Mereka menaiki lantai ke 3 itu. Tapi ternyata lebih sulit dari yang mereka duga karena tangga kayu menuju lantai 3 itu sudah sepenuhnya rapuh. Tapi pada akhirnya, mereka berhasil melewatinya.
Saat sampai di lantai 3 itu, Dennis dan teman-temannya melihat sebuah piano besar dan teropong bintang menghadap ke luar jendela.
"Jadi tempat ini benar ada." Gumam Yuni.
"Apa? Tempat apa ini?" tanya Dennis.
"Ini ruang bermainnya Chika."
"Bagaimana kau bisa tahu?"
"Karena, semalam...."
~
Kau tahu tempat bermainku, Yuni?
"Maaf, Chika, aku tidak tahu."
Kamu harus mengetahuinya. Karena di sana, kamu bisa mendapatkan petunjuk.
"Petunjuk apa itu?"
Carilah dahulu. Waktumu sampai besok. Aku sudah tidak tahan dengan penderitaan dan kesepian ini. Tolong aku. Kalau tidak, maka... aku sendiri yang akan mencari teman untukku.
"Ikh! Baiklah. Akan aku usahakan."
~
"Chika akan mencari teman untuk menemaninya jika kita tidak cepat mencari tahu siapa pembunuhnya." Jelas Yuni.
"Apa maksudmu dengan 'teman'?" tanya Akihiro. "Hantu mencari teman? Lucu sekali, lah!"
Rei terkejut. Akhirnya dia pun mengerti dengan perkataan Yuni tadi. "Hiro, ini tidak lucu! Maksud Chika mencari teman untuknya itu adalah..., dia ingin membunuh kita semua! Mengertilah sedikit!"
Adel membesarkan matanya. Ia mengacungkan tangan dan melompat. "Oh! Adel mengerti! Kalau Chika bunuh orang lain, pastinya orang itu akan menjadi hantu seperti Chika, terus hantu itu akan jadi temannya!"
Rei mengangguk. "Iya seperti itulah!"
"Kalau begitu, ayo kita cari sesuatu di tempat ini! Cepat!" tegas Dennis.
Semuanya kembali berpencar. Sebagian dari mereka mencari sesuatu di sekitar Piano, dan sisahnya mencari di sekitar Teleskop bintang itu.
Di sekitar Piano, mereka tidak menemukan apa-apa. Tapi, kalau di dekat Teleskop itu, Adel menemukan sesuatu. Semuanya mendekat ke Adel.
Ternyata, yang Adel temukan itu adalah sebuah gelang tangan dengan pernak-pernik bunga berwarna merah. Gelang itu sudah terlihat kotor.
"Ini gelang yang dikatakan Chika." Kata Yuni.
"Dennis, coba kau sentuh. Siapa tahu saja, kau mendapatkan bayangan lain." Pinta Rei.
Dennis masih sedikit ragu. Sebenarnya, dia tidak ingin mendapatkan pengelihatan yang aneh itu lagi. Tapi apa boleh buat, ini demi keselamatan semuanya.
Dennis pun mengangguk. Lalu dia menggenggam erat gelang itu. Memejamkan mata dan akhirnya, Dennis merasakan sesuatu. Tubuhnya bergetar dan lagi-lagi, ia merasakan sakit di tubuhnya lagi.
****
Ah, aku sudah tidak sabar ingin melihat bintang. Malam, kapan kau datang, sih?
Chika!
Hah? Eh! Ayah!
Haha..., ternyata gadis kecil ayah sudah besar, ya!
Ayah. Aku kangen sama Ayah.
Ayah juga kangen kamu, nak. Kenapa kamu tidak masuk ke kelas? Ini sudah jam 2 siang loh.
Iya ayah. Sebentar lagi. Aku sedang memeriksa teleskop ini untuk nanti malam.
Oh iya, Ayah bawakan sesuatu untukmu. Ta-daa....
Waaah! Ini cantik sekali.
Ayah tahu kesukaanmu. Warna merah itu kesukaanmu, kan?
Ayah tahu saja. Aku sangat menyukainya.
Kalau begitu, sini, ayah pakaikan untukmu!
Eh, tunggu ayah, itu siapa?
****
"Ah!"
"Dennis! Bagaimana?" tanya Rei penasaran.
"Aku mendapatkan bayangan Chika lagi. Kali ini, dia sedang bersama seorang pria besar yang Chika panggil dengan nama 'Ayah'." Jawab Dennis.
"Bagaimana cerita yang kau dapatkan?" tanya Mizuki.
"Pada awalnya hanya damai saja. Ayah Chika datang dan memberikan gelang ini pada Chika. Lalu tak lama kemudian, ada seseorang yang tiba-tiba muncul di depan tangga sana. Orang itu memegang pisau!" Jelas Dennis.
"Waaaaa! Itu pasti pembunuhnya. Lalu apa yang terjadi setelah itu?" tanya Mizuki lagi.
"Aku tidak tahu. Hanya sampai situ saja."
"Kalau begitu, kita harus cari petunjuk lainnya!" tegas Rei.
"Eh, Kak Rei, tunggu sebentar. Sekarang jam berapa?" tanya Dennis.
Rei melirik ke arah jam tangannya. Ia menjawab, "Jam 2 siang."
Dennis terkejut. "Eh! Oh tidak!"
"Ada apa?"
"Entahlah, yang kulihat, kejadian tentang Chika itu terjadi pada jam 2 siang juga."
"Apa jangan-jangan...."
Teng, teng, teng....
Suara alunan piano yang berbunyi. Semuanya menengok ke arah piano itu. Tidak ada siapapun di sana, tapi Piano itu berbunyi sendiri. Tidak hanya berbunyi, tapi tuts di piano itu juga bergerak sendiri.
Semuanya mulai merinding. Mereka mundur secara perlahan sampai akhirnya terpojok di dekat jendela. Tubuh Dennis tak sengaja menyentuh Teleskop itu. Lalu, tiba-tiba saja, Dennis kembali merasakan sesuatu. Sosok Chika kembali muncul di kepalanya.
****
Ayah, itu siapa?
Ayah tidak tahu. Apa itu temanmu?
Entahlah, Ayah. Dia membawa senjata tajam itu.
Eh, kamu siapa?!
Sing! JLEB!
KYAAAAA! Ayah!
Ugh! Aaah! Lari Chika! Lari!
A–ayah!
LARIII!
JLEB!
khu, Khu, Khu..., percuma saja kalau kau mau lari. Ku kejar kau!
Kyaaa! Jangan mendekat!
Kemari kau!
Tidak! Tidak! Ah! AAAAAAA....
GUBRAK!
****
"Eh! Itu dia!" Kesadaran Dennis kembali lagi. Tiba-tiba saja dia berteriak dan mengejutkan semuanya.
"Apa yang kau lihat, Den?" tanya Akihiro.
"Pembunuhnya ternyata adalah seorang murid di sekolah ini. Seorang laki-laki."
"Siapa laki-laki itu?"
"Aku tidak tahu namanya. Tapi intinya, laki-laki itulah yang sudah membunuh Chika dan Ayahnya."
"Apa? Ayahnya juga kena bunuh?!"
"Iya."
"Kalau begitu, sekarang, apa yang harus kita lakukan?!" tanya Mizuki sedikit panik.
Semuanya mulai berpikir. Sampai akhirnya, mereka pun tersadar kalau sebenarnya, daritadi alunan piano itu sudah berhenti. Semuanya melirik ke arah Piano dan terkejut. Mereka melihat ada seseorang bertubuh besar yang sedang duduk di atas kursi kecil di depan menghadap piano dan membelakangi mereka.
"Kalian benar. Pembunuh anakku itu adalah orang itu."
Sosok itu berbicara. Semuanya sangat terkejut sekaligus merinding. Mereka menduga kalau sosok itu adalah Ayahnya Chika. Lebih tepatnya lagi, hantu ayahnya Chika!
Dennis berjalan mendekati hantu itu. "Bagaimana? Apakah benar? Siapa dia?"
"Kau akan mengetahuinya sendiri nanti."
Suaranya perlahan memudar. Begitu pula dengan tubuhnya. Tak lama, sosok itu pun menghilang.
Dennis akan kembali ke teman-temannya. Tapi tiba-tiba saja, semuanya melihat pupil mata Dennis perlahan mulai membesar dan menjadi gelap. Warna merah di bagian tengah pupil itu kelihatan lagi. Jangan-jangan....
Tidak mungkin, kan?
Dennis menghentikan langkahnya. Ia menundukkan kepalanya dan tertawa-tawa kecil. Lalu dengan cepat, Dennis mendongak sambil tersenyum ke arah temannya dengan tatapan mata yang menyeramkan itu. "Kalian terlalu lambat! Waktu kalian habis. Hihihi..., aku akan memulai permainannya! Akan dimulai! Hahahaha...."
Tubuh Dennis mengeluarkan asap berwarna hitam itu lagi. Lalu, ia pun melayang ke udara. Setelah itu, tubuh Dennis pun terbang menuruni tangga dan bangunan itu. Chisi telah membawanya!
Ke mana Dennis pergi?!
Teman-teman Dennis yang lainnya pun langsung berlari mengejar tubuhnya. Tak lupa juga, Adel tetap membawa gelang merah itu. Semuanya dengan cepat menuruni tangga. Tak peduli dengan kerapuhan tangga itu.
Saat di anak tangga yang terakhir, tangga itu pun akhirnya runtuh. Semuanya beruntung karena masih sempat turun melewati tangga menuju lantai tiga itu dengan selamat.
Tinggal satu tangga lagi. Mereka pun menuruni tangga menuju lantai 1 itu. Akhirnya berhasil! Mereka kembali ke ruangan yang penuh buku dan dedaunan itu lagi. Setelah itu, tanpa membuang waktu lagi, semuanya pun langsung pergi keluar dari bangunan itu.
****
"Ugh! Aduh...," Dennis membuka matanya. Dia melihat ke sekeliling. Ternyata dirinya itu ada di dalam ruang kelas miliknya sendiri. Ia tergeletak di pojok ruangan.
"Apa yang terjadi? Dan di mana semuanya?" Dennis kembali bangun terduduk secara perlahan. Ia melihat ke depan papan tulis dan terkejut. Sangat terkejut. Karena, di depan sana, ada seorang guru yang sedang berdiri di depan papan tulis. Tapi....
Pada bagian perut sang guru itu terdapat sebuah pisau daging yang menusuknya. Guru itu tertancap pisau di depan papan tulis.
Dan satu lagi yang telah membuat Dennis semakin ketakutan. Yaitu, ia melihat beberapa murid teman sekelasnya sendiri tergelantung di depan jendela. Mereka gantung diri?
Sebenarnya apa yang telah terjadi?!
*
*
*
To be Continued- Eps 15 >>>>
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 233 Episodes
Comments
amel
Kok bisa Chika punya ruang bermain? maksudnya gimana? atau Chika adlhh anak dari pemilik sklhh?
2022-07-04
0
Nurhalimah Al Dwii Pratama
minta pertolongan tp gasih waktu emnk gampang sma aja membunuh org gx bersalah....ga sih bayangannya gx jelas si cika/chisi mah coba bayangan orgnya supaya jelas
2021-05-24
0
Fio Slaw
aku suka ceritanya, seru...
2021-04-13
1