Mizuki menarik Rei menjauh dari Bu Risa yang sikapnya mulai seperti orang gila itu. Dia mulai berjalan secara perlahan sambil menodongkan pisau di tangannya itu. Apa dia akan membunuh semuanya? Tapi kenapa?
"Ibu! Apa yang akan Ibu lakukan?!" bentak Rei.
"Membunuh kalian. Hihi..., apa lagi?" jawab Bu Risa santai.
"Kenapa?! Kami salah apa pada Ibu?!" bentak Mizuki.
"'Salah apa'? Kalian ingin tahu kesalahan kalian, hah? Kalian itu telah membangkitkan amarah Chika. Sekarang juga, kalian terimalah akibatnya!" Bu Risa berlari ke arah Dennis dan Adel. Ia mulai menyerang. Dennis pun menghindar dengan cepat sekalian melindungi adiknya juga.
"Apa hubungannya kesalahan kami dengan sikap Ibu yang berniat untuk membunuh kami?!" tanya Dennis sambil berlari berusaha untuk menghindar dari ayunan Pisau itu.
Bu Risa pun terdiam sejenak dan menjawab, "Chika marah karena ia meminta korban. Mungkin, akan lebih baik, jika kalian semua saja yang harus menjadi korbannya! Hahahaha...!"
"Ti–tidak bisa seperti itu!" bentak Yuni tiba-tiba. Semua mata terpaku pada ekspresi Yuni yang datar itu. "Tanggal 20 bulan April tahun 1994, seorang anak bernama Chika telah meninggal dunia. Lebih tepatnya, dibunuh oleh pelaku yang tidak bertanggung jawab. Pelaku pembunuhan itu ada di sini!" Yuni menatap tajam kepada Bu Risa.
"Eh? Si–siapa pelakunya?" tanya Dennis penasaran.
"Pelaku yang telah membunuh Chika itu adalah Bu Risa sendiri." Jawab Yuni.
Bu Risa pun terkejut. Begitu pula dengan yang lainnya.
"Apa maksudmu anak kecil?! Jangan nuduh sembarangan, ya!" bentak Bu Risa.
"Eh, Yuni, kan pelakunya itu adalah anak kecil." Timpal Mizuki.
"Pelakunya memang anak kecil. Apa kalian belum menyadarinya? Biar ku ulangi lagi. Chika meninggal tanggal 20 April 1994. Itu sudah lama sekali. Pelakunya adalah Bu Risa saat ia masih kecil." Jelas Yuni.
"Tapi, pelakunya kan-"
"Benar. Pelakunya anak berambut pendek. Seperti yang ada di bayangan Dennis. Karena rambut itu, kita telah menganggap kalau pelakunya adalah laki-laki. Tapi, asal kalian tau saja, kalau sebenarnya, Bu Risa itu memiliki rambut pendek saat beliau masih kecil. Lebih pendek daripada yang sekarang. Dahulu, Bu Risa juga bersekolah di sini."
"Eh! Tunggu-tunggu–" Tingkah Bu Risa mulai panik.
"Apakah kalian masih ingat dengan surat yang ditemukan kak Rei itu?" tanya Yuni.
Semuanya mengangguk.
"Tulisan di dalam surat itu adalah tulisan tangan Bu Risa sendiri saat ia masih kecil dulu. Dan bukanlah Ibu Chika sendiri. Lalu, bercak darah kering di kertas itu adalah darah dari Chika saat ia terjatuh dari atas tangga. Surat itu dikatakan kalau Chika ditemukan di dalam tong air, kan? Itu padahal Bu Risa sendiri yang memasukan mayat Chika ke dalam sana untuk menghilangkan jejak pembunuhannya. Bu Risa juga menulis surat itu dengan tujuan untuk menutupi identitasnya juga. Fakta lainnya, sebenarnya, Ibu Chika telah meninggal saat melahirkan Chika. Bu Risa memang pintar kalau untuk menutupi semua kesalahannya itu. Tapi, semua itu telah terungkap sekarang!" jelas Yuni.
Yuni tertawa kecil. Lalu, ia tersenyum sinis sambil menatap Bu Risa. "Ibu memang psikopat yang pintar, ya. Tapi, tidak sepenuhnya pintar. Jika Ibu pintar dalam menutupi semua kelakuan Ibu pada Chika itu, lalu kenapa Ibu mengajak saya bersama Ibu? Jadi terungkap, kan? Bodoh." Gumam Yuni.
"Ba–bagaimana kau tahu semua ini?!" bentak Bu Risa.
"Aku tahu dari seseorang yang memberitahuku semua tentang ini." Yuni melirikkan matanya ke arah tangga menuju ke bawah itu. Yuni bisa melihat di sana berdiri sesosok pria besar yang merupakan arwah dari ayahnya Chika sendiri.
Lalu setelah itu, Yuni kembali menatap Bu Risa. Ia tersenyum. "Apakah Ibu mau aku panggilkan Chika ke sini?"
Bu Risa pun tersentak kaget. Begitu juga dengan yang lainnya. Memanggil Chika?! Untuk apa?
****
TAP! TAP... TAP!
"Eh, bocah! Kumohon bangun lah! Hah.... hah...," Lisa merangkul tubuh Akihiro sambil berusaha untuk lari dari kejaran Chisi di belakang mereka.
Perlahan, Lisa mulai merasa kelelahan. Tubuh Akihiro terlelu berat baginya. Dan ia masih belum menemukan tempat yang aman untuk bersembunyi.
Lalu akhirnya sampai di pertigaan. Lisa berbelok ke kiri. Ia berhenti sejenak untuk meregangkan tubuhnya di depan pintu. Lalu setelah itu tiba-tiba saja ada sepasang tangan yang muncul dari dalam pintu yang ada di depan Lisa.
"Mmmph!"
Tangan itu membekap mulut Lisa dan menariknya masuk ke dalam ruangan itu. Begitu pula dengan Akihiro yang ditarik masuk ke dalam ruangan itu.
Tak lama setelah itu, si Chisi besar itu pun muncul di tempat Lisa berdiri tadi. Chisi itu mencari mangasanya yang hilang. Lalu tak lama kemudian, Chisi itu pergi ke tempat lain dan meninggalkan ruangan yang ada di depannya itu.
Di dalam ruangan yang merupakan kelas kakak kelas yang sudah kosong....
"Mmmph!" Lisa melepas tangan yang membekap mulutnya itu dengan paksa. "Apa yang kau lakukan?!" bentak Lisa.
"Ssssttt...! Jangan berisik, nanti–"
BUK!
Semuanya langsung merunduk. Mereka sangat terkejut dengan kehadiran si Chisi besar itu di depan jendela. Chisi itu mengintip dalam ruang kelas itu dari luar jendela. Di depan sana, Chisi hanya diam saja. Lalu tak lama kemudian, dia kembali berbalik badan dan menghilang karena dirinya tidak menemukan orang yang ia cari.
Semua yang ada di dalam kelas pun menghembuskan nafas lega. Akhirnya, Chisi itu tidak menjadi ancaman lagi. Sepertinya, Lisa dan Akihiro telah menemukan tempat yang aman untuk mereka bersembunyi.
Lisa pun menengok ke samping kirinya. Di sana ada dua orang murid yang sudah menyelamatkan Lisa dan Akihiro dari kejaran Chisi tadi.
"Eh, kalian berdua. Makasih untuk yang tadi!" ucap Lisa.
Mereka berdua mengangguk. Lisa pun menelengkan kepalanya. "Eh, kalian ini siapa? Aku tidak pernah melihat kalian."
"Oh. Perkenalan, aku Rashino dan ini adikku Nashira. Kami berdua bersaudara." Kata salah satu dari mereka memperkenalkan diri.
"Oh. Kalian bersaudara. Kalian pasti kembar, ya?" tanya Lisa.
Rashino dan Nashira mengangguk kompak. Lalu Lisa pun melirik ke arah Nashira yang ada di samping Rashino. "Eh, Nashira. Kamu imut banget. Kau sangat cantik!"
Seketika, kata-kata Lisa telah membuat si kembar terkejut. Nashira pun menggeleng cepat. "Aku..., aku bukan cewek! Bukan! Aku ini cowok!"
Lisa terkejut. Pipinya memerah karena malu. "Eh! Maaf! Aku salah. Aku pikir kamu itu cewek. Kamu seperti cewek. Kenapa kamu memakai seragam cewek?!"
Si kembar mendesah. "Sebenarnya, kami tidak dapat dibedakan. Semuanya tidak bisa membedakan kami. Sampai orangtua kami juga tidak bisa membedakan kami. Lalu, akhirnya, kami pun memutuskan untuk menjadikan penampilan Nashira menjadi seperti ini. Agar semua orang bisa membedakan kami." Jelas Rashino.
"Oh, jadi begitu. Maafkan aku, ya?" Lisa tertawa kecil. Si kembar pun mengangguk dengan senang hati. Lalu setelah itu, mereka semua menengok ke arah Akihiro yang ada di samping Lisa. Ia masih belum sadar juga.
Kalau begitu, mereka akan menunggu. Tapi, tak lama kemudian, Lisa merasakan pergerakkan dari tubuh Akihiro. Semuanya memandang Akihiro.
Kepala Akihiro sedikit menggeleng, lalu setelah itu, ia akhirnya membuka matanya. Akihiro sedikit mendongak. Ia menatap Lisa. Lalu matanya melirik ke arah si kembar. Akihiro terkejut dan tak sengaja ia berteriak saat melihat si kembar yang tidak ia kenal.
"Ssstt!" Semuanya membekap mulut Akihiro. Lalu tiba-tiba saja....
BRUK! BRAK! BRAK!
Mereka terkejut. Tiba-tiba saja, ada yang menggedor dan berusaha untuk membuka pintu itu dari depan sana.
Saat dilihat dari depan jendela kecil yang terletak di pintu, terlihat di sana, ternyata si Chisi besar itu kembali lagi!
Chisi itu telah menyadari persembunyian semua mangsanya! Bagaimana ini?!
To be Continued- Eps 21 >>>>
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 233 Episodes
Comments
Riya海介
gw telat baca njerr,btw nih cerita bagus bett😩👍
2021-06-23
1
Nurhalimah Al Dwii Pratama
yuni cepet panggil chisi kan penjahatnya ktauan kasian akhiri,lisa sma si kembar
2021-05-24
0
.
dasar bunuh genti aja tuh guru😡
2021-01-05
2