Love Or Friends
...Assalamu'alaikum .... ...
...Hai ... eska'er perdana tayang di sini, ya. Mohon dukungannya, jangan lupa like dan kasih komentar! Ratingnya juga kasih bintang tujuh, ya. Hehehe.... ...
...Happy reading! ...
***
Wajah manis itu terlihat penuh semangat hari ini, setelah tiga hari kemarin ia lewati untuk masa orientasi siswa. Gerbang sekolah SMA Tunas Harapan sudah di depan mata. Langkah kakinya terasa begitu ringan karena rasa bahagia. Rambut panjangnya ia kuncir kuda agar lebih rapi dan tak mengganggu saat pelajaran nanti berlangsung.
Widya Putri Esmeralda, hari ini resmi menjadi siswi kelas 10 IPA-A SMA Tunas Harapan, meski ia harus menelan kekecewaan karena teman dekatnya berada di kelas yang berbeda dengannya. Karin dan Kartika terdaftar di kelas 10 IPA-B.
“Kok telat?” tanya Karin dan Kartika bersamaan. Mereka berdua datang lebih awal dari Widya dan sengaja menunggu Widya di depan gerbang untuk masuk bersama.
“Hei ... ini masih pukul 06.30 WIB, ya! Jadi gue gak telat,” protes Widya dengan senyum secerah mentari.
Tanpa membuang waktu, mereka bertiga berjalan beriringan menuju kelas. Karin Aleandra dan Kartika Sari adalah teman Widya semenjak duduk di bangku SMP. Bagaimana mereka bisa sedekat ini? Tentu karena mereka memiliki hobi yang sama yaitu belajar, tidak seperti teman-teman mereka pada umumnya yang memiliki hobi di bidang kesenian, olahraga, atau yang lain. Widya, Karin, dan Kartika berbeda, mereka lebih mengutamakan prestasi di bidang akademik.
Widya gadis manis yang pintar dan pemalu, meski mereka bertiga bersahabat dekat, tak lantas membuat Widya dengan mudah mengungkapkan apa yang ada dalam hatinya. Bagi Widya, ia tetap harus memiliki privasi, terlebih soal hati. Bukan karena Widya tak percaya pada sahabat-sahabatnya, hanya saja Widya lebih senang mendengarkan daripada bercerita.
Berbeda dengan Widya, Karin adalah gadis cantik nan putih serta paling tinggi di antara mereka bertiga dan terlihat selalu ceria. Karin termasuk orang yang tak mudah menahan perasaannya, ia dengan senang hati menceritakan apa yang ia rasakan pada sahabat-sahabatnya. Bagi Karin, Widya dan Kartika sudah ia anggap seperti saudara sendiri karena ia adalah anak tunggal. Rambut panjangnya yang hitam legam ia biarkan terurai, membuat Karin terlihat semakin memesona.
“Istirahat nanti, kalian ke kelas gue buat istirahat bareng 'kan?” tanya Widya pada kedua sahabatnya. Kedua bola mata indahnya bergantian melihat Karin dan Kartika.
“Kita makan di kelas lo?” Karin bukan menjawab malah balik bertanya.
“Boleh gak sih, makan di kelas? Atau kita bawa bekalnya ke kantin aja?” Widya terlihat masih bingung karena ini hari pertama masuk sekolah.
“Lo gimana, Tik?” tanya Karin pada Kartika yang sejak tadi hanya diam.
“Ikut kalian aja,” jawabnya singkat.
Begitulah Kartika, ia bukan gadis tomboi, hanya saja gadis itu yang paling irit bicara jika membicarakan sesuatu yang tidak penting. Gadis berkulit kuning langsat itu hanya akan bicara banyak jika topik pembicaraan menarik minatnya. Berbeda dengan kedua sahabatnya yang memiliki rambut panjang, Kartika lebih nyaman dengan rambut lurus sebahu.
Tanpa terasa, mereka telah sampai di kelas 10 IPA-B. “Kita masuk dulu, ya,” pamit Karin pada Widya dan hanya dibalas anggukan oleh Widya. Kelas mereka bersebelahan, jadi tinggal beberapa langkah lagi Widya sampai di kelasnya.
Sampai di depan pintu kelas 10 IPA-A, terlihat oleh Widya sudah ada beberapa temannya yang datang dan menduduki bangku masing-masing. Widya merasa asing, karena tak satu pun ia kenal, hingga akhirnya ia memilih duduk di kursi paling depan.
“Permisi, boleh duduk di sini?” tanya Widya pada gadis cantik berambut gelombang.
“Boleh,” jawab gadis itu dengan senyum manisnya.
Usai meletakkan tas dan duduk di samping gadis itu, Widya segera mengulurkan tangannya.
“Gue Widya, lo?”
Gadis berambut gelombang itu dengan senang hati menerima uluran tangan Widya, “Gue Cindy,” balasnya.
Belum selesai mereka berkenalan, tiba-tiba tiga orang cowok masuk ke dalam kelas, membuat perhatian Widya dan Cindy teralihkan. 'Tampan' itulah bentuk deskripsi mereka bertiga. Widya seakan dibawa masuk ke dalam dunia drama Korea Boys before flower, di mana Gue Jun Pyo dan kawan-kawannya hadir untuk mengalihkan dunia mereka. Widya dan Cindy sampai tak berkedip melihat kehadiran mereka.
Tanpa Widya dan Cindy sadari, mereka bertiga sudah berdiri di samping Widya dan salah satu di antara mereka mengulurkan tangan disertai senyum yang memikat, “Harsa, nama gue Harsa.”
Widya dibuat cengo dengan ulah salah satu cowok itu. Ketampanannya membuat kerja jantung Widya tak normal, detaknya di atas rata-rata andai ada alat pengukur detak jantung. Saking terkejutnya, Widya tak lekas membalas uluran tangan cowok yang bernama Harsa hingga Cindy menyikut lengan Widya, menyadarkan Widya untuk kembali ke dunianya. Dengan gugup, Widya membalas uluran tangan Harsa. “Widya,” jawabnya pendek.
“Nama yang Nice, artinya pengetahuan, gue rasa lo adalah orang yang memiliki pengetahuan yang luas,” tutur Harsa.
“Aamiin,” jawab Widya dengan salah tingkah.
“Oh ya, ini kenalin temen-temen gue, Edo dan Zakir.” Harsa memperkenalkan teman-temannya.
Harsa terlihat begitu memesona dengan senyumnya yang menawan. Cowok yang bernama Edo terkesan lebih dingin. Jika diamati, sebenarnya Edo memiliki wajah paling menonjol di antara mereka bertiga. Perpaduan manis dan ganteng, membuat orang lain betah memandangnya, sedangkan Zakir, cowok manis itu terlihat lebih pendiam, terkesan cuek dengan sekitar.
Mereka berlima akhirnya saling memperkenalkan diri. Harsa mengambil duduk di sebelah Widya dengan Zakir, sedang Edo duduk di belakang Widya.
“Semoga kita bisa menjadi teman yang baik, ya,” ucap Harsa pada Widya dan Cindy.
“Tentu,” jawab Cindy dengan senyum manisnya.
“Insyaa Allah,” jawab Widya singkat. Jantungnya masih belum normal, membuat Widya tak tahu harus berkata apa lagi. Widya hanya diam sambil tertunduk menatap buku di depannya.
“Lo memang seperti ini?” tanya Harsa tiba-tiba membuat Widya terkejut. Tanpa Widya sadari, sedari tadi Harsa memperhatikannya.
“Hah, apa?” tanya Widya bingung.
“Lo lucu.”
“Lucu?” Ragu, Widya mengalihkan pandangannya pada Harsa dan disambut senyum manis Harsa yang kembali membuat jantung Widya seakan berlarian. Widya memainkan jari-jarinya sendiri untuk mengurangi kegugupannya.
“Iya. Lo lucu. Kayak anak kecil. Polos banget,” tutur Harsa diiringi senyumnya yang khas.
Widya masih tertegun memandang Harsa. Kata-kata 'lucu, anak kecil, polos' memenuhi pikirannya. Ini kali pertama ada cowok yang berani menilainya. Saat duduk di bangku SMP, Widya memang terkesan lebih tertutup. Ia hanya memiliki Karin dan Kartika sebagai sahabatnya dan tak memiliki teman laki-laki, hingga suara dari belakang mengembalikan kesadaran Widya.
“Jangan ganggu anak kecil!” ujarnya. Seketika Widya menoleh ke sumber suara, dia adalah Edo yang sedang menatap Widya tanpa ekspresi, di telinganya terpasang earphone tapi entah bagaimana caranya ia bisa mendengar percakapan Widya dengan Harsa. “Apa?” tanya Edo saat Widya menatapnya penuh tanya.
“Eng-enggak.” Widya segera mengalihkan pandangannya ke depan, tak ingin lagi melihat Harsa atau pun Edo.
“Jangan terlalu polos, Widya!” Cindy tiba-tiba berbisik membuat Widya mengalihkan perhatiannya pada Cindy. “Kalau lo gak mau jadi target para player. Kita sudah masuk bangku SMA, banyak player di sini yang nggak main-main,” tutur Cindy, membuat Widya bergidik ngeri.
Pukul 07.00 WIB tepat bel tanda masuk berbunyi, seorang wanita paruh baya muncul dan memperkenalkan diri sebagai wali kelas mereka. Hari ini pelajaran belum sepenuhnya aktif, hanya diisi dengan perkenalan dan pemilihan pengurus kelas. Harsa terpilih menjadi ketua kelas dengan Zakir sebagai wakilnya, Widya sebagai sekretaris, dan Cindy sebagai bendahara kelas.
***
Waktu bergulir begitu cepat, hingga jam istirahat tiba. Kedatangan Karin dan Kartika ke kelas IPA-A membuat beberapa anak IPA-A mengalihkan perhatiannya, terlebih Harsa. Kedua bola mata Harsa menatap lekat sosok Karin yang begitu cantik di matanya. Karin dan Kartika segera menghampiri Widya.
“Ke kantin sekarang?” tanya Karin dan dijawab anggukan oleh Widya. Baru Widya ingin meninggalkan kelas, Harsa menginterupsi.
“Gak mau kenalin temennya sama kita?”
Karin dan Kartika segera mengalihkan atensinya ke sumber suara. Widya yang masih gugup segera mengenalkan Karin dan Kartika pada teman-teman barunya.
“Ke kantin bareng aja,” usul Harsa setelah selesai memperkenalkan diri.
“Boleh,” jawab Karin.
Mereka bertujuh jalan bergerombol. Jika biasanya Widya selalu nyaman jalan bersama kedua sahabatnya, tidak untuk kali ini, jantungnya selalu berpacu lebih cepat setiap ada Harsa di sampingnya, meski Harsa lebih dominan ngobrol dengan Karin.
Edo, Zakir, dan Kartika hanya diam mendengarkan. Kartika dan Edo memiliki kebiasaan yang sama, senang menyumpal telinga mereka dengan earphone, sedangkan Zakir lebih tertarik dengan game di ponselnya. Widya sesekali menimpali obrolannya dengan Cindy. Ia tak mau, Cindy merasa tak di anggap.
***
Gimana? kasih komentar, ya ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Dini_Ra
Assalamualaikum thor, aku mampir nih ❤️
2025-01-11
0
istri nya suga
assalamualaikum baru gabung soal nya kecantol promosi di ig 🤭🤭🤭🤭
2022-06-04
1
Imas Tuti
ganjel pake korek Teh matanya biar ga pegel 🤭🤭🤭
2022-06-02
1