Semuanya mulai mendekat! "Yeay!"
Mereka senang sekali saat Dennis mulai
membuka matanya. Apalagi dengan Adel. Adiknya sendiri. "Kakak bangun juga akhirnya?"
Dennis melirik ke sekitar dengan bingung. Kemudian ia menatap adiknya dan bertanya, "Ini di mana? Apa aku ada di Rumah sakit?"
"Ini ruang UKS sekolah. Bukan Rumah sakit. Peraturan di sini melarang muridnya untuk keluar dari lingkungan sekolah. Mau mendadak, atau tidak. Intinya, kita semua tidak boleh keluar. Makanya, kau kami rawat di UKS saja." Jelas Rei.
"Oh. Hmm, memangnya apa yang telah terjadi?" tanya Dennis lagi.
Sebenarnya, semuanya tidak ingin memberitahu kejadian sebelumnya pada Dennis. Adel mengingat sesuatu.
Flashback 1 jam yang lalu....
"Adel, kau ingat ini, ya? Jika kakakmu sudah siuman, kau jangan beritahu tentang kecelakaan itu padanya. Apalagi tentang makhluk yang sudah menyerangnya." Ujar Rei pada Adel.
"Me–memangnya kenapa, kak?"
"Jika dia tahu, maka kakakmu akan terasa terganggu dan tidak nyaman. Apa kau mau kakakmu jadi stres?"
"Ah, pastinya tidak!"
"Kalau begitu, berjanjilah padaku. Kau tidak akan bilang, kan?"
"Baiklah kakak."
"Baguslah kalau begitu." Rei berbalik badan. Ia sedikit bergumam. "Sebenarnya, ada satu hal yang harus dikhawatirkan dari Dennis."
****
"Ada yang harus dikhawatirkan dari kakak? Tapi apa itu? Kakak ini telah membuatku penasaran. Sepertinya, dia juga mempunyai kemampuan khusus yang tidak bisa dilakukan orang lain." Batin Adel.
Semuanya masih belum menjawab pertanyaan Dennis itu. Dennis tidak sabar menunggu. Ia pun kembali bertanya dengan kalimat yang sama.
Semuanya tersentak. Akihiro akan menjawabnya. "Hanya kecelakaan kecil. Kau terjatuh dari atas tempat tidur tingkat yang paling atas."
Semuanya terkejut. Rei pun sedikit memukul tubuh Akihiro lalu membisikkannya. "Kamar kami memiliki tempat tidur yang terpisah! Tidak bertingkat."
"Ah! Maaf!" Akihiro mengibaskan tangannya. "Dennis, sebenarnya, dirimu habis tersedak makanan saat di kamar!"
"Ah! Payah. Tidak masuk akal!" Gerutu Rei.
Mizuki pun membuka mulut. "Sebenarnya, Dennis hanya tersandung dan terjatuh saja. Kepalamu terbentur parah. Tapi semuanya baik-baik saja kan? Tidak ada yang dikhawatirkan!"
Dennis tidak menjawab. Ia hanya mengangguk paham mendengar penjelasan Mizuki. Lalu, Dennis melirik ke arah Akihiro. Ia terkejut saat melihat lengan kirinya Akihiro yang ditutupi perban.
"Kakak...," Dennis masih belum mengetahui nama kakak kelas berambut coklat yang ada di sampingnya itu. "Itu tangan kakak kenapa, ya?"
Akihiro terkejut. Ia harus mencari alasan lainnya. Tidak mungkin kalau dia mengatakan yang sebenarnya. Dennis juga tidak akan percaya, kan?
"A–aku... eh, ini hanya...."
"Cuma luka kecil biasa. Dia kan anak nakal. Suka ceroboh. Makan bubur saja pake sumpit. Dia pikir seperti makan nasi pake sumpit di Jepang, apa?" sela Mizuki.
"Eh! Aku tidak begitu, kok!"
"Jujur saja. Aku tahu semua tentang dirimu dan kelakuanmu yang aneh!"
"Ya sudah deh! Aku mengalah saja. Perempuan memang selalu benar." Akihiro mengeluh.
Semuanya tertawa. Kecuali Rei. Dennis memperhatikan matanya. Mata Rei selalu menatap ke adiknya, Adel. Begitu juga dengan Yuni. Apa jangan-jangan yang dikatakan Yuni itu benar?
****
Keesokan harinya....
"Dennis, kau sudah siap di hari pertamamu di kelas?" tanya Rei sambil membereskan buku-bukunya.
Dennis mengangguk. "Iya, kak! Aku sudah tidak sabar." Dennis sedikit menundukkan kepalanya. Ia bergumam. "Sekalian aku juga tidak sabar memulai peraturan ketat dan tidak jelas itu."
Entah itu kata sindiran atau bukan, tapi intinya, Dennis tidak terlalu menyukai semua peraturan di sekolahnya itu.
"Baiklah, kau sudah siap? Ayo kita berangkat!" ajak Rei.
"Iya, kak!"
Dennis dan Rei pergi keluar dari dalam kamar mereka. Tapi saat di luar sana, Dennis lupa dengan ponselnya. Ia meninggalkan ponsel itu di atas tempat tidur. Dennis akan kembali ke kamarnya untuk mengambil ponsel itu, sementara Rei akan menunggu di depan.
Saat Dennis kembali ke kamarnya. Ia tidak menemukan ponsel itu di atas tempat tidurnya, melainkan ponsel itu ada di atas meja belajarnya. Di depan mejanya itu ada sebuah cermin berukuran sedang. Saat Dennis mengambil ponselnya yang ada di depan cermin itu, Dennis pun dikejutkan dengan sosok kepala seseorang di dalam cermin. Saat Dennis perhatikan, sosok itu hanya menunjukkan kepala manusia!
Dennis sangat terkejut. Kepala manusia itu berada di atas tempat tidur Rei. Perlahan, Dennis menengok ke belakang. Ternyata kepala itu telah menghilang. Lalu, Dennis pun kembali menatap ke cermin. Ia dikejutkan dengan hilangnya sosok kepala itu di dalam cermin.
Kepalanya menghilang!
Seketika bulu kuduknya berdiri. Karena merasa takut, Dennis pun secepatnya langsung berbalik badan, berlari kecil menuju pintu lalu meninggalkan kamarnya dan pergi bersama Rei ke kelas.
Saat Dennis pergi, sosok kepala itu tiba-tiba muncul di atas meja belajar Dennis. Kepala seorang anak perempuan yang sudah pucat dan membusuk.
****
*KRIIIING ... KRIIIING....
Bel 2 kali menandakan waktu masuknya kelas. Dan dimulailah pelajaran pertama. Dennis berada di kelas 3-C. Hari ini, Dennis ada pelajaran Geografi. Ia berbeda kelas dengan adiknya, tapi ia masuk ke kelas yang sama dengan Rei dan Mizuki.
Guru yang mengajar pun datang. Ternyata guru itu adalah seorang wanita cantik bernama Bu Mala. Beliau memang ahli bidang geografi. Tapi beliau bukanlah wali kelas 3-C.
"Selamat pagi anak-anak!" sapa Bu Mala di depan mejanya.
Semua murid menyahut. "Selamat pagi, Bu!"
"Iya, anak-anak! Sebelum memulai pelajaran, ayo kita mulai perkenalan dahulu. Ngomong tentang perkenalan, Ibu jadi ingat, sepertinya ada anak baru di sini." Bu Mala melirik ke arah Dennis sambil tersenyum. Dennis pun tersentak kaget.
"Ayo kamu yang duduk di belakang, silahkan maju!" pinta Bu Mala.
Dennis pun mengangguk. Lalu ia beranjak dari kursinya dan berjalan agak pelan menuju ke depan papan tulis.
Ia sedikit membungkukan badan lalu tersenyum pada semuanya. "Pagi! Namaku Dennis Efendy. Murid pindahan baru. Semoga kalian suka dengan kedatanganku dan..., em... salam kenal semuanya!"
Semua murid bertepuk tangan. "Halo, Dennis!"
Semuanya ternyata sangat ramah. Tapi pandangan Dennis tiba-tiba terpaku pada kursi di pojok kiri dekat jendela dan pintu belakang kelas.
Di sana, ia melihat ada kursi paling bersih dan rapih, tapi sayangnya tidak ditempati oleh siapapun. Apa murid yang menempati itu tidak bisa datang ke kelas Karena punya alasan lain? Entahlah, Dennis tidak tahu.
Setelah terpaku pada kursi kosong itu, Dennis kembali dikejutkan dengan keadaan sekitarnya. Kenapa seketika mereka jadi pendiam seperti itu. Suasananya sepi sekali.
"Baiklah, Dennis, kau boleh kembali ke tempatmu sekarang!" ujar Bu Mala.
Dennis mengangguk pelan. Ia pun berjalan kembali ke tempatnya sambil melirik dan memandang suasana sekitar yang mendadak jadi sepi itu.
Ada apa dengan mereka?
Dennis pun kembali ke tempat duduknya. Ia melirik ke Rei. Dan ternyata, Rei juga bersikap sama seperti yang lainnya. Dennis merasa aneh dengan kelas ini. Dan dibenaknya, ia selalu bertanya, "Ada apa dengan mereka?"
****
Saat jam istirahat....
"Kakaaak!" teriak Adel dari kejauhan memanggil Dennis yang baru saja keluar dari kelasnya.
Dennis pun tersenyum pada adiknya. Adel berlari ke arah kakaknya. Lalu di belakangnya juga ada Yuni yang berjalan pelan menghampiri mereka juga.
Tapi tidak hanya Yuni. Dennis melihat orang lain di belakang Yuni yang sedang berdiri sambil menundukkan kepalanya. Anak perempuan berambut hitam panjang, poni menutupi wajahnya, sedang berdiri tak jauh dari Yuni. Tapi anehnya, anak itu hanya diam saja, tidak bergerak sama sekali. Dan dia pun memakai seragam sekolah yang berbeda dari semua murid perempuan di sekolah itu.
Untuk anak perempuan, memakai seragam putih dengan rok biru. Dasi berpita dan rompi kecil berwarna biru tua. Sedangkan anak itu, dia memakai pakaian serba merah. Sepatu merah dan dasi berpita berwarna oranye gelap.
Setelah lama Dennis memperhatikan anak itu, tiba-tiba saja, anak perempuan itu pun bergerak. Ia berjalan menuju ke lorong yang ada di sampingnya. Karena penasaran, Dennis pun berniat untuk menghampiri perempuan itu.
Dennis pun berlari. Adel terkejut. Ia juga mengikuti kakaknya. Tapi saat Dennis berbelok ke lorong itu, ternyata anak perempuan itu telah hilang. Lenyap entah ke mana!
"Kakak! Ada apa?" tanya Adel.
"Ke mana perginya anak tadi? Kok cepat sekali perginya. Padahal lorong ini lumayan panjang, loh. Aku lihat tadi dia jalan juga lumayan pelan." Pikir Dennis.
Dennis menggeleng pelan. "Ah, tidak ada apa-apa." Ia menjawab pertanyaan adiknya. "Ayo kita pergi dari sini!"
Mereka berdua berbalik. Pergi meninggalkan lorong itu. Tapi saat mereka pergi, sesuatu telah turun dari atas. Sebuah darah yang menetes dari langit-langit lorong itu.
"Kakak! Di mana Kak Rei?" tanya Adel lagi.
"Oh, dia ada di kelas bersama dengan pacarnya, mungkin!"
"Ah! Dia sudah punya pacar?"
Dennis tertawa kecil. "Ahaha... entahlah!"
"Daripada hanya kita bertiga saja yang pergi ke kantin, lebih baik, kita ajak Kak Rei juga yuk!" ajak Adel. Ia pun berlari ke dalam kelasnya Dennis.
Ternyata di dalam sana masih banyak murid lain yang duduk diam di tempat mereka. Di belakang, ada Rei yang sedang membaca buku. Ditemani oleh Mizuki yang sedang menceritakan sesuatu pada Rei.
Adel mendekati Rei dan Mizuki. "Oh! Jadi ini pacarnya Kak Rei, ya?"
Rei dan Mizuki tersentak. Mizuki menggeleng cepat. "Eh? Tidak kok! Kami hanya berteman."
"Tapi kata kak Dennis, kalian berpaca–"
"Adel! Kamu ngomong apa sih! Tidak boleh seperti ini!" Dennis menutup mulut Adel dengan tangannya. Dennis pun tertawa kecil karena malu. "Maafkan adikku, ya? Hehe...."
Rei menutup bukunya sambil memejamkan mata dan mengerutkan keningnya. "Di dalam sekolah ini dilarang berpacaran." Ujarnya dengan nada dingin.
"Ah, yang benar, lu?"
Seseorang tiba-tiba saja muncul dari belakang kursi yang Rei tempati. Rei sangat terkejut. Ternyata itu Akihiro!
"Tidak mungkin kalian berdua tidak berpacaran. Jujur saja, Rei! Kau menyukai Mizuki, kan?" tanya Akihiro dengan tertawa kecilnya.
"Apa yang kau katakan?!" Rei berdiri dari kursinya dengan cepat dan langsung menatap tajam pada Akihiro.
Waaaaa! Apa yang akan Rei lakukan ini?!
***
To be Continued- Eps 8 >>>>
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 233 Episodes
Comments
Suhaila Azhar
gimana ya makan bubur pake sumpit🤔🤔🤔
2021-10-11
3
just.npc
aku baru ngeh kalo mereka seangkatan
2021-08-06
1
Nurhalimah Al Dwii Pratama
kok chika mlah mao nyelakain denis trus si kan anaeh
2021-05-23
0