"SHANTIII!" teriak Akihiro.
Akihiro masih mengejar gadis itu. Temannya yang bernama Shanti itu tidak mau berhenti berlari. Gadis itu sangat ketakutan dengan keadaan sekitarnya.
Akihiro pun sampai di tengah lapangan. Ia terkejut. Di sekitarnya, semua anak sedang berlari ketakutan karena ledakan tadi. Lalu, ia pun mendongak ke atas. Langit seketika berubah menjadi gelap gulita dan berawan. Seperti malam hari. Entah apa yang telah terjadi saat ini!
Akihiro kehilangan jejak Shanti. Ia pun celingak-celinguk mencari gadis itu di kerumunan banyak orang. Dan akhirnya, Akihiro pun menemukannya. Shanti sedang berlari menuju ke toilet. Akihiro kembali mengejar gadis itu.
Shanti berlari ke dalam toilet perempuan. Akihiro masih sedikit ragu. Masa dia mau masuk ke dalam toilet para gadis? Kan dilarang loh!
Akihiro masih berpikir-pikir sebentar. Ia masuk atau tidak, ya?
Masuk, tidak?
Masuk, tidak?
Akihiro menggelengkan kepalanya dengan cepat. Ia bingung sekali. "Shanti pasti aman di dalam kamar mandi. Ah, sudahlah, dia pasti akan baik-baik saja!" pikir Akihiro.
Akihiro pun kembali melangkahkan kakinya. Ia berniat akan meninggalkan toilet perempuan itu. Tapi saat baru beberapa langkah, tiba-tiba saja....
"KYAAAA!!"
Itu teriakkan Shanti dari dalam toilet!
Dengan cepat, Akihiro pun masuk ke dalam kamar mandi perempuan itu untuk melihat keadaan Shanti di dalam. Saat di depan pintu, Akihiro sangat terkejut. Ia melihat Shanti sedang ditarik oleh sesuatu yang tidak terlihat. Dirinya ditarik ke dalam kamar mandi paling pojok.
Akihiro pun berlari menghampiri Shanti yang sedang dalam bahaya itu. Sebelum Shanti memasuki kamar mandi paling pojok, Akihiro pun berhasil mendapatkan tangan kanannya. Lalu dilanjut dengan menggenggam tangan kirinya Shanti.
"Hiro! Tolong aku! Tolong!"
Shanti berteriak ketakutan. Dirinya semakin terbawa masuk ke dalam kamar mandi itu dengan paksa. Akihiro juga tidak bisa menariknya keluar. Tapi ia masih bisa mencegah tubuh Shanti agar tidak terbawa masuk ke dalam.
BRAK! BRAK! BRAK!
Mereka berdua terkejut. Tiba-tiba, semua pintu kamar mandi di sana bergerak dan membanting dengan cepat! Lalu, Akihiro pun melihat ada beberapa jejak kaki yang muncul menghampiri dirinya dari pintu depan. Jejak kaki berdarah itu semakin cepat dan semakin mendekat. Akihiro mulai ketakutan. Tapi ia masih berusaha untuk menarik Shanti keluar dari dalam kamar mandi itu.
Saat jejak kaki itu sudah semakin dekat. Dan sangat dekat. Seketika, tubuh Akihiro terlempar ke belakang. Genggaman tangannya pada Shanti terlepas.
Tubuh Akihiro membentur wastafel kamar mandi. Lalu setelah itu, Akihiro pun melayang ke udara, tubuhnya mebentur langit-langit kamar mandi, lalu sesuatu yang tidak terlihat itu telah membenturkan kepala Akihiro ke cermin besar kamar mandi. Setelah itu, Akihiro pun langsung tergeletak lemas di lantai.
Shanti semakin tertarik ke dalam. Walaupun ia sudah mencoba melawan, tapi tetap tidak bisa. Dan akhirnya, Shanti berhasil terbawa masuk ke dalam kamar mandi itu. Pintu pun tertutup. Entah apa yang telah terjadi di dalam sana.
"HIROOOO! KYAAAA!"
****
"Mizuki, tunggu!" Rei menarik tangan Mizuki dengan cepat, lalu memeluknya. Mizuki pun memberontak untuk melepaskan diri dari Rei, karena ia ingin berlari dan keluar dari sekolah itu untuk menyelamatkan dirinya.
"Tenang, Zuki!" bentak Rei tiba-tiba. Akhirnya, bentakkan itu telah membuat Mizuki jadi terdiam untuk beberapa saat. Ia melepaskan tangannya dari Rei dengan paksa.
"Bagaimana mau tenang, Rei?! Kau lihat kan? Sekolah ini sudah kacau!" bentak Mizuki. "Ci–Chika sudah memulai terror-nya!"
"Apa maksudmu dengan 'terror'?! Chika marah karena salah kita juga. Sekarang, kita harus membereskannya!"
"Ini juga salahmu! Seharusnya kita tidak pergi ke bangunan itu. Ini salahmu! Salahmu! Kenapa kau lakukan itu?! Eh?"
BUK!
Rei sudah merasa geram. Tadinya, ia akan
bersabar. Tapi kali ini, Mizuki sudah mulai keterlaluan. Rei tidak suka dengan sikap penakut Mizuki kali ini. Ocehannya sangat mengganggu!
Rei pun memojokkan Mizuki di tembok. Mereka sangat dekat. Ia menatap Mizuki dengan matanya yang tajam. Rei memiringkan kepalanya. "Kau benar! Memang aku yang salah! Tapi saat ini, aku akan bertanggung jawab atas kekacauan ini. Dan tolong... aku tidak bisa melakukannya tanpa bantuannmu! Jadi, kumohon Mizuki..., tolong bantu aku!"
Mizuki melebarkan matanya. Ia menatap Rei tidak percaya. Ekspresi Rei yang kali ini tidak pernah ia lihat dalam hidupnya. Kali ini, Rei berekspresi wajah serius dengan sedikit senyum sambil menatap dengan mata kuningnya itu.
"Rei, anu... kau terlalu dekat!" Mizuki sedikit mendorong Rei secara perlahan.
"Maaf. Aku sudah terbawa emosi." Rei menutup mulut dengan lengannya. Pipinya sedikit memerah. Mizuki menelengkan kepalanya. Menatap bingung pada Rei.
"Ah, Rei, aku... Eh?!"
Mizuki melirik ke arah lain di belakang Rei. Ia melihat ada seseorang yang berjalan mendekat ke arahnya. Orang itu memiliki tubuh besar dan kekar, seorang satpam dengan palu raksasa di tangannya. Si Penjaga malam!
Mizuki pun menunjuk ketakutan ke arah si penjaga itu. Dengan cepat, Rei pun membalikkan badannya. Ia mundur perlahan bersama dengan Mizuki. Rei akan melindungi gadis yang di dekat dirinya itu.
"Mizuki, tetaplah di belakangku. Jangan ke mana-mana!" perintah Rei. Mizuki hanya mengangguk.
Si penjaga itu semakin mendekat. Tidak mau berhenti dan terus berjalan mendekati Rei dan Mizuki.
Cakar dan mata bolong. Itu pasti Chisi lagi! Rei tidak tahu harus bagaimana. Terakhir ia melawan si penjaga itu, Ia nyaris saja kalah. Tapi untuk kali ini, ia akan menyiapkan mental dan fisik yang kuat.
Rei kembali berbalik badan. Ia menghadap ke Mizuki. "Zuki, dengarkan aku, ya? Sekarang juga, kau larilah secepat mungkin! Tinggalkan tempat ini dan carilah tempat yang aman. Kalau bisa, kau temukan teman kita yang lainnya!" perintah Rei pada Mizuki dengan nada yang agak dicepatkan.
Mizuki sedikit tidak mengerti dengan perkataan Rei. "Lari katamu? Lalu bagaimana denganmu?!"
"Aku akan mencoba untuk menghentikan makhluk ini."
Mizuki menggeleng cepat. "Tidak Rei! Aku tidak akan lari. Aku tidak bisa meninggalkanmu begitu saja!"
"Kalau begitu, apa kau ingin membantuku?" Rei tersenyum pada Mizuki.
"I–iya!"
"Baiklah kalau begitu, sekarang juga kita...."
"AWAS REI!"
BRAK!
Mizuki dengan cepat mendorong Rei sampai terjatuh. Ternyata, si penjaga itu telah memulai penyerangannya. si penjaga itu berniat untuk memukul Rei dengan palu raksasanya, tapi untungnya Rei dan Mizuki masih bisa menghindar.
Palu raksasa itu menancap di dinding. Lalu dengan cepat, si penjaga mencabutnya kembali. Ia mulai berjalan lagi mendekati Rei dan Mizuki.
Rei kembali berdiri lagi. Ia menghadap ke arah si penjaga itu sambil menatap tajam ke arahnya. Lalu setelah itu, Rei pun menutup mata. Tangannya di arahkan ke depan. Mulutnya mulai bergerak.
"Apa yang dia lakukan?" Mizuki menelengkan kepalanya.
Rei bergumam-gumam. Apa yang sedang ia pikirkan? Apa dia sedang berbicara atau membacakan sesuatu untuk memusnahkan Chisi itu?
Entahlah. Tapi, setelah Rei malakukan hal itu, seketika si penjaga itu pun melambatkan pergerakannya.
Ini kesempatanku!
Rei berlari mendekati si penjaga itu. Ia melompat ke atas pundak si penjaga dan langsung menggenggam kepalanya dengan kuat.
"Siapa ini? Jangan ganggu! Jika ada seseorang di dalam, tolong keluarlah, atau akan aku hancurkan! Keluar, atau aku hancurkan! Keluar! Cepat keluar!" teriak Rei sambil terus menggenggam kepala si penjaga itu dengan kuat. Sekuat yang ia bisa sampai Chisi itu keluar dari dalam tubuh si penjaga malam.
Tiba-tiba saja, dari dalam tubuh si penjaga itu, mengeluarkan asap hitam lagi. Rei pikir, Chisi itu akan keluar. Tapi ternyata, asap itu malah mengelilingi Rei. Seketika, Rei pun merasakan sesuatu yang tidak enak.
Rei melepaskan kepala si penjaga itu. Ia merasa tubuhnya akan hancur. Lalu dengan cepat, Rei pun langsung melompat dari atas bahu si penjaga itu dan berlari menghampiri Mizuki.
"Rei?! Kau baik-baik saja, kan?!" tanya Mizuki.
Rei tidak menjawab. Mizuki jadi khawatir. Nafas Rei terengah-engah dan tangannya itu selalu menggenggam dadanya yang terasa sakit. "Mizuki, kita harus lari! Tadi itu nyaris saja." Gumam Rei.
"Memangnya ada apa?"
"Entahlah, Chisi itu menyerap tenagaku lagi. Jika dia berhasil menyerap semua yang ku punya, maka aku akan...."
Mizuki menggeleng cepat. "Tidak mungkin! Aku tidak akan membiarkan itu terjadi!"
Mizuki pun berlari menghampiri Chisi itu. Ia menantang Chisi untuk melawannya.
Chisi yang ada di hadapannya itu tersenyum miring. Lalu, dengan cepat, Chisi itu mengangkat palunya.
"Eh?" Mizuki hanya terdiam. Kenapa dia melamun di saat seperti itu?!
Chisi itu mengayunkan palunya, dan....
BUAK!
To be Continued- Eps 17 >>>>
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 233 Episodes
Comments
Michaelazkya
guru ny kemana si anjr
2021-07-02
1
Nurhalimah Al Dwii Pratama
serem smoga gpp ya
2021-05-24
0
hhbl
uwu
2021-02-23
0