya dan rekannya mengobrol.

Susan sudah biasa meledak-ledak begini, tapi biasanya moodnya cepat membaik.

"Bu Susan," Galuh akhirnya bersuara.

Keduanya langsung menaruh perhatian pada Galuh.

"Saran saya, sebaiknya ibu tenang dulu, jalani pernikahan ini selama beberapa saat. Saya pikir karena Pak David juga mengerti permasalahan Bu Susan, ini jadi kondisi yang baik sampai gosip mereda. Lagipula, siapa yang akan mengganggu istri David Yudha, Naga Dunia Bisnis Properti?!"

"Itu julukannya? Naga Dunia Bisnis? Bagi saya dia ular kadut," gerutu Susan.

Galuh terkekeh.

Dari nada suaranya, paling tidak, Susan tampaknya menyetujui saran Galuh.

"Pokoknya kalau kondisi membaik, saya minta cerai," sahut Susan.

"Ya jangan diomongin ke kita, ngomongnya ke beliau lah," Raka menyeringai.

"Nanti Saya coba lagi! Sekarang, saya mau pulang,"

"Hah?"

"Pulang. Capek, kesel, muka saya udah acak-adut!"

"Tapi, tamunya masih ada, masa mempelai wanitanya ngga ada?!"

"Itu urusan David," Susan berbicara sambil menyambar tas mahalnya dan berjalan keluar tanpa sepatu.

"Astaga Bu Susan," Raka dan Galuh kalang kabut mengumpulkan barang-barang pribadi Susan dan menyusul Bossnya itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!