"Apa yang kau katakan?!" Rei berdiri dari kursinya dengan cepat dan langsung menatap tajam pada Akihiro.
Akihiro mengibaskan kedua tangannya dan tertawa. "Tidak kok! Aku hanya bercanda soal yang tadi!"
Rei pun mendesah. Lalu ia mengajak semuanya untuk keluar dari kelas dan pergi ke kantin bersama-sama.
Saat sampai di kantin, mereka tidak membeli makanan seperti anak-anak yang lainnya. Mereka hanya duduk bersama di kursi dekat taman yang sudah disediakan.
Mereka berkumpul di sana. Dennis, Adel dan Yuni duduk di kursi panjang yang sebelah kanan. Sedangkan Rei, Akihiro dan Mizuki di kursi panjang kiri.
"Kalian dengar ini, ya! Di sekolah ini tidak boleh seenaknya berperilaku sesuka kalian." Oceh Rei. "Karena asal kalian tahu saja, di sini adalah sekolah yang berbahaya!"
Dennis dan Adel terkejut. Karena mereka murid baru, jadi belum mengetahui itu semua. "A–apa maksud Kakak dengan 'berbahaya'?" tanya Dennis gugup.
"Tidak ada apa-apanya sih! Hanya saja, kalian harus waspada selalu dengan orang aneh yang baru kalian temui." Jelas Rei.
"Orang aneh? Eh! Baru-baru ini aku selalu mengalami kejadian aneh yang membuatku tidak tenang di sekolah ini." Batin Dennis.
"Ya..., aku dengar juga kalau sekolah ini angker. Memangnya benar?" tanya Akihiro.
"Hmm...," Rei mengangguk pelan. "Iya. Bisa dibilang begitu."
"Ya. Penunggu di sini adalah Chika." Ujar Yuni dengan nada datar.
"Benarkah? Siapa Chika itu?" tanya Dennis penasaran.
"Entahlah. Aku juga masih belum tahu. Aku sudah lama bersekolah di sini. Dan tetap saja aku belum mengetahui siapa itu Chika." Rei melirik ke sekitar. Lalu dia sedikit mencondongkan kepalanya ke depan dan berbisik. Semuanya mendekati Rei. "Tapi, kalau kata orang-orang di sekolah ini, Chika itu adalah makhluk yang berbahaya. Jangan sampai kalian bertemu dengannya!"
Dennis terkejut. Ia kembali bertanya, "Bagaimana wujud Chika itu?"
"Dia hanya anak kecil biasa. Konon katanya, 20 tahun yang lalu, ada anak perempuan bernama Chika yang meninggal secara misterius di kamarnya. Kemudian, entah tanpa alasan yang jelas, Chika pun disembunyikan dari keluarganya oleh sekolah ini, dan dirinya pun dikubur di tengah lapangan."
Semuanya terkejut mendengar cerita itu. Terkejut sekaligus tidak percaya.
"Hah... dan sekarang, Chika malah menjadi penunggu di sekolah ini hanya karena kejadian itu? Tidak masuk akal!" gerutu Akihiro.
"Eh, siapa tahu saja itu benar. Jujur saja. Baru-baru ini aku sering melihat penampakan aneh. Dan belum lama, tadi aku melihat ada anak perempuan berbaju merah yang berjalan ke lorong dekat kelasku. Aku mengikutinya, tapi tiba-tiba saja dia lenyap setelah masuk ke lorong itu. Aneh, kan?" Jelas Dennis.
"Apa itu Chika?" gumam Mizuki.
"Tidak mungkin! Sepertinya itu memang Chika." Kejut Rei.
"Tapi kenapa dia memakai baju merah?" tanya Dennis bingung.
"Itu baju sekolah zaman dulu. Sekarang, baju merah itu sudah tidak digunakan semenjak kematian Chika." Jelas Rei.
Mizuki bertepuk tangan. "Wow, Rei! Kau tahu banyak ya ternyata!"
"Tidak juga. Aku juga mendengarnya dari gosipan guru dan murid lain. Belum tentu itu benar, kan? Lagipula aku tidak percaya pada makhluk-makhluk itu."
Semuanya mengangguk. Mereka mengaku juga kalau mereka juga tidak percaya dengan kehadiran hantu di sekolah mereka. Apalagi dengan hantu kecil yang bernama 'Chika' itu.
Dennis berpikir sebentar. "Semuanya tidak percaya dengan Chika. Lalu, yang aku lihat tadi itu siapa? Kok, aku jadi penasaran, ya? Apa aku cari tahu saja sendiri. Eh, jangan. Bagaimana kalau aku mengajak mereka semua. Siapa tahu saja mereka akan tertarik."
"Eh, bagaimana kalau kita mencari asal usul tentang Chika itu." Kata Dennis.
"Apa? Kau gila?! Makhluk yang seperti itu tidak usah dicari!" Celetuk Mizuki.
"Kau benar. Sepertinya kita harus mencari tahu tentang Chika itu agar tidak dibuat penasaran." Rei setuju ternyata.
Mizuki mengangguk. "Ah, iya! Ayo kita pergi mencari Chika itu."
"Eh? Bukannya kau tidak setuju? Kok tiba-tiba jadi berubah pikiran gitu?" kata Akihiro.
"Entahlah. Tiba-tiba saja aku merasa tertarik saja."
Semuanya berencana untuk mencari tahu tentang Chika itu. Berani sekali. Tapi ternyata, Yuni tidak setuju dengan ide itu.
"Kalian semua sungguh ingin mencaritahu tentang Chika, hah?" tanya Yuni dengan nada datarnya.
"Iya. Agar kami tidak dibuat penasaran!" jawab Dennis.
"Jangan seperti itu. Itu akan membuat Chika marah. Kalian bisa terkena masalah!"
Akihiro mengangkat kedua bahunya dan menggeleng. "Ah, tidak mungkin! Kalian tidak percaya Chika itu ada, kan? Jadi tidak perlu takut."
"Iya. Itu benar. Makanya kami ingin membuktikan tentang Chika itu. Dia ada atau tidak." Kata Rei.
"Sebaiknya kalian jangan lakukan itu! Kalian akan menyesal." Yuni sudah memperingati mereka. Tapi semuanya tetap tidak mendengarkan Yuni.
Dennis melirik ke sekitar. Lalu ia pun melihat ada sebuah bangunan. Eh, lebih tepatnya itu seperti menara yang sudah terlihat tua. "Eh, itu bangunan apa, ya?" tanya Dennis.
"Oh, dulunya itu tempat perpustakaan dan tempat melihat bintang-bintang dari teleskop pada malam hari." Jelas Rei. "Tapi sayangnya, tempat itu jadi terbengkalai semenjak ada beberapa murid yang bunuh diri dengan melompat dari puncak gedung itu." Lanjutnya.
Semuanya terkejut. Lalu setelah itu, Dennis beranjak dari kursinya. Ia ingin melihat bangunan itu lebih dekat lagi. Dennis pergi. Semuanya pun mengikuti dirinya.
Saat sudah dekat dengan bangunan itu, mereka hanya berdiri sambil memandangi bangunan tua itu.
Di dekat bangunan itu juga ada sebuah kolam kecil dengan air yang berwarna hijau. Di sekitar bangunan itu juga sedikit kotor, banyak dedaunan yang jatuh. Pohon-pohon yang tidak terawat dan yang tersisa hanya batang tanpa daun saja. Banyak lumut yang tumbuh di sepanjang jalan dan batu-batu. Benar-benar kotor dan sedikit menyeramkan.
Rei menatap kolam kecil yang ada di depannya itu. "Jadi ini yang dinamakan dengan kolam berdarah?" gumamnya.
"Apa itu kolam berdarah?" tanya Dennis.
Rei tersentak karena tiba-tiba saja Dennis berada di sampingnya. Semuanya pun ikut menghampiri Rei dan melihat kolam itu.
"Iya. Karena katanya, dulu kolam ini berwarna merah. Airnya yang berwarna merah seperti darah. Dan katanya juga, suka muncul kepala manusia dari dalam kolam itu." Jelas Rei.
"Hiiiiy... sepertinya menyeramkan! Kita kembali ke kelas aja, yuk!" ajak Mizuki karena ia sudah merasa ketakutan dengan tempat itu.
"Jangan, lah! Kita belum masuk ke dalam bangunan itu, loh!" keluh Dennis.
"Iya. Aku juga penasaran dengan isi dari bangunan yang sudah lama ini." Kata Rei.
"Iya, baiklah kalau begitu..., ayo kita masuk!" Akihiro akan memimpin jalannya untuk masuk ke dalam bangunan tua itu. Tapi sebelum itu....
KRIIIING... KRIIIING....
...Bel masuk kelas malah berbunyi. Sepertinya mereka tidak akan bisa masuk ke dalam bangunan itu.
"Haduh, sudah masuk!" keluh Akihiro. "Padahal baru saja kita mau berpetualang!"
"Kapan lagi kita bisa masuk ke sana? Istirahatnya sebentar amat, sih!" gerutu Dennis.
Rei berpikir sebentar. "Eh, bagaimana kalau malam ini?"
"Hah? Malam-malam?! yang benar saja kau, Rei!" bentak Mizuki.
"Kita tidak mungkin bisa keluar dari kamar. Nanti si penjaga malam itu akan menangkap kita!" kata Dennis.
"Iya. Aku tidak mau kena pukulannya yang ke-5 kali. Aku tidak mau!" ujar Akihiro sambil menggeleng cepat.
"Kita harus menyelinap. Usahakan agar tidak ketahuan! Bagaimana? Tujuan kita hanya sampai sini saja. Lagipula, penjaga itu tidak akan sampai memeriksa ke sini." Jelas Rei.
Semuanya mengangguk. Sepertinya mereka setuju. Baiklah kalau begitu, nanti malam, mereka akan mendapatkan petualangan yang entah itu seru? Menegangkan? Atau malah menyeramkan?
Kita lihat nanti malam!
To be Continued- Eps 9 >>>>
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 233 Episodes
Comments
Cicih Ulama sari
gak jelas cerita nya thor
2021-04-05
2
latisha aqueena
kok nmax sama am temanx adel..
chika sama kah...?
2021-02-27
1
Fzhrmhdnty
❤
2021-02-25
1