"Eeehhh?! Kak Rei?"
"Ada apa denganmu? Kok tingkahku seperti orang yang ketakutan? Apa telah terjadi sesuatu di sini?" tanya Rei.
Dennis masih dengan ekspresi wajah terkejut sambil menyodorkan ponsel miliknya ke arah Rei. Ia diam membatu.
"Untuk apa kau memberikan aku ponsel? Aku tidak butuh!"
Dennis tersentak. Ia pun langsung mengumpatkan kembali ponselnya ke belakang badannya. "E–eh! Bukan apa-apa, kok!"
Dennis berdiri menghadap ke Rei. Ia pun bertanya dengan eskpresi bingung sambil menggaruk kepalanya. "Oh, iya. Kakak kenapa bisa ada di kamarku? Kakak mau ngapain?"
"Mau ngapain aja boleh. Ini kan kamarku! Seharusnya aku yang bertanya begitu. Ngapain kamu di kamarku?" tanya Rei balik.
Dennis terkejut. "E–eh! Jadi ini kamarmu? Tapi ini juga kamarku, lho!"
Rei tersentak. "Ja–jadi ini juga kamarmu?! Itu berarti...."
"Kau adalah teman sekamarku, dong!" Mereka saling menunjuk. Tapi tiba-tiba saja, mereka berdua merasa canggung dan langsung membuang muka.
Dennis sedikit melirik ke Rei. "Lah, kok aku malah sekamar sama kakak kelas, sih? Gak ada yang lain apa? Kan rasanya malu-malu gimana gitu!" katanya dalam hati.
Rei pun juga melirik ke Dennis. "Kenapa sekarang aku malah sekamar dengan anak baru yang belum terlalu mengenalnya!? Bu Mia bukannya kasih tau aku kalau ada anak baru yang pindah ke kamarku."
Setelah perkataan mereka dalam hati itu, Dennis dan Rei pun kembali saling menatap. Dennis tertawa kecil. Sedangkan Rei menatap dingin ke Dennis.
"Kok, perasaanku jadi gak enak gini, yah? Dia menatapku dengan mata tajamnya itu. Kan seremmm..." Pikir Dennis.
"Apa aku terima saja yah anak ini?" Pikir Rei.
"Ya sudah, deh! Aku menerimamu. Sekarang, kita jadi teman sekamar!" Mata Rei kembali melirik ke Dennis.
Dennis senang sekali. "Aaah..., makasih. Makasih banyak, Senior!"
"Huh, iya, iya! Tapi, kau tidak bisa seenaknya saja jika berada di sini!" Rei mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celananya. "Karena... ada beberapa peraturan yang wajib kamu taati bila ada di sekolah ini!"
"Hah? Apa saja itu?" tanya Dennis bingung.
Rei mengetik beberapa tombol keyboard di ponselnya. "Sebenarnya..., aku sebagai OSIS, tidak boleh memberitahu peraturan ini pada anak baru. Tapi sekarang, aku akan berbaik hati padamu dengan membocorkan rahasia ini kepadamu! Hanya untukmu! Ingat itu. Jangan beritahu siapapun." Rei kembali menatap Dennis.
"Karena, dari semua murid di sekolah ini, hanya OSIS-lah yang diberitahu dan menyimpan peraturan itu di Ponsel mereka masing-masing." Lanjut Rei.
Dennis penasaran. Ia ingin mengetahui peraturan-peraturan yang ada di sekolah barunya itu.
"Jadi sekarang..., mau aku bacakan saja, apa aku akan kirim file ini ke ponselmu itu?" tanya Rei.
Dennis membuka ponselnya. "Hmmm.., lebih baik kakak kirim ke ponsel aku saja, deh! Nih, aku kasih nomorku pada kakak."
"Baiklah kalau begitu. Akan aku kirim file-nya segera!"
Mereka saling mengetik. Lalu pada akhirnya, pesan yang dikirim Rei pada Dennis itu pun masuk.
TRINING!
"Sudah ku kirimkan. Sudah masuk, belum?" tanya Rei.
"Iya sudah, nih! Makasih, kak."
Rei pun mengangguk. Lalu ia berjalan ke pintu depan. "Oke. Ya sudah kalau begitu, sekarang aku ingin kembali ke kelasku lagi. Aku akan kembali nanti sore!"
"Baiklah, sampai jumpa!"
KLAK!
Pintu sudah tertutup dan Rei pun sudah pergi. Dennis sendirian lagi di kamarnya. Ia pun duduk di atas tempat tidurnya sambil mencoba untuk membuka file yang diberikan Rei padanya tadi.
Dennis terkejut begitu saat ia melihat isi dari file itu. Peraturannya sangat banyak dan ketat. Dennis membacanya di dalam hati.
Isi peraturan itu adalah:
Peraturan kamar!
Kamar harus selalu terjaga dan rapih dan bersih selalu. Dilarang makan dalam kelas, tidur lebih awal (maksimal dari jam 8.30 malam), tidak boleh bangun telat, pukul 4 pagi sudah harus bangun dan langsung bersiap-siap secepatnya karena semua toilet akan penuh. Masuk kelas jam 6 pagi, tidak boleh telat. Wajib pakai seragam sekolah yang sudah tersedia, sepatu bebas asal jangan berwarna cerah. Dilarang ber-make up (untuk perempuan), warna rambut hanya boleh hitam dan coklat gelap.
Saat di dalam kelas-
Dilarang berisik dan bercanda di saat jam pelajaran. Matikan ponsel. Saat guru sedang menerangkan, semuanya wajib memerhatikan dan usahakan kelas tetap tenang. Wajib piket, jaga kebersihan, selalu disiplin dan mandiri. Jangan tidur di dalam kelas, jangan mencorat-coret dinding dan meja, dilarang mencontek (usahakan kerja sendiri!), dilarang membawa benda tajam, dilarang membuat onar dan keributan.
Peraturan lain saat di luar jam pelajaran dan sebagainya-
Dilarang mempunyai sahabat lebih dari 7 orang. Dilarang bergandengan tangan, dilarang berpacaran, dilarang tidur siang, Jam istirahat hanya 10 menit, dilarang berkata kasar, wajib mengikuti ekskul setiap sore di hari Sabtu, ke kamar mandi hanya diberi waktu maksimal 2 menit, dilarang merokok, jangan melawan dengan orang yang lebih tua (guru dan kakak kelas)!
"Hah, gila sih ini!" gerutu Dennis. Setelah membaca semua itu, Dennis pun kembali membaringkan tubuhnya ke atas tempat tidur.
"Hah, bagiku, peraturan itu ketat sekali! Lalu bagaimana dengan nasib Adel kalau dia harus mengikuti semua peraturan itu? Haduh..., kenapa Ibu memilih sekolah seperti ini untukku, sih?!"
****
-Pukul 5 sore....
Karena terlalu lama memainkan ponselnya, mata Dennis mulai berat dan akhirnya ia pun tertidur di atas ranjangnya. Tapi, tak lama setelah ia mulai terlelap, tiba-tiba saja, pintu kamarnya terbuka dengan sendirinya.
Dennis menyadarinya. Ia pun membuka mata dan sedikit terbangun. Ia menengok ke arah pintu kamarnya sambil mengucek-ucek matanya. Ia pikir, yang membuka pintu itu adalah Rei. Tapi ternyata bukan.
Saat Dennis memeriksa ke depan, ternyata tidak ada siapa-siapa. Lorong yang ada di depannya itu kosong tanpa ada seorang pun yang lewat di sana. Benar-benar sepi dan senyap.
Dennis hanya menganggap kalau pintunya yang terbuka tadi, akibat dari tiupan angin saja. Lalu setelah ia memeriksa kamarnya, ia kembali tenang kalau semuanya aman-aman saja. Dennis pun kembali ke dalam kamarnya. Ia berdiri di depan pintu sambil memikirkan sesuatu.
"Eh, ngomong-ngomong, kok Kak Rei belum kambali, yah? Tapi kan kelas berakhir pada pukul 5 sore. Sedangkan sekarang sudah hampir mau jam 6. Kenapa Rei masih belum kembali?" Pikir Dennis dalam hati.
*****
Saat jam setengah 7, Rei pun akhirnya kembali ke kamarnya. Di dalam, Dennis sedang memainkan ponselnya. Ia terkejut dengan kedatangan Rei yang tiba-tiba membuka pintu kamarnya.
"Aku pulang!" ucap Rei sembari berjalan memasuki kamarnya.
"Selamat datang!" sahut Dennis.
"Maaf aku terlambat. Tadi mendadak ada rapat OSIS. Kau pasti kesepian, ya?" tanya Rei sambil membuka seragam sekolahnya dan mengganti pakaian baru.
"Ah, tidak, kok!"
"Oh, baguslah kalau begitu." Rei melangkah mendekati kasurnya, lalu ia pun duduk di atas tempat tidurnya. "Kalau begitu, ayo kita tidur!" Rei menarik selimutnya dan mematikan lampunya.
Dennis terkejut dan tak sengaja, ia pun berteriak. "Haaah?! Yang benar saja! Kita tidur sekarang? Tapi ini baru jam 7, lho!"
Dengan cepat, Rei pun bangun dari tempat tidurnya dan berjalan cepat menghampiri Dennis. Rei membekap mulut Dennis untuk mendiamkannya agar tidak berisik.
"Hei! Ssstt...! Jangan berisik. Semua anak sedang tidur. Jangan sampai kau membangunkan mereka." Bisik Rei. Dennis pun mengangguk paham. Setelah itu, Rei kembali melepaskan Dennis.
"Dan satu lagi! Kalau kau berisik, nanti petugas penjaga malam akan datang. Jika si penjaga itu menemukan anak yang belum tidur, maka..., si penjaga itu akan memukulmu sampai kau tertidur!" jelas Rei.
Dennis membesarkan matanya karena terkejut mendengar perkataan Rei itu. "Asal kau tahu saja, si penjaga itu sangat kuat! Satu pukulan darinya saja dengan tangan kosong itu bisa membuatmu langsung tak sadarkan diri! Makanya, berhati-hatilah dengan penjaga itu."
"A–apa hanya dengan satu pukulan saja?! Ah, apa kakak pernah merasakan pukulan itu?" tanya Dennis.
Rei mengangguk sambil meraba kepalanya. "Iya! Aku pernah kena hanya sekali. Pukulannya itu sangat menyakitkan! Aku tidak mau mengalaminya lagi." Rei pun menggeleng dengan cepat. "Sudahlah, aku tidak mau membicarakan soal itu sekarang!"
"Hiiiiy..., sampai segitunya! Aku jadi merinding."
"Makanya, jika kau tidak ingin bertemu dengan penjaga itu, sekarang juga, kita harus tidur!"
"Baiklah ayo!"
"Selamat malam!" ucap Rei.
"Malam."
To be Continued- Eps 4 >>>>
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 233 Episodes
Comments
Aulia Lia
aku aja minimal tidur jam 10
2022-05-27
0
Great su
tdur jam 7 apkh melewatkan sholat isya thor?
2021-11-01
0
Ummu Qulsum
jangan lupa ya ka mampir di cerita ku juga, love behind the dorm walls atau cinta dan persahabatan
2021-07-24
0