"Dennis! Hiro!"
Dennis dan Akihiro terkejut. Mereka langsung berbalik badan, mencari orang yang telah memanggil mereka itu.
Oh! Ternyata yang manggil mereka itu adalah Mizuki. Dennis dan Akihiro menghembuskan nafas lega. Mereka pikir, ada hantu lain yang ingin membunuh mereka juga.
"Aku mencari kalian! Kenapa kalian main pergi saja tanpa bilang-bilang?! Apa yang kalian lakukan di sini?" Omel Mizuki.
"Maafkan kami." Ucap Dennis dan Akihiro bersamaan.
"Kami hanya ingin pergi ke tempat yang akan kita periksa itu. Aku sudah tidak sabar." Kata Dennis.
"Tapi tetap saja, kita harus bersama! Jangan meninggalkan kelompok begitu saja."
"Iya, kami minta maaf!"
"Eh, sudahlah. Lihat ke sana!" Rei menunjuk ke bangunan tua itu. "Cahaya apa yang ada di sana? Apa ada orang di dalam gedung itu?"
"Ah! Itu yang ingin kami beritahu." Akihiro menyela. "Kami penasaran. Makanya kami duluan pergi ke sini. Kami juga melihat cahaya itu. Mencurigakan, ya? Ayo kita periksa saja langsung!"
"Hiro!"
"Ah, dasar anak itu!"
Akihiro sudah berlari duluan menuju ke tempat bangunan seperti menara tua itu berada. Semuanya pun juga pergi mengikuti Akihiro.
Saat sampai di sana-
Dennis dan teman-temannya berdiri di samping kolam yang diberi nama "kolam berdarah" itu. Tepatnya, kolam itu juga berada tak jauh dari bangunan itu.
"Sekarang juga, ayo kita masuk!" Ajak Akihiro lagi. Ia pun berjalan perlahan menuju pintu yang sedikit terbuka. Dengan berani, semuanya pun mengikuti Akihiro hanya dengan berbekal 3 buah senter untuk pengelihatan. Karena di sana sangat gelap.
KRIIEEETT....
Akihiro membuka pintu menuju ke bangunan itu. Saat di dalam, tidak ada cahaya dan orang lain di sana. Semuanya mulai memasuki ruangan pertama itu. Menurut Rei, lantai satu ini adalah perpustakaan tua. Buktinya, banyak buku-buku yang sudah usang di sana. Masih tertata rapih di atas rak. Hanya saja, bukunya penuh dengan debu.
Semuanya berpencar. Mereka memeriksa semua buku-buku yang sebagian besarnya telah rusak itu.
Di rak pertama, Dennis melihat-lihat beberapa buku. Lalu ada buku yang bertuliskan tentang daftar nama anak-anak di sekolah itu. Karena buku itu menarik perhatiannya, Dennis pun mengambil buku itu. Ia membukanya. Dennis langsung membuka halaman tengahnya. Di sana, terlihat ada foto seorang anak perempuan dengan rambut dikuncir dua sedang berdiri tegak dan tersenyum menghadap kamera.
Dennis sepertinya menyukai tampang anak itu. Lalu, ia pun membalikkan halaman berikutnya. Di sana ada foto anak perempuan berambut hitam panjang yang sedang tersenyum sambil menutup mata. Tapi, tiba-tiba saja, mata anak di dalam foto itu terbuka dengan sendirinya. Matanya bolong, dan mulutnya terbuka lebar, lalu muncul beberapa bercak darah dari dalam foto itu. Karena terkejut, Dennis pun langsung menutup buku itu dengan cepat.
Lalu tak lama kemudian, ia kembali mengintip halaman itu lagi. Dan ternyata, anak yang tadinya berwajah menyeramkan, seketika kembali berubah menjadi sosok yang imut dan murah senyum.
Dennis merasa lega. Ia anggap yang tadi itu hanyalah halusinasinya saja. Lalu, ia kembali menaruh buku itu kembali ke tempatnya, dan berjalan kembali ke kelompoknya.
Saat Dennis pergi meninggalkan tempat itu, tiba-tiba muncul sosok menyeramkan yang sama seperti di foto tadi. Anak perempuan itu. Buku yang dipegang Dennis tadi juga terjatuh dengan sendirinya.
Di samping rak ke 3, di sana Adel menemukan ada sebuah boneka beruang berukuran sedang sedang duduk di atas kursi yang rusak. Bonekanya sih masih bagus. Adel menyukainya. Tadinya ia akan mengambil boneka itu, tapi tiba-tiba saja, Rei memanggil semuanya.
Adel pun mengulurkan niatnya untuk mengambil boneka itu. Ia berbalik arah, dan berjalan perlahan mendekati Rei. Saat Adel pergi, kepala boneka itu sempat bergerak dengan sendirinya.
"Eh! Semuanya lihat ini! Aku menemukan sedikit informasi." Ujar Rei sambil memperlihatkan sebuah buku yang ia pegang itu pada temannya.
Semuanya mulai berkumpul. "Ada apa Rei?" tanya Mizuki.
"Ini!" Rei membuka halaman buku itu. "Aku menemukan sebuah cerita singkat tentang Chika."
Semuanya terkejut sekaligus penasaran. "Eh? Benarkah? Apa ceritanya?"
"Cepat, ceritakan, Kak!"
Rei membaca buku itu. Eh, lebih tepatnya, sebuah kertas dengan tulisan tangan seseorang di sana.
"Disini dikatakan, kalau Chika itu sangat menyukai hal yang dinamakan dengan 'kedisiplinan'. Dia anak yang baik, cantik, dan pintar. Cukup populer di sekolah ini dan memilik banyak teman yang sayang padanya. Itulah anakku. Aku bangga padanya." Rei tersentak. "Eh? Jadi ini tulisan Ibunya Chika?"
"Coba bacakan lagi, Rei!" timpal Mizuki.
Rei mengangguk. "Chika sangat memperhatikan pelajaran saat di kelas. Selalu tersenyum dan ceria. Ia juga sangat peduli dengan temannya dan suka membantu. Tapi pada suatu hari, anakku menghilang entah ke mana."
Semuanya terkejut. Mereka semakin penasaran saja. Rei melanjutkan bacaannya itu. "Semua orang mulai khawatir dan mencari anak saya. Saya sangat terpukul. Saat ditemukan, ternyata anak saya telah meninggal di dalam tong air besar. Ia mati tenggelam. Sangat tragis. Semuanya tidak percaya dengan kepergian anak saya."
Rei kembali melihat kertas tulisan selanjutnya. "Untuk hari ini, saya tidak terima dengan kematian anak saya. Maka di waktu dan Detik ini juga, saya akan pergi menyusul anak saya. Selamat tinggal."
Rei terkejut. Ia melihat ada beberapa noda darah di kertas itu. Sampai situ saja ceritanya. Tidak ada halaman lainnya. Semuanya jadi penasaran.
"Chika..., jadi dia meninggal karena tenggelam di tong air?" tanya Mizuki.
"Yang dikatakan di kertas sih memang begitu. Tapi..., kenapa Chika ingin bunuh diri dengan cara menceburkan dirinya ke dalam tong air? Apa jangan-jangan dia dibunuh?" pikir Rei.
"Eh, dibunuh oleh siapa? Kenapa bisa begitu?" tanya Dennis tidak percaya.
"Yaah..., kalian lihat sendiri, kan? Chika ini anak yang populer. Siapa tahu saja, pembunuhnya itu merasa iri dengan kepopuleran anak ini. Makanya dia sampai berbuat begitu." Jelas Rei.
"Lalu, si pembunuh itu memasukkan mayat Chika ke dalam tong air. Dan bisa jadi saja, pembunuhnya itu adalah seorang murid!" timpal Akihiro.
Semuanya mengangguk paham. Lalu, Rei menengok ke arah Dennis. "Oh iya, Nis! Tadi kamu berteriak di kamar karena kenapa?" tanya Rei.
Dennis tersentak. "Oh, yang tadi? Hmmm, tadi aku menemukan sebuah video di ponselku. Sebelumnya aku tidak pernah mengambil video itu. Tiba-tiba saja muncul di ponselku. Saat kutonton video itu, ternyata isinya sangat menyeramkan! Ada seorang anak dengan wajah seram meminta tolong seperti-"
"Tolong akuuu..., tolong aku...."
Semuanya sangat terkejut. Belum saja Dennis menyelesaikan ceritanya, tiba-tiba saja ada suara itu lagi. Suara yang sama seperti di dalam Video yang ditonton Dennis. Suara seorang anak kecil yang meminta tolong.
Tak hanya suara itu saja yang muncul. Hal lainnya juga bermunculan. Memberikan tanda kalau sesuatu yang mengejutkan akan muncul. Seketika, angin berhembus sangat kencang dan hawanya mulai tidak enak di sekitar mereka.
"Tolong akuuu! Tolong! Tolong!"
Suara itu kembali muncul. Kali ini lebih keras. Semakin keras dan semakin jelas. Karena mulai ketakutan, semuanya pun langsung berlari keluar dari tempat itu.
Rei akan menjatuhkan buku yang ia pegang tadi. Tapi sayangnya, buku itu terus melekat di tangannya! Tidak bisa dilepaskan!
"Teman-teman! Tunggu!" teriak Rei sambil berusaha untuk melepaskan buku itu.
Semuanya kembali menghampiri Rei. Mereka membantu melepaskan Rei dari buku itu. Tapi ternyata bukunya tetap tidak mau lepas.
Angin di sana berhembus semakin kencang. Barang-barang di sana mulai berjatuhan dan membuat kegaduhan.
"Oh tidak. Teman-teman! Chika mulai marah." Kata Yuni.
Semuanya terkejut. "Chika?!"
Kenapa Chika bisa berbuat seperti itu?!
Semuanya tidak bisa melihat kehadiran Chika. Tapi, Yuni dan Rei ternyata bisa melihatnya. Chika itu ada di belakang Dennis!
"Dennis! Di belakangmu ada...AAAAKKH!"
Semuanya terkejut. Tiba-tiba saja Rei berteriak kesakitan. Entah apa yang terjadi padanya. Lalu setelah itu, asap hitam keluar dari dalam buku yang dipegang Rei. Setelah asap itu semakin banyak, muncul juga sosok bayangan yang terbang melayang dari dalam buku.
Setelah bayangan itu keluar, Rei akhirnya bisa melepaskan buku itu, tapi tiba-tiba saja tubuhnya jatuh lemas. Mizuki menangkap Rei. Tak lama kemudian, Rei pingsan di pangkuan Mizuki.
"Rei!" teriak Mizuki sambil menggoyangkan tubuh Rei.
Yuni dengan cepat menghampiri Rei dan memeriksanya. "Apa ini? Makhluk itu menyerap energi Kak Rei lagi!" Batin Yuni tidak percaya.
Yuni mendongak dan menatap bayangan yang terbang itu. Semuanya mulai ketakutan. Lalu tak lama kemudian, bayangan itu bergerak cepat dan langsung menabrak tubuh Dennis. Bayangan itu merasuki tubuh Dennis.
Semuanya mulai menjauhi Dennis. Yuni mempunyai firasat buruk tentang ini.
Dennis kembali bangkit. Ia berdiri sambil menelengkan kepalnya. Tatapan matanya kosong dan berwarna merah. Tapi tidak terlihat menyeramkan. Tanpa bergerak sedikitpun, Dennis mulai membuka mulutnya.
"Temukan pembunuh itu, atau salah satu dari kalian akan menjadi korban!"
Jelas, itu bukan suara Dennis sendiri. Tapi itu adalah suara seorang anak perempuan. Dennis mengangkat tangannya. Dia menunjuk ke arah Adel.
"Temukanlah, atau salah satu dari kalian akan MATI!"
WUUSHHH....
Bayangan itu keluar dari dalam tubuh Dennis dan terbang menjauh, lalu menghilang. Setelah bayangan itu pergi, Dennis pun langsung terjatuh tak sadarkan diri diatas lantai yang kotor dan penuh dedaunan di sana itu.
Semuanya akan membantu kedua teman mereka yang sedang dalam bahaya itu ke tempat yang aman. Mereka akan mengakhiri pemeriksaan bangunan itu untuk malam ini.
Setelah semuanya pergi menjauh dari bangunan itu, dari jendela yang paling atas muncul sosok seorang anak perempuan berbaju merah yang tersenyum pada mereka.
Apakah itu Chika?
To be Continued- Eps 12 >>>>
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 233 Episodes
Comments
Nurhalimah Al Dwii Pratama
udh ya jgan jahat lg semoga chika udh baik sma mereka...trus kan chika bisa bunuh org knpa gx bunuh pelakunya ya
2021-05-24
0
Fzhrmhdnty
merinding bat👻
2021-02-17
1
Winarsih
semakin penasaran saja aq bacax🙄🙄
2021-01-22
1