Bab 7. Mendekati Kutu Buku

***

Widya hanya diam saja mengikuti langkah Nathan, hingga mereka sampai di kantin. Nathan memilih bangku paling pojok.

"Duduk, Widya!"

"I-iya." Widya masih belum paham dengan perlakuan Nathan yang sengaja menarik tangannya tadi, seolah paham dengan pikiran Widya, Nathan membuka suaranya kembali, "Lo tadi kenapa puter balik? Cemburu, lihat Harsa dan Karin?”

"Sok tahu!" Widya memalingkan wajahnya ke arah gerobak bakso mang Jaja yang terkenal enak seantereo sekolah.

"Ayolah, Widya yang manis dan pinter serta gak pernah buang sampah sembarangan, gue gak bisa lo boongin,” ujar Nathan sembari menatap lekat wajah Widya. “Gue tau, lo suka ke Harsa. Bahkan lo cinta dan sayang ke Harsa. Lo bisa sembunyiin itu dari temen-temen lo, tapi gak sama gue, Wid. Senyum lo tuh cuma buat nutupi hati lo yang lagi terluka."

Hening, Widya tak menyangka jika Nathan bisa tepat menilai perasaannya meski mereka baru bertemu hari ini. Sebentar, Widya membalas tatapan Nathan, hingga ia menundukkan wajahnya lagi.

"Gue mau pesen bakso, lo mau gue pesanin sekalian gak?” tanya Nathan memecah keheningan.

“Boleh,” jawab Widya dengan tersenyum manis pada Nathan.

"Pedas apa gak? Terus mienya campur apa gimana?"

"Gue mie putih aja, jangan pedas, gak tahan pedes soalnya.”

“Oke.”

"Es teh manis jangan lupa!"

"Iya-iya, Kanjeng putri.” Nathan meninggalkan Widya untuk membeli bakso.

Tak berselang lama, Nathan kembali dengan dua mangkok bakso dan dua es teh manis, karena lapar, mereka langsung melahap bakso masing-masing hingga tandas.

***

Hari berlalu, Nathan dan Widya semakin dekat. Nathan selalu mengikuti ke mana pun Widya pergi, hingga Widya kini semakin jauh dengan sahabat-sahabatnya. Banyak alasan ia berikan saat Karin dan Tika mengajaknya keluar bersama.

Sebenarnya berat bagi Widya untuk menjauh dari Karin dan Tika, tapi ia bisa apa? Hanya ini caranya untuk melindungi hatinya. Ia tak ingin semakin terluka hingga akhirnya membenci Karin dan Harsa.

Widya hanya rajin nimbrung di grup chat yang beranggotakan ia dan kedua sahabatnya, tetapi untuk keluar bersama, Widya selalu membatasi diri.

Seperti biasa, Widya berangkat sekolah diantar oleh kang ojek atau kang angkot. Kali ini ia memilih naik angkot langganan yang nama supirnya pak Hasan dan ia selalu duduk di depan, di samping pak hasan. Widya merasa tak nyaman jika harus duduk berdesakan di belakang. Pak Hasan yang merupakan supir angkot langganan Widya pun tak merasa keberatan. Bagi Pak Hasan, Widya sudah seperti putrinya sendiri.

***

"Cindy, Widya mana? kok belum datang?" tanya harsa pada Cindy.

“Ngapain lo nyari Widya?”

“Kepo, lo! Jadi, Widya ke mana nih?” tanya Harsa lagi.

"Tadi sih ngabarin kalo telat,” jawab Cindy.

"Lah mang napa, kok bisa telat?”

"Kesiangan bangunnya. Lo rempong amat sih, nanyain Widya.”

Harsa tak menanggapi apa yang baru saja dikatakan oleh Cindy, ada sedikit sesal dalam hatinya karena tak bisa seperti dulu, saat bersama Widya. Nathan yang diam-diam mendengar obrolan Harsa dan Cindy pun angkat bicara, “Tau gitu tadi gue jemput aja sekalian si Widya yang manis dan pintar."

Harsa dan Cindy beralih menatap Nathan. Ada rasa sedikit tidak rela dalam benak mereka berdua. Sejak dekat dengan Nathan, Widya semakin jauh dengan mereka. Hingga suara derap langkah mengalihkan atensi mereka bertiga.

"Eh, tuh anaknya datang,” seru Cindy. Seperti biasa, Widya mengumbar senyum manis pada teman-temannya. "Widya, sini! Capek, ya, sampai keringatan gitu?” Cindy menepuk-nepuk bangku kosong sebelahnya yang memang tempat duduk Widya.

"Iya nih, gue bangunnya kesiangan.” Widya menaruh tas punggungnya di atas meja.

"Widya, mulai besok gue yang akan selalu jemput lo, gak ada penolakan, oke!” tutur Nathan. Bola matanya menatap lekat wajah Widya pertanda jika ia tak mau dibantah, tetapi bukan Widya namanya kalau gak membantah.

"Gak usah, Nat. Rumah kita berjauhan dan gak searah, lo ke barat gue ke selatan, 'kan gak nyambung jadinya," jawab widya sambil tersenyum semanis-manisnya.

"Sebenarnya rumah gue searah sih sama Widya, tapi berhubung sekarang gue ada tuan putri Karin yang harus gue antar jemput, jadi gue gak bisa barengan Widya," tutur Harsa.

Nathan memutar bola matanya jengah, tak ada yang bertanya pada Harsa, tapi cowok itu seakan peduli pada Widya. Nathan bangkit dari kursi menghampiri Widya, tapi pandangannya tertuju pada Harsa.

“Bodo amat! Gue nggak nanya sama lo dan gak ada yang butuh penjelasan dari lo!” sarkas Nathan.

Widya dan Cindy hanya saling memandang, merasa bingung akan sikap Nathan yang begitu ketus pada Harsa, sedangkan Harsa merasa kesal akan sikap Nathan. Bel tanda masuk kelas berbunyi kencang, membuat para siswa dan siswi kembali duduk di bangku masing-masing.

Pelajaran segera dimulai setelah guru pengajar datang. Mereka penuh semangat mengikuti semua materi yang diajarkan, hingga tanpa terasa bel tanda istirahat berbunyi.

Karin dan Tika menghampiri Widya dan Harsa di kelas IPA-A.

"Sa, ke kantin yuk! Aku lapar nih, lagi pingin makan somay." Karin bergelayut manja di lengan harsa.

Nathan yang melihat adegan itu merasa jengah. Pasalnya Karin dan Harsa tak pernah ragu untuk mengumbar kemesraan tanpa melihat keadaan sekitar dan seakan tak peduli jika ada teman yang tidak nyaman karena ulah mereka.

"Ini di kelas woy! Peka dikit napa sama lingkungan sekitar,” sarkas Nathan.

“Kenapa? Iri, lo?!” ejek Harsa.

Nathan tak menggubris ejekan Harsa, ia pilih menghampiri Widya, “Kita ke kantin yuk!”

Widya mengangguk sebagai jawaban, setelah pamit pada teman-temannya, Widya dan Nathan segera berlalu, meski banyak pasang mata yang memicing melihat tingkah Nathan dan Widya. Di koridor, Nathan tanpa ragu menggenggam tangan Widya, membuat sang empu berjengit kaget.

"Nat, lepasin! Malu dilihat banyak orang, entar disangka kita pacaran.” Widya berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Nathan, tapi semakin Widya mencoba melepaskan, Nathan semakin kuat menggenggam tangannya.

"Biarin aja napa sih, ada urusan apa ama mereka?"

“Entar yang naksir lo pada kabur loh, dikira lo udah ada yang punya.”

“Bodo!”

Nathan tetap menggenggam tangan Widya, tak peduli dengan bisik-bisik sekitar yang mengira mereka pacaran. Nathan teringat akan ada book fair dan ia ingin mengajak Widya yang suka membaca.

"Widya akhir pekan kita pergi ke book fair yuk, cari buku yang lagi best seller, entar gue jemput."

"Di mana ada book fair?"

"Di gelanggang olahraga remaja (GOR) gemilang.”

Widya pun mengangukkan kepalanya cepat (secepat kilat) tanda persetujuan.

"Oke! Gue jemput jam sepuluh pagi biar gak terlalu panas, kalo udah siang panas naik motor. Sayang kulit lo yang seputih lobak itu jadi gosong," gurau Nathan.

“Bisa aja lo. Oke, gue tunggu.”

***

Mau visual mereka? Nih, aku kasih

Widya dan Harsa

Widya dan Nathan

G

Gimana? kalian team siapa? Harsa atau Nathan?

Tulis dikomentar, ya ☺

Terpopuler

Comments

Ani Aira

Ani Aira

Nathan Sama aku gada thor🤭😂

2022-02-05

0

Ani Aira

Ani Aira

emang ga pantaslah umbar kemesraan dilingkungan sekolah

2022-02-05

0

Ani Aira

Ani Aira

langsung ngegas aja Nathan

2022-02-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!