"Ketika rasa tak terbalas maka ketulusan yang aku pertahankan, yaitu melihatmu bahagia dengan orang yang kau cintai. Biarkan sakit ini aku yang rasa, asal kau bahagia,” batin Widya, saat melihat Harsa dan Karin begitu mesra sepulang sekolah.
Untuk menghindari melihat kemesraan Harsa dan Karin yang membuat hatinya semakin perih, ia sering pergi ke perpustakaan ketimbang ikut teman-temannya ke Kantin.
Seperti hari ini setelah bel berbunyi mereka bertiga- Widya, Karin, dan Kartika sudah berada di lorong sekolah. "Ayo kita ke Kantin!” ajak Kartika pada kedua sahabatnya.
"Ay-," jawaban Widya terputus oleh ucapan Karin.
"Kita tunggu Harsa dan temannya, ya!" pinta Karin sambil mengerjapkan bulu matanya tanda memohon.
"Yah, jadi obat nyamuk lagi kita, Wid," kata Tika.
Widya pun menangapi dengan senyum, tapi jauh di lubuk hatinya, ia sedang meratapi luka yang kian menganga.
Suara Hasra menyadarkan Widya dari lamunan. "Hai sudah lama menunggu?" tanya Harsa pada mereka bertiga, meski sebenarnya lebih ditujukan pada Karin sambil merangkul pundak Karin. "Maaf, ya!" mohon Harsa dengan tersenyum manis, membuat semburat merah menghiasi wajah Karin karena perlakuan manis Harsa, tapi bagi Widya itu sungguh menyakiti hatinya.
"Ni bocah yang bikin lambat," ungkap Hasra yang ditujukan pada Zakir, sedang yang di tuduh malah cuek sambil melangkahkan kakinya menuju kantin, tapi langkahnya terhenti karena ditarik Edo yang berdiri di samping Karin .
"Maksud lo apa, udah ditungguin mau ninggalin, ha?" omel Edo.
“Katanya mau ke Kantin, yah ayok!” jawab Zakir cuek.
"Ya, kita memang mau ke kantin tapi gue mau jemput tuan putriku dulu," ucap Harsa sambil memandang Karin dengan mata mengoda membuat yang dipandang bersemu merah wajahnya.
Karin pun tak tinggal diam diperlakukan begitu, ia sengaja memberi tanggapan dengan mencubit pinggang Harsa.
“Aw sakit, Yang, kok dicubit?” Harsa mengusap lembut pinggangnya yang terkena cubitan Karin, membuat teman-teman yang lain jengah dengan kemesraan yang dipamerkan Karin dan Harsa.
"Kalian berdua ini nggak punya toleransi, ya?" tanya Zakir yang ditangapi muka keheranan dari teman-temannya, terutama Kartika.
"Apa hubungannya toleransi dengan kemesraan mereka, Zak?” tanya Kartika.
"Apa namanya kalau nggak punya tolerensi, bermesraan di depan para jomlo,” jawab Zakir. Edo dan Kartika memutar bola mata malas, sedangkan Widya hanya bisa tersenyum menutupi rasa sesak di dada. Merasa sudah tak kuat melihat tingkah teman-temannya yang semakin mengundang sesak dan merasa tak sanggup lagi jika terus berada di sana, Widya putuskan untuk pergi ke perpustakaan.
"Gue pergi ke perpustakaan dulu ya, teman-teman.”
Widya hendak melangkahkan kakinya, tapi suara Kartika menahan langkahnya, "Katanya tadi mau ke kantin, kok jadi ke perpus?”
"Tadi gue belum sempat bilang kalau mau ke perpus,” jawab Widya dengan cengegesan.
"Perasaan, lo ke perpus terus ya, Wid?” selidik Karin.
"Mau bagimana lagi, gue butuh buku buat referensi tugas sebentar lagi ’kan kita ujian semester,” jawab Widya yang bisa dikatakan tidak bohong karena memang mereka akan menghadapi ujian.
"Gue kagum sama lo, Wid. Lo itu sudah pinter banyak pengetahuan tapi masih rajin baca buku di perpus," puji Harsa yang ditanggapi senyum tipis dari Widya.
"Gue pergi dulu, ya?” Tanpa menunggu jawaban dari teman-temannya, Widya melangkahkan kakinya menuju ke perpustakaan.
“Kamu memiliki rasa kagum padaku tapi tidak dengan rasa cinta, sedangkan aku memiliki keduannya untukmu, Sa," batin Widya, disertai tetesan air mata yang sudah tak bisa di tahan lagi, tapi dengan segera ia menghapus butiran bening itu dengan kasar.
****
Libur semester tiba, setelah mereka melalui masa yang tegang akhirnya mereka selesaikan dengan hasil yang memuaskan. Widya mendapatkan peringkat pertama nilai terbaik disusul Hasra di peringkat kedua dan Cindy ketiga, sedangkan di kelas IPA-B, Karin dan Kartika masih masuk lima besar.
Di salah satu ruangan yang berdesain kamar cewek, lengkap dengan pernak pernik boneka dan hiasan dinding berwarna pink, kamar ini tidak memiliki banyak poster selayaknya anak gadis zaman sekarang yang memgidolakan BTS, NTC atau yang lainnya. Widya dan para sahabatnya memang tak begitu mengidolakan boy band asal Korea, karena mereka lebih sering membicarakan tentang materi pelajaran ketika bertemu.
Suara ponsel yang bergetar memaksa Widya untuk membuka mata, sebenarnya ia sudah bangun karena hari libur ia hanya malas-malasan di atas kasur. Dibukanya ponsel itu, terdapat pesan di salah satu roomchat.
"Wid, ayo ke kafe! Sudah lama lo nggak ikut ngumpul sama kita." Begitulah pesan chat dari Karin.
Setelah lama Widya berpikir, ia akhirnya membalas pesan dari Karin. "Maaf, Gue nggak bisa, Rin.”
Widya sadar, selama liburan belum pernah berkumpul dengan para sahabatnya. Alasan menolak ajakan pertama memang benar ia pergi ke rumah neneknya, tapi itu cuma tiga hari untuk hari-hari berikutnya ia selalu bilang membantu bundanya merapikan rumah yang sudah tentu itu bohong. Ia sengaja menghindari pertemuan dengan mereka. Rasanya terlalu menyakitkan jika harus selalu melihat kemesraan Harsa dan Karin, karena setiap ada Karin pasti ada Harsa.
Masih teringat jelas, ketika mereka bersama berkumpul di kafe sebelum libur semester. Begitu hangat perlakuan Harsa pada Karin. Mereka selalu menunjukan perhatian satu sama lain sekalipun di depan semua temannya termasuk Widya. Ia sadar, perhatian Harsa untuknya selama ini hanyalah wujud perhatian dari seorang teman. Hanya saja, untuk melihat kemesraan Harsa dan Karin setiap saat, hati Widya masih terlalu rapuh.
“Semangat Wid, semangat! Lo pasti bisa melupakannya. Biarkan Harsa bahagia dengan orang yang dicintainya, karena itu cara mencintai dengan tulus," gumam Widya, mencoba menguatkan diri sendiri meski diiringi tetes air mata. Widya menarik napasnya dalam dan mengeluarkan perlahan, berharap bisa mengurangi sesak yang ada.
***
Aku : Udah dulu, ye. Sambung besok lagi.
Netizen : Lah, ane udah tanggung nyesek ini. Lanjutin!
Aku : Di sebelah dah sampek bab 7. Loncat, gih!
Netizen : Sebelah mana? nggak boleh promosi apk. lain. Nanti ditake-down, baru nyaho 🙄
Aku : Sebelah onoh, gimana mau tahu nggak boleh nyebutin namanya 😒
Netizen : Nggak mau pindah ke lain apk. Sini aja udah!
Aku : Ya udah sabar, tizeeeen. Ribet amat 😅
Netizen : Minta diserbu, nih othor🙄🙄
Aku : Kabooor. Wkwkwkwkwk.... Eh, minta like-nya dulu yang banyak, ya. Papay 👋
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Ani Aira
bisa aja nih yg bikin iklan
2022-02-05
2
Ani Aira
usaha tak membohongi hasil ya Wid
2022-02-05
0
Ani Aira
tolong yaa yg lagi dimabuk asmara atau apalah namanya liat sikon klo mau mesra²an nti aja klo udh plng sekolah
2022-02-05
0