Keesokan harinya-
Dennis dan Rei dipanggil ke ruang guru untuk pemeriksaan. Karena pada saat kejadian tadi malam, mereka sempat ketahuan oleh salah satu murid.
"Kenapa kalian pergi ke tempat itu? Kalian tahu, kan? Ada tulisan 'dilarang masuk' yang tertulis di sana!" bentak Bu Mia yang merupakan wali kelas 3-C.
Dennis dan Rei menundukkan kepalanya. "Maafkan kami." Ucap mereka bersamaan dengan nada menyesal.
"Ibu maafkan. Tapi, Ibu akan tetap mengikuti peraturan sekolah ini. Jika ada murid yang melanggar peraturan, maka murid itu harus dihukum secepatnya." Bu Mia melipat tangannya di atas meja. "Sekarang juga, Ibu hukum kalian untuk membersihkan gudang belakang dan jangan mengikuti pelajaran sampai jam istirahat!"
Dennis dan Rei hanya mengangguk. Lalu, tak lama kemudian, Bu Mia akhirnya membiarkan Dennis dan Rei pergi. Dennis dan Rei pun berjalan keluar dari ruang guru.
GREEEKKK....
Dennis dan Rei membuka pintu ruang guru. Terlihat di depan sana sudah ada Adel, Mizuki dan Yuni yang sedang menunggu mereka keluar.
"Bagaimana?" tanya Adel.
"Pasti kalian kena hukuman, ya?" Mizuki melipat tangannya ke depan.
Dennis dan Rei mengangguk bersama. Adel merasa geram. Ia tidak menerima kakaknya kena hukuman itu. "Kenapa hanya kakak saja yang kena?! Kita juga ikutan semalam. Seharusnya kita ikutan dihukum juga, dong!" Gerutu Adel.
Rei menggeleng. "Tidak bisa. Yang lebih jelas terlihat adalah aku dengan Dennis. Lagipula, anak cewek tidak dibiarkan kena hukuman yang berat."
"Tidak adil, dong! Kalau begitu, aku ingin ikut dengan Kak Dennis saja!"
Rei kembali menggeleng. "Tidak bisa seperti itu. Kalian harus mengikuti pelajaran di kelas. Tidak boleh bolos."
Adel kecewa. Dia benar-benar ingin ikut dengan kakaknya. Dennis mengelus kepala adiknya dengan lembut.
"Kenapa kalian masih di situ saja?! Cepat kerjakan tugas kalian!" bentak Bu Mia dari depan pintu.
Semuanya terkejut. Bu Mia tiba-tiba saja ada di belakang mereka. Dennis dan Rei pun langsung bergerak dengan cepat menuju ke gudang belakang. Sementara anak cewek yang lainnya kembali ke kelas mereka yang lain.
****
"Jadi inilah gudang yang akan kita bersihkan?" tanya Dennis.
"Iya."
"Tapi gudang ini terlihat baik-baik saja! Tidak ada yang berantakkan, kok."
"Iya juga. Kalau begitu, kita bereskan kursi-kursi ini saja. Dan..." Rei menggesekkan jari telunjuknya pada kursi itu. "Lihat. Masih ada debunya."
"Huh, baiklah kalau begitu."
Rei mulai mengangkat satu kursi yang ada di sana, lalu menatanya dengan rapih. Dennis pun juga melakukan hal yang sama.
Hanya sebentar. Tak lama kemudian, mereka selesai menyusun semua kursi itu. Sekarang, saatnya bersih-bersih. Dennis pun berjalan ke arah kemoceng yang tergantung di dinding. Ia akan mengambilnya, tapi sebelum ia mendapatkan kemoceng itu, tiba-tiba saja kemocengnya terjatuh dengan sendirinya ke lantai.
Dennis terkejut. Ia pun kembali mengambil kemoceng itu, lalu berbalik badan. Tapi setelah itu, ia kembali terkejut saat melihat sosok aneh yang ada di belakang Rei.
Lagi-lagi sosok anak perempuan berambut panjang dan berbaju merah. Ia berdiri diam di belakang Rei.
Rei menelengkan kepalanya. Ia bingung, kenapa Dennis menatap dirinya seperti orang ketakutan?
"Dennis? Kau kenapa?" tanya Rei mengejutkan Dennis.
Seketika, Dennis langsung menarik tangan Rei dengan cepat ke hadapannya. Dennis sedikit berbisik, "Dia ada di sini!"
Rei tersentak. Tapi ia tidak mengerti dengan apa yang dimaksud dari bisikan Dennis padanya tadi.
"Apa maksudmu?" tanya Rei bingung.
"Itu ada..." Dennis kembali melirik ke tempat Rei berdiri tadi. Dennis terkejut. Ia tidak melihat gadis berbaju merah itu. Lagi-lagi sosok itu menghilang dengan seketika. Dennis jadi bingung.
BRAK!
Mereka berdua kembali dikejutkan dengan pintu gudang itu yang tiba-tiba terbanting dengan kuat. Rei pun kembali membuka pintu itu. Tapi sayangnya, pintunya tidak bisa terbuka! Pintunya terkunci dari luar dan mereka berdua terkunci di dalam!
Bagaimana ini?!
Dennis dan Rei menggedor-gedor pintu itu sambil berteriak minta tolong. Dennis pun berusaha untuk memutar kenop pintu itu dan membukanya. Tapi tetap saja tidak bisa.
"Seseorang, tolong buka pintunya!"
Percuma saja berteriak. Mereka sedang berada di gudang paling belakang sekolah itu. Jarang ada murid atau guru lain yang lewat dekat sana. Apa yang harus mereka lakukan?
"Cara satu-satunya adalah, menghancurkan pintu ini langsung, atau membuka jendelanya!" usul Rei.
Setelah itu, Rei pun kembali mengambil satu bangku yang sudah mereka tata dengan rapih tadi. Rei akan membanting kursi itu ke arah pintunya dengan niat akan menghancurkan pintu itu.
BRAK!
Tidak ada berkas sama sekali. Hanya suara berisik dan pintu itu tidak hancur atau terbuka sedikitpun. Percuma saja.
"Jalan yang lainnya adalah lewat jendela." Kata Dennis. Ia pun berjalan menghampiri jendela itu. Dennis baru sadar kalau ternyata, jendela itu tidak bisa dibuka. Hanya dipasang seperti biasa. Kalau begitu, Rei yang akan menghancurkan jendela itu dengan melempar satu kursi lagi.
"Minggir dari sana, Den!" teriak Rei sambil mengangkat satu kursi di atasnya. Lalu, dengan cepat, Rei melempar kursi itu ke arah kaca jendela.
PRANG!
Kaca jendela berhasil dipecahkan. Mereka bisa keluar dari sana. Pertama, Rei yang akan memanjat jendela itu dengan hati-hati karena banyak serpihan kaca di sekelilingnya.
Tapi, saat ingin melompat keluar, tiba-tiba saja, dari belakang, ada yang menarik kakinya Rei. Rei pun kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Telapak tangannya mengenai ujung berkas kaca dan terluka.
Darah mulai menetes. Rei menggenggam tangannya dengan kuat karena terasa perih. Lalu, setelah itu, ada yang berjalan dan berdiri di hadapannya. Itu Dennis!
Dennis? Apa kau yang sudah menarikku? Tapi... Eh!
Rei terkejut. Dennis menatap Rei tajam dengan ekspresi marah. Seketika, mata Dennis berubah menjadi merah gelap. Lalu tiba-tiba saja, kedua tangan Rei terangkat dengan sendirinya. Rei terkejut. Ia tidak bisa menggerakkan seluruh anggota badannya. Seperti ada yang sedang menahan dirinya.
Dennis memiringkan kepalanya dan tersenyum sinis pada Rei. Rei menyipitkan matanya. Ia menduga kalau sosok yang di depannya itu bukanlah Dennis yang ia kenal. Dennis pasti dirasuki oleh sesuatu. Dan yang pasti, itu adalah Chika! Dennis telah berubah menjadi Chisi.
Chisi yang merasuki Dennis itu pun mulai membuka mulutnya. "Ku peringatkan sekali lagi. Temukanlah pembunuh diriku, atau salah satu dari kalian akan MATI!"
WUUSHHH....
Asap hitam itu keluar dari tubuh Dennis bersama dengan sosok bayangan hitam berbentuk seperti manusia. Bayangan itu pergi meninggalkan tubuh Dennis. Lalu, seketika, Dennis pun terjatuh dihadapan Rei, dan akhirnya, tubuh Rei pun dapat digerakkan kembali.
Rei membalikan tubuh Dennis itu. Tak lama setelah itu, Dennis kembali membuka matanya. Ia tersentak dan langsung bangun saat melihat wajah Rei yang sangat dekat di hadapannya.
"Rei?! Apa yang terjadi?" tanya Dennis dengan cepat.
"Dennis! Kita harus cepat keluar dari tempat ini!" perintah Rei sambil menarik tangannya.
"Eh? Tapi kenapa? Apa kita sudah selesai bersih-bersihnya?"
"Tidak ada waktu! Chika ada di dalam sana."
Dennis pun terkejut. Ia berlari mengikuti Rei. Mereka kembali ke kelas 3-C.
****
Saat sampai di sana, Rei pun langsung masuk ke dalam kelas itu. Dia memanggil nama Mizuki.
"Yang bernama Mizuki Hanasita dan Akihiro Daisuke, segera keluar dari kelas ini. Ada rapat OSIS!" Perintah Rei.
Guru yang mengajar pun membiarkan Mizuki dan Akihiro untuk ikut dengan Rei. Mizuki dan Akihiro pun mengangguk. Lalu mereka berjalan keluar kelas dan ikut dengan Rei.
Sedangkan Dennis berjalan menuju kelas adiknya. Yaitu kelas 2-A. Saat sampai di sana, Dennis langsung mengetuk pintu dan membukanya. Dennis menengok ke arah gurunya yang sedang menerangkan di depan kelas. Dennis menganggukkan kepalanya.
"Maaf mengganggu! Perhatian, yang bernama Adelia dan Yuni, diharapkan ikut dengan kakak sebentar saja."
"Kalian mau ke mana?" tanya guru dengan nada dingin.
Dennis agak merinding mendengarnya. Tapi, ia berusaha untuk memberanikan diri. "Em, mereka dipanggil oleh Kak Rei, pak!"
Guru itu mengangguk. "Oh, Rei. Baiklah, kalian boleh pergi."
Adel dan Yuni beranjak dari kursinya. Mengangguk sedikit pada guru mereka lalu pergi menghampiri Dennis. Setelah Adel dan Yuni keluar, Dennis pun kembali menutup pintu kelas itu.
"Ada apa, kak?" tanya Adel.
"Ada yang ingin Rei bicarakan. Kita harus kumpul di tempat seperti biasa!"
To be Continued- Eps 13 >>>>
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 233 Episodes
Comments
Duta Pertiwi Karyansyah
baru ngeh mereka ber 6 yah jgn sampe bertambah 1 lg anggota geng mereka kan ada di peraturan gaboleh bersahabat lebih dri 7 org
2021-08-09
1
Zahra Cantik
nih novel udah beneran hadir?!!
omg
2021-02-18
1
via nafisha
lama lama jadi ikutan merinding
2021-02-11
1