BUAK!
"MIZUKIIII..., eh?"
"Bodoh! Kenapa kau diam saja?! Ayo lari!"
Mizuki melihat seseorang di depannya. Itu Lisa. Gadis berambut panjang dikuncir dua itu telah menyelamatkan Mizuki. Lisa menggunakan sebuah perisai yang terbuat dari tutup tempat sampah.
"Penutup itu... hancur?"
"Ah, ini tidak akan bisa bertahan lama. Ayo kita lari saja!"
Lisa menarik tangan Mizuki lalu mengajaknya pergi. Rei juga mengikuti kedua gadis itu dari belakang.
"Mereka pergi. Pergi. Harus aku kejar!"
****
Tap... tap... tap!
"Adel! Cepat larinya!"
"Iya, kakak! Aku sedang berusaha."
Dennis menengok ke arah Yuni yang ada di samping kanannya. "Yuni? Apa kau bisa melakukan sesuatu untuk menghentikan hantu itu?"
Yuni hanya diam saja. Entah dia tidak mau membantu Dennis, atau memang anak itu juga merasa ketakutan dan tidak tahu harus bagaimana.
"Ah, baiklah kalau begitu." Dennis menghentikan langkahnya. Lalu ia menengok ke belakang. Ternyata hantu Chika itu tidak mengejar dirinya lagi.
"Eh, hantu itu tidak mengikuti kita lagi!" ujar Adel senang.
"Iya! Tapi tetap saja kita harus mencari tempat yang aman untuk berlindung." Dennis kembali berjalan. Tapi tiba-tiba....
BRUK!
Dirinya kehilangan keseimbangan dan terjatuh ke lantai. Ada yang menyelengkat kakinya. Dennis pun kembali berdiri, lalu berbalik badan. Ia terkejut.
BRAK!
Seseorang telah mencekik lehernya dan membenturkan tubuhnya di dinding!
Dennis pun membuka matanya. Ia melihat sosok adik mungilnya di hadapannya dengan tatapan tajam. Dan adiknya itu, telah berani menggenggam leher Dennis dengan kuat?!
"A–Adel! Apa yang kau... lakukan?! Ugh!"
"Membunuhmu. Apalagi?" Adel menyengir. "Sudah lama aku tidak berbuat seperti ini padamu! Terakhir kita bertemu, aku pikir kau sudah mati karena jatuh dari tangga. Tapi ternyata, kamu masih bisa hidup lagi, ya? Hebat!"
"Ah! A–apa maksudmu itu?! Siapa yang ada di dalam tubuh adikku, keluarlah! Keluar! Tunjukkan sosokmu dan jangan menggunakan tubuh orang lain!" bentak Dennis sambil memberontak melepaskan diri.
Tapi, makhluk yang ada di dalam tubuh Adel ini malah memperkuat genggamannya. Nafas Dennis semakin sesak. Perlahan suaranya mulai menghilang.
Dennis semakin memberontak. Lalu, tak sengaja, ia mengayunkan kakinya dengan kuat dan menendang tubuh Adel sampai terjatuh. Dirinya terbebaskan.
"Eh! A–Adel. Maafkan kakak!" Tadinya, Dennis akan membantu adiknya yang terjatuh itu. Tapi, ternyata Adel masih dirasuki oleh sesuatu yang berbahaya di dalam tubuhnya.
Dennis celingak-celinguk mencari seseorang. Yuni yang ada di dekatnya tadi, sudah tidak ada. Pergi ke mana anak aneh itu?
Dennis kembali melirik ke Adel. Mulai ada pergerakkan kembali. Adel, kembali bangun. Dia membuka matanya dan langsung menatap Dennis. Adel mengerutkan keningnya. Lalu, ia kembali berdiri. Dennis pun mundur ke belakang. Ia tidak berani mendekati adiknya yang sedang dalam keadaan seperti itu.
"Adel! Sadarlah. Kendalikan makhluk itu!" teriak Dennis.
"Ti... dak bi... sa..., Kakak!" Adel tersenyum sambil memiringkan kepalanya. Ekspresinya itu sangat menyeramkan.
Karena ketakutan, Dennis pun berlari ke arah lain. Tapi, ia malah kembali ke depan kantin yang tadi itu. Dirinya terjebak di sana. Di hadapannya, api sudah berkobaran ke mana-mana. Sedangkan di belakangnya, ada sosok Adel yang menyeramkan.
Apa yang harus dilakukan Dennis sekarang?
"Kakaaak! Ikut pergi bersamaku, yuk!" Adel semakin mendekat. Ia mengulurkan kedua tangannya ke depan. Layaknya seperti Zombie yang sedang mengincar mangsanya.
"Tidak! Jangan mendekat! Pergi sana! Pergi!" teriak Dennis.
Lalu, seketika, angin bertiup kencang dari hadapan Dennis. Karena angin itu telah meniup kobaran api yang semakin besar. Akhirnya, api-api itu semakin menyebar ke seluruh ruangan lainnya dan membakar sebagian dari sekolah itu.
Tapi, setelah angin itu selesai bertiup, Dennis melihat Adiknya telah berubah menjadi manusia seperti semula. Sosok imut di hadapannya itu mulai menghampiri kakaknya yang ketakutan.
"Kakak?"
"Eh, Adel! Kau sudah kembali?!" Dennis senang sekali. Makhluk yang ada di dalam tubuh adiknya itu telah menghilang.
"Akhirnya. Dapat diusir juga."
Seseorang berkata pada mereka. Dennis mendongak. Ia melihat ada seorang wanita berambut pendek yang berjalan menghampirinya.
Wanita itu ternyata adalah sang kepala sekolah yang pernah ditemui Dennis dan Adel saat pertama kali masuk ke sekolah baru mereka. Kepala sekolah itu bernama Risa Auliani. Panggil saja Bu Risa.
"Ah, apa kalian baik-baik saja?" tanya Bu Risa pada Dennis dan Adel.
Adel menjawab, "Iya." Sambil menganggukan kepalanya.
"Syukurlah. Sepertinya saya sudah berhasil mengusir hantu itu." Gumam Bu Risa.
Dennis melirik ke belakangnya Bu Risa. Di sana ternyata ada Yuni. Yuni mengakui kalau sebenarnya, dia lah yang telah memanggil Bu Risa untuk menyelamatkan Dennis dan mengusir makhluk yang merasuki Chika itu.
"Ibu, sebenarnya, apa yang telah terjadi di sini?!" tanya Dennis penasaran.
Bu Risa pun mendesah. "Huh, sepertinya, Chika mulai marah."
"Kenapa bisa seperti itu, Bu?"
"Chika itu adalah hantu gentayangan di sekolah ini. Dia ingin balas dendam atas kematiannya. Dahulu, dia sekolah di sini, tapi nahasnya, ia dibunuh oleh orang yang tak dikenal. Padahal dia murid yang sangat baik. Semua orang menyukainya. Saat kematiannya, warga sekolah tidak terima untuk menjauhkan jenazah Chika ke tempat Orangtuanya, atau menjauh dari sekolah itu. Dan pada akhirnya, Chika pun dikubur di taman sekolah ini." Jelas Bu Risa.
"Itu berarti, taman yang ada kolam air mancurnya itu adalah...."
"Kuburan Chika. Di bawah kolam air mancur itu ada kuburan si Chika. Chika menjadi Hantu yang penuh dengan dendam. Ia akan menerror siapa saja yang berani buat yang tidak baik di sekolah ini. Maka dari itu, sekolah ini kami memberikan peraturan ketat sesuai dengan sifat kedisiplinan Chika. Intinya, sekolah ini adalah tentang dirinya." Jelas Bu Risa lagi.
"Semua tentang Chika? Eh, apa jangan-jangan, patung yang di depan gerbang itu adalah wujud dari sosok Chika? Tidak mungkin, kan? Patung di luar sana terlihat sangat bagus. Chika itu ternyata adalah sosok perempuan yang sangat cantik." Batin Dennis. "Tidak seperti hantunya."!
Adel mengacungkan tangannya. "Ibu, Ibu! Nama sekolah ini apa?" tanya Adel.
"Eh, Adel? Bukankah kau sudah tahu?" Dennis menelengkan kepalanya.
"Hehehehe..., aku lupa, kakak!"
Dennis menggeleng pelan. "Nama sekolah ini adalah Beautiful. D. High School."
"Apa kalian tahu singkatan huruf 'D' dari nama sekolah ini?" tanya Bu Risa.
"Eh, oh iya. Itu nama singkatan. Memangnya, apa artinya, Bu?" tanya Dennis penasaran.
Bu Risa mendesah berat. "Ibu akan beritahu. Tapi kalian jangan kaget, ya? Dahulu, nama sekolah ini adalah 'Asrama Impian'. Nama yang lucu, kan? Tapi, semenjak Chika meninggal. Sekolah ini pun diganti namanya menjadi Beautiful. D. High School."
"Kenapa bisa begitu? Memangnya apa artinya, Bu?"
"Singkatan dari huruf 'D' itu adalah, 'Death'."
Dennis terkejut. "Eh! Itu artinya... 'Sekolah menengah kematian yang indah' dong! Ke–kenapa namanya seram sekali?"
"Karena, semenjak kematian Chika, banyak murid lain yang menganggap kalau kematian itu adalah hal yang menyenangkan. Banyak yang bunuh diri di sekolah ini. Dan sebagian juga, ada yang meninggal secara misterius. Sekolah ini memang sudah terkena kutukan. Makanya, kami menjadikan nama sekolah ini menjadi singkatan pada kata 'Death' nya agar para murid baru, tidak merasa takut di sekolah ini." Jelas Bu Risa.
"Baru beberapa hari tinggal di sekolah ini saja sudah merasa seram. Apalagi setelah mendengar arti dari nama sekolah itu." Batin Dennis sedikit geram.
Setelah penjelasan itu, tiba-tiba saja langsung muncul kembali hawa-hawa yang tidak enak. Aura yang menyeramkan dan bikin merinding itu Kemabli lagi.
"Chika datang lagi." Ujar Yuri dengan nada datarnya.
Dennis dan Adel pun berbalik badan. Mereka melihat sosok anak kecil perempuan berambut hitam panjang yang memakai baju merah berpita oranye, ber-rok pendek dengan sepatu berwarna merah itu kembali muncul di hadapan mereka.
"Anak-anak, ikut Ibu sekarang!" Bu Risa menarik tangan Adel. Lalu semuanya pun pergi berlari mengikuti Bu Risa.
Saat mereka pergi, sosok Chika itu pun kembali menghilang dari tempat ia berdiri.
To be Continued- Eps 18 >>>>
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 233 Episodes
Comments
Suhaila Azhar
wah mati menyeronokkan ya
2021-10-12
1
Nurhalimah Al Dwii Pratama
semoga ktauan pembunuhnya knpa gx bunuh pembunuhnya si si chika bodoh...malah org lain kna korban
2021-05-24
0
Ridho 1008
iidiih sekolahannya namanya aja sereem bangeet huuh kepoo juga siih ya
2021-01-01
3