Chika'S Terror In The School
****
Setiap sekolah pasti ada penghuninya. Entah mereka itu bisa terlihat, atau hanya orang-orang berkemampuan khusus saja yang bisa melihatnya. Bagi yang bisa melihat makhluk-makhluk itu pasti tahu di mana keberadaan mereka.
Para makhluk itu bisa ada di mana saja. Di halaman sekolah, di kelas mereka pasti ada, apalagi di kamar mandi, dan di lorong dan koridor sekolah, mereka pasti ada!
Itulah sekolah Beautiful. D. High school, para makhluk-makhluk itu ada di mana-mana. Karena sekolah itu ANGKER!
****
[Yah, kakak? Jadi bagaimana keputusanmu?] tanya seorang anak perempuan dengan suara lembutnya lewat telpon.
"Iya. Aku bisa!" Jawab seorang laki-laki yang merupakan kakak dari anak perempuan itu.
[Benarkah? Sungguh?]
"Iya! Kakak besok akan ke sana."
[Beneran nih, kak?]
"Iya, benar."
[Yesh! Oke kak, besok aku tunggu, ya?] Ujar anak perempuan itu dengan penuh semangat.
Kedua adik kakak itu saling berbincang bersama. Lalu tak lama kemudian, mereka mematikan telponnya. Setelah itu, si laki-laki itu langsung turun dari atas tempat tidurnya, lalu berjalan dengan tergesa-gesa menuju dapur.
"Ibu! Ayah!" panggil laki-laki itu sembari berjalan mendekati dapur. Kedua orangtuanya menyahut. Laki-laki itu berkata, "Aku sudah memilih keputusanku. Aku akan pergi besok!"
Kedua orangtuanya tersenyum dengan perasaan lega. Anaknya akhirnya menerima ajakan orangtuanya. Ibunya sedikit bertepuk tangan.
"Haha... Oke kalau itu yang kamu mau!"
"Sekarang kamu bersiap-siaplah untuk keberangkatan besok." Ujar Ayahnya.
"Oke!"
****
Keesokan harinya....
"Ibu, Ayah, aku berangkat. Aku akan merindukan kalian. Sampai jumpa dua tahun lagi."
Kedua orangtuanya melambai. "Ya, sayang, hati-hati di jalan, ya!"
"Baik-baik di sana, ya? Kami sayang padamu!"
"Iya, iya. Aku juga sayang kalian. Saat ku sampai di sana, aku akan menghubungi kalian." Laki-laki itu memberi salam pada orangtuanya. "Dadah..., Aku berangkat dulu, ya!"
~
Namanya Dennis Efendy. Umurnya 17 tahun. Ia adalah seorang pelajar SMA. Tapi, ia akan pindah di pertengahan semester ke dalam sebuah asrama di desa. Saat ini, ia sedang berangkat menuju ke desanya untuk menemui adik dan neneknya di sana.
Di dalam Bis, ia hanya melamun sambil menopang dagu dan menatap ke luar jendela. Memandangi jalan yang terlihat sepi dan banyaknya pepohonan yang terlihat segar. Mungkin saat ini, Bis itu telah sampai di jalan menuju ke pedesaan.
*TRING! *
Adiknya mengirim pesan pada Dennis. Isi pesan itu mengatakan kalau adiknya itu sudah tidak sabar lagi ingin menemui Kakaknya.
Memang sudah lama sekali mereka berdua terpisah. Semenjak kakek mereka meninggal, Adelia yang merupakan nama dari adiknya Dennis itu harus tinggal di desa untuk menemani hidup neneknya.
Sudah 3 tahun lebih mereka tidak saling bertemu. Dan sekarang, adalah kesempatan yang bagus untuk mereka saling bertemu kembali. Tidak hanya untuk sementara, tapi selamanya. Karena setelah mereka bertemu kembali, Dennis dan Adel akan pergi ke sekolah baru mereka untuk belajar dan menetap di sana.
2 jam kemudian, Bis itu akhirnya sampai. Dennis turun dari dalamnya, lalu berjalan beberapa meter untuk sampai di rumah neneknya. Ia membawa tas besar dan sebuah koper di genggamannya.
"Akhirnya sampai di rumah nenek! Adel, kakak di sini. Aku sudah tidak sabar ingin bertemu denganmu!"
Tanpa menunggu lama lagi, Dennis pun berjalan cepat menaiki beberapa anak tangga kecil di teras rumah neneknya itu. Rumah itu, adalah rumah panggung yang terbuat dari kayu. Memang sudah terlihat tua, tapi rumah itu masih tetap nyaman untuk ditempati.
Saat sampai di depan pintu, Dennis pun mengangkat tangannya sedikit. Ia akan mengetuk pintu itu. Tapi, entah kenapa, Dennis merasa agak ragu untuk mengetuk pintu itu. Ia menahan tangannya. Ia sedikit bergumam di depan pintu itu.
"Tunggu dulu, nanti kalau aku masuk, apakah nenek akan menerimaku? Aku takut nenek masih marah kepadaku." Ucapnya dalam hati.
Tak jauh dari pintu itu, ada 2 buah jendela. Dari dalam jendela itu, terlihat ada yang sedang mengintipi Dennis dari dalam sana. Siapa dia?
Dennis masih merasa ragu untuk mengetuk pintu itu. Lalu, ia pun merasa ada yang aneh dengan rumah itu. Kenapa sepi sekali? Apa tidak ada orang di dalamnya?
Dennis berbalik badan. Ia masih bergumam-gumam karena ia masih merasa ragu. Padahal hanya mengetuk pintu saja, loh!
Eh, kok tiba-tiba saja, suasana yang tadinya sepi akhirnya menjadi ramai. Tidak terlalu ramai. Lebih tepatnya tidak ramai. Tapi, Dennis mendengar sesuatu dari dalam rumah neneknya. Ada suara dari dalam sana. Sebuah suara langkah kaki seseorang yang sedang berlari. Pintu terbuka dengan cepat dan....
*BRAK! *
"Kyaaaa... Kakak!"
Dennis sangat terkejut dengan kehadiran adiknya yang mendadak dari dalam. Ia berteriak kegirangan saat bertemu dengan kakaknya itu. Adel memeluk kakaknya. Dennis merasa terdorong dengan kuat. Ia kehilangan keseimbangannya dan terjatuh bersama dengan pelukan adiknya.
Tak lama setelah itu, nenek mereka pun muncul dari depan pintu. "Adel? Ada ribu-ribut apa di sini?"
"Oh, ada nenek!"
"Hah, itu nenek? Dia semakin tua saja. Oh iya, aku harus menyapanya." Batin Dennis.
Dennis dan Adel bangun. Lalu mendekati nenek mereka. "Ah, nenek! Ini kakak, lho. Dia datang untuk menemui kita, nek!" kata Adel senang.
Dennis mengulurkan tangannya. "Sudah lama tidak bertemu ya, nek! Aku kangen sama nenek."
Dennis menggenggam tangan kanan neneknya. Ia akan mencium tangan neneknya. Tapi tiba-tiba saja, neneknya itu menarik paksa tangannya dari genggaman Dennis. Dennis terkejut.
"Loh, nek? Kenapa–"
"DIAM KAMU!" Dennis tersentak. Tiba-tiba saja neneknya itu membentaknya. "Beraninya kamu datang ke sini lagi, setelah apa yang kau lakukan pada suamiku dulu! Suamiku meninggal gara-gara kau! Nenek sangat kecewa padamu. Kau sudah membunuh Suamiku!" Lanjut nenek membentak.
"Tidak. I–Itu tidak mungkin. Aku tidak berbuat seperti itu. Nenek hanya salah paham saja padaku!" Dennis membela dirinya.
"Tunggu. Kenapa nenek membentak kakak? Memangnya apa salah kakak kepada kakek?" tanya Adel.
"Kakakmu! Dia sudah membunuh suamiku! Kakakmu itu... A–aduh...."
"Nenek?!"
"Aduh, jantungku! Akh. Aaah...."
BRUK!
"NENEK!" teriak Dennis dan Adel. Mereka terlihat panik karena tiba-tiba saja neneknya terjatuh. Mereka sangat khawatir. Lalu Adel melirik ke dalam rumah. Ia melihat sesuatu. 'Sesuatu' itulah yang telah membuat neneknya meninggal dunia. Suara tawa dan sosok yang mengerikan itu muncul di hadapan mereka tanpa mereka sadari.
"Hihihi... Hihihi...."
****
1 Minggu kemudian....
Dennis masuk ke dalam kamar adiknya. Ia meminta izin pada Adel untuk memperbolehkan kakaknya masuk. Adel pun mengizinkannya. Dennis masuk. Ia berdiri di depan pintu.
"Apa perasaanmu sudah membaik? Belakangan ini kamu terus mengurung diri di dalam kamar." Dennis memegang bagian belakang lehernya. Tiba-tiba saja ia merasakan sesuatu yang membuatnya merinding. Tapi ia berusaha untuk tidak mempedulikannya.
"Semenjak nenek meninggal, kau selalu berdiam diri di kamar. Jarang berbicara denganku dan pola makanmu juga berkurang. Apa kamu yakin tidak apa-apa? Apa kau tidak merasa kesepian di dalam kamar terus?" tanya Dennis.
Adiknya itu sedang duduk menghadap ke depan dan membelakangi kakaknya. Adel menjawab, "Iya. Aku baik-baik saja, kok! Lagi pula, aku tidak sendirian. Aku masih punya teman."
Dennis merasa bingung. Di kamar Adel itu tidak ada siapapun di sana. Tapi di depannya ada beberapa boneka kesukaan adiknya itu. Dennis pikir, boneka-boneka itulah yang menjadi teman Adel.
"Oh iya, Del! Besok kamu mau, kan? Kita langsung pindah saja?" tanya Dennis. "Kita akan tinggal di sekolah Asrama yang ada di pinggir pedesaan jalan Bawang. No.14 itu. Ibu sudah mendaftarkan kita."
"Iya, kak! Kita berangkat besok. Aku mau. Sekarang, bisa kakak keluar dulu? Aku ingin bermain lagi." Ujar Adel dengan suara yang agak dipelankan.
"Iya! Kakak juga mau ke kamar. Kau nanti keluarlah, ya? Kita makan malam bersama!"
Adel tidak menjawab. Dennis pun keluar dari kamar adiknya. Ia menutup pintu. Adel kembali berbicara sendiri. Ia menatap ke arah bangku kosong yang ada di depannya.
"Kakak sudah pergi. Sekarang ayo kita lanjutkan permainannya, Temanku! Sudahlah, ayo kita main saja."
"Iya."
Seseorang di dekat Adel itu berbicara dengan nada samar-samar. Tapi, ternyata di depannya itu tidak ada siapapun. Ia berbicara dengan siapa?!
"Oh iya, besok aku akan pindah sekolah dengan kakakku. Apa kamu mau ikut?" tanya Adel pada 'Teman tak terlihat-nya' itu.
"Iya...."
"Yeay! Baguslah." Adel menepuk tangannya dengan gembira. "Kita bisa terus bersama!"
****
Keesokan harinya....
"Aku sudah siap! Sekolah baru, yeay. Menyenangkan sekali. Kuharap aku bisa bertemu dengan teman baruku! Hehe..." Dennis menengok ke belakang. "Adel, ayo! Kita harus berangkat. Apa kau sudah siap?"
"Iya. Kak! Ayo! Aku dan temanku sudah siap!"
Dennis terkejut. Ia merasa bingung. Ia berpikir sejenak. Adel punya teman? Tapi di sini hanya ada aku dan Adel. Apa di sini ada orang lain selain aku dan Adel? Ini aneh...
"Ng, Adel?" panggil Dennis.
"Ah, iya kak? Ada apa?" sahut Adel.
"Sebelum kita jalan, kakak mau tanya satu hal padamu."
"Apa kak?"
"Siapa teman yang bersamamu itu? Di mana dia?" tanya Dennis.
"Oohh, soal itu. Temanku bernama Chika. Dia ada di sini, kok! Dia itu adalah...."
BRRMMMM....
"Ah, tunggu kak. Kita lanjut nanti saja! Lihat. Busnya sudah datang! Ayo kita pergi. Nanti telat!" Adel berlari menghampiri Bus yang sudah datang itu. "Ayo cepat, kakak!"
"Ada yang Adel sembunyikan dariku!" batin Dennis yang mulai merasa curiga dengan tingkah laku adiknya itu.
****
Saat di dalam bis, Dennis dan Adel sedang berbincang bersama. Lalu tak lama kemudian, adiknya itu malah tertidur di pangkuan kakaknya. Dennis masih penasaran dengan teman yang dimaksud adiknya itu.
Dennis bisa merasakan adanya orang ke tiga di bangku mereka. Tapi, Dennis tidak bisa melihatnya. Dia semakin penasaran. Tadinya, ia akan bertanya pada adiknya, tapi Dennis tidak tega membangunkannya adiknya itu.
****
Setelah turun dari bus, mereka berjalan sebentar memasuki sebuah jalan kecil dengan semak-semak dan pepohonan di sekelilingnya. Tak lama kemudian, akhirnya mereka menemukan sekolah itu. Tempatnya memang terpencil, tapi ternyata Asrama itu benar-benar sangat besar.
Dennis tidak menduga kalau sekolah barunya akan sebagus ini. Tapi anehnya, kenapa ada banyak patung seorang anak perempuan di pinggir jalan sebelum memasuki gerbang lingkungan sekolah. Patung dengan bentuk wajah yang sama. Apa maksudnya itu?
"Nah, Adel. Di sinilah kita akan tinggal dan bersekolah mulai sekarang. Selamat datang di Beautiful. D. High School. Aku harap kau suka dengan sekolah ini, Del!"
Adel hanya mengangguk. Matanya masih melirik ke papan besar yang bertuliskan nama sekolah itu.
Lalu mereka kembali berjalan memasuki gerbang sekolahnya. "Di dalamnya lumayan besar. Banyak kamar yang kosong dan keamanannya juga ketat dan terjaga! Sekarang juga, ayo! Kita harus menemukan Ruang Gurunya untuk menemui kepala sekolah dan kita juga harus memberikan beberapa formulir dan dokumen pendaftaran, agar kita bisa masuk dan diterima di sekolah ini." Jelas Dennis. Lagi-lagi Adel selalu mengangguk. Lalu ia pun mengikuti langkah kakaknya.
Lingkungan sekolahnya sangat sepi. Hanya ada beberapa anak murid yang ada di luar. Apa mereka semua berada di dalam kamar masing-masing, ya?
****
"Oh, jadi kalian murid pindahan itu! Saya sudah lama menunggu kalian berdua. Formulirnya lengkap semua. Selamat! Kalian sudah diterima di sekolah ini." Ujar si Kepala sekolah.
"Ini kunci kamar kalian. Kamar kalian dipisah, tapi kamar kalian bersampingan! Kalian juga akan bertemu dengan teman sekamar kalian." Lanjut Ibu Kepala Sekolah itu sembari memberikan dua buah kunci kamar pada Adel dan Dennis.
"Terima kasih, Bu!" ucap Dennis. Mereka berdua menerima kunci itu. Lalu mengucapkan salam dan pergi meninggalkan Ruang Guru. Mereka mencari kamar mereka. Ternyata berada di lantai 2. Dennis dengan no. kamar ke-54 sedangkan Adel nomor ke-55.
Kamarnya tidak terkunci ternyata. Mungkin Ibu Kepala Sekolah itu memberikan Dennis kunci untuk cadangan saja. Dennis membuka pintu kamarnya secara perlahan. Lalu Dennis pun mulai memeriksa kamarnya. Ternyata dalamnya tidak terlalu luas, tapi sangat bagus dan lengkap. Dennis menyukainya. Tapi untuk saat ini, dia masih belum tahu siapa teman sekamarnya.
Lalu setelah itu, Adel pun menuju ke kamarnya. Perlahan, ia membuka pintu kamarnya. Sedikit mengintip ke dalam dan Adel pun melihat ada seseorang di dalam sana. Seorang anak perempuan berambut pendek hitam sedang duduk di pinggir tempat tidurnya. Menghadap ke jendela dan membelakangi pintu.
"Halo! Kamu pasti teman sekamarku, kan?" sapa Adel. Tapi anak itu hanya diam saja. "Halo? Kok, kamu diam?"
Anak itu berdiri. Lalu ia pun menengok ke belakang dan menunjukkan wajahnya. Dennis terkejut. Tampang dari anak itu sangat menyeramkan. Mata panda yang besar dengan muka putih yang pucat. Tapi ia terlihat cantik dan imut dengan rambut pendek hitam dengan bandonya itu.
"ya?" Anak itu pun menyahut.
"Kamu pasti teman sekamarku, kan?" tanya Adel lagi.
Anak itu menghembuskan nafas panjang, lalu kembali menengok ke arah Dennis dan Adel. Ia menjawab, "Iya, mungkin. Lalu kamu ini juga teman sekamarku?"
Adel senang teman sekamarnya itu mulai berbicara padanya. "Iya. Aku teman barumu sekarang. Namaku Adelia! Aku anak pindahan baru. Salam kenal!"
"Oh, namaku Yuni. Salam kenal." Suara anak itu terdengar datar dan dingin. Pandangannya juga biasa saja tanpa ekspresi. "Kau teman sekamar baruku, kan? Sekarang ayo masuk."
"Iya, terima kasih. Aku masuk, ya?"
Adel malangkah masuk. Tapi Dennis juga ikut dengan Adel. Adel pun langsung menyela kakaknya. " Eh, kakak mau ngapain? Jangan ikuti aku. Aku ingin ke kamarku sendiri. Kakak pergi ke kamar kakak saja." Dennis memasang wajah sedih. Apa dia khawatir dengan Adel?
Adel tersenyum pada kakaknya. "Kakak jangan khawatir lagi. Aku akan baik-baik saja. Sekarang aku sudah punya teman yang selalu dekat denganku."
Dennis mengangguk lalu tersenyum. "Oke deh kalau begitu. Kakak akan ke kamar kakak dulu." Dennis pergi. Adel pun melambai. Lalu dia masuk ke dalam kamarnya sendiri. Disambut hangat oleh teman sekamarnya itu.
****
Saat di kamar Dennis....
Dennis menaruh kopernya di pinggir tempat tidurnya. Di dalam kamarnya itu ada 2 tempat tidur yang tersedia. Dennis yakin kalau ia pasti memiliki teman sekamar juga. Ia pun berbaring di atas tempat tidurnya yang ia pilih untuk berehat sebentar sambil memikirkan sesuatu.
"Apa Adel akan baik-baik saja di kamar itu dengan temannya yang agak sedikit aneh? Aku jadi khawatir." Dennis terdiam sejenak. Ternyata suasananya sangat sepi sekali.
"Kenapa di kamar Adel sepi sekali? Apa yang sedang mereka lakukan saat ini? Sekarang aku sudah tidak merasakan keberadaan makhluk itu lagi. Apa dia sudah pergi bersama Adel?" Pikir Dennis tentang adiknya.
Lalu, ia pun memejamkan matanya. "Hah, aku tidak tahu ke mana makhluk itu pergi. Tapi yang penting sekarang, Adel ku bisa aman! Sekarang istirahat dulu...."
*
*
*
To be Continued- Eps 2 >>>>
Follow IG: @Pipit_otosaka8
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 233 Episodes
Comments
dunia cerita
kapan yah terakhir kali ku baca ini kennya dah lama sekali nunggu cerita kedua gak update update akhirnya pindah ke aplikasi sebelah
tapi akhir akhir ini aku baca cerita genre horor jadi inget Ama cerita ini dan langsung download lagi ini aplikasi dan ternyata masih ada dan bahkan dah banyak ceritanya jadi terharu OMG
2024-03-19
1
omTe
dukuuuuuuungg
2024-03-03
1
Aldwiipratama El-syaki
yg w cary" game'y bikin banyak yg mati.....udh baca 3x d hp relmi,Vivo,Oppo sekarang Oppo lg
2023-10-12
1