...Hai, guys .... ketemu lagi kita ☺. Langsung baca, ya 👍...
***
Sesampainya di kelas 10 IPA-A, Widya dan Harsa menuju ke kursi masing-masing, di sana sudah ada Cindy dan Edo yang sedang piket di kelas, sedangkan Zakir sedang duduk santai sambil memainkan game online-nya.
“Wah, lo berangkat bareng Widya, Sa?” tanya Zakir ketika menyadari kedatangan Widya dan Harsa secara bersamaan. Cindy yang sedang merapikan meja guru pun hanya memperhatikan sekilas, sedangkan Edo, lelaki itu tetap cuek dengan earphone yang terpasang di telinga saat sedang tidak ada pelajaran. Entahlah earphone itu benar-benar ada musiknya atau tidak, hanya ia yang tahu.
“Iya nih. Gue bareng Widya tadi, rumah kita searah soalnya.”
“Lo naksir Widya, Bro?” tanya Zakir penuh selidik. Jantung Widya berdetak keras, pun pipinya bersemu merah mendengar pertanyaan Zakir kepada Harsa.
“Gila lo! Gue sama Widya 'kan cuman teman, ya gak mungkin lah gue suka sama dia,” kekeh Harsa seraya mengusap lembut kepala Widya yang memang duduk tepat di depan mejanya.
Jangan tanya bagaimana keadaan jantung Widya saat ini, jantung gadis itu sedang berdisco, karena bingung akan perhatian Harsa saat ini. Perhatian yang sangat lembut kepadanya, tetapi Harsa mengatakan kalau ia hanya menganggapnya sebagai teman.
Bel tanda masuk pun berbunyi seketika membuyarkan lamunan Widya tentang perasaannya terhadap Harsa.
***
Tanpa terasa waktu berlalu begitu cepat, sudah tiga bulan ketujuh remaja beranjak dewasa itu mengenyam pendidikan di SMA Tunas Harapan. Persahabatan yang mereka jalin pun semakin akrab dan semakin dekat.
Tidak jarang mereka menghabiskan waktu bersama untuk belajar, diskusi tentang pelajaran atau hanya untuk sekedar nongkrong di kafe jika memiliki waktu luang. Seperti saat ini mereka semua sedang berkumpul di kafe Hamber. Kafe sederhana dengan menu yang enak dan harga yang pas di kantong pelajar. Sesekali mereka berkumpul untuk merefresh otak setelah satu minggu mereka gunakan untuk belajar di sekolah.
Widya yang sudah tahu jika hari ini mereka bertujuh akan berkumpul di kafe Hamber, sedari malam sudah mempersiapkan surat cinta pertamanya untuk Harsa. Seseorang yang saat ini tengah memenuhi relung hatinya, surat cinta yang ia tulis dengan rasa cinta yang tulus, yang akan ia berikan sepulang dari kafe nanti.
“Mau pesan apa nih, Gaess?” tanya Cindy pada teman-temannya dengan wajah berseri seperti bunga matahari di pagi hari. Cindy memang gadis yang ceria karena Cindy selalu bisa menghidupkan suasana. Mereka bertujuh memesan minuman yang sama es boba coklat menu andalan kafe ini, sedangkan makanannya mereka memilih menu yang berbeda.
“Gue mau pesen roti bakar keju susu, Cin,” ujar Widia, Karin dan Kartika secara bersamaan seraya tertawa kencang karena secara bersamaan memilih menu favorit yang sama.
“Eh, kok bisa barengan gitu sih?” ujar Zakir.
“Kalian bertiga kompak banget, jangan-jangan kalian bertiga suka sama cowok yang sama lagi.” Perkataan Cindy sontak membuat yang lainya saling pandang dan kemudian terkekeh geli.
“Iya kok bisa barengan, ya?” timpal Harsa. Berbeda dengan Edo, ia tetap diam dengan gaya cool-nya duduk tenang sambil memainkan handphone.
“Enggak kok! Kita gak lagi suka sama cowok yang sama, iya 'kan, Wid?” tanya Karin.
“Iya kita gak mungkin suka sama cowok yang sama.”
Akhirnya mereka semua memilih menu andalan kafe ini, roti bakar keju susu dan kentang spiral seperti yang ada di drama Korea Mr. Queen. Setelah cukup lama mereka nongkrong di kafe itu, mereka memutuskan untuk pulang. “Cabut yuk, udah sore nih!” ajak Edo si manusia irit bicara.
Ketika Karin hendak berdiri dari duduknya, Harsa lekas meraih tangan karin, “Lo pulang bareng gue ya, Rin!” Karin yang memang senang akan ajakan Harsa pun mengangguk cepat tak menyia-nyiakan kesempatan itu.
“Terus Widya gimana, Sa?” tanya Karin gamang.
“Lo gak papa 'kan Wid, pulang bareng Tika?” tanya Harsa sembari memandang lembut ke arah Widya.
“Ha ... apa, Sa?” tanya Widya karena ia takut jika salah dengar.
“Gue mau ngantar Karin pulang, lo gak papa 'kan kalau pulangnya diantar Tika?”
“Ah, iya. Nggak papa kok, Sa,” jawab Widya seraya tersenyum menahan sesuatu sambil menggenggam erat surat yang akan ia berikan untuk Harsa. “Sa, seandainya lo tau gue sudah menunggu lama untuk memupuk keberanian di hati untuk memberikan surat ini, tapi mungkin memang belum saatnya surat ini berada di tangan lo,” batin Widya sembari menatap sendu sosok yang ia cintai.
“Dah, Gaess ... sampai ketemu besok di sekolah, ya!” teriak Cindy ke yang lain saat akan meninggalkan kafe. Mereka pergi meninggalkan Harsa dan Karin yang masih berada di tempat parkir.
Di parkiran Harsa tengah memasangkan helm di kepala Karin, “gimana? pas gak helmnya?"
"Pas kok, Sa,” jawab Karin. Setelah memasang helm untuk dirinya dan Karin, Harsa mulai melajukan motor matic kesayangannya dengan kecepatan standar yang cenderung pelan. Hanya karena Harsa ingin berlama-lama berada di dekat Karin. Hening tak ada percakapan sama sekali di atas motor itu Harsa dan Karin sama-sama membisu dengan pikiran masing-masing.
Mereka sibuk menenangkan hati yang berdegup kencang ingin berdisco. Setelah berjalan cukup jauh sampailah Harsa dan Karin di sebuah taman dekat perumahan tempat tinggal Karin. Harsa menghentikan laju motornya dan mengajak Karin berjalan menuju taman yang indah itu sambil menggenggam erat tangan gadis itu.
“Kok kita ke taman sih, Sa? Bukannya langsung pulang?” tanya Karin.
“Rin, gue mau ngomong sama lo.”
“Ngomong apa, Sa?”
“Rin, sebenarnya gue suka sama lo. Gue suka sama lo sejak pertama kita ketemu di kelas gue waktu lo nyamperin Widya.” Harsa terdiam sejenak sebelum ia melanjutkan kembali perkataannya, "Gue cuman mau bilang gue sayang sama lo, Rin. Mau gak, lo jadi pacar gue?” tanya Harsa setulus hatinya.
Tanpa babibu Karin langsung mengangguk mantap, “Gue mau, Sa. Gue mau jadi pacar, lo.”
Harsa mendekat, memeluk dan mencium kening Karin. “Makasih Rin, karena lo mau nerima gue, sekarang kita jadian.”
Mereka pulang dengan hati bahagia, berbeda jauh dengan hati seorang gadis yang satu ini—Widya. Setelah pulang dari kafe, gadis itu langsung masuk mengurung diri di dalam kamar dengan perasaan gelisah karena melihat Harsa dan Karin jalan berdua sehingga membuat bunda Arini kebingungan. Arini menghampiri Widya ke kamarnya, tak lupa mengetuk pintu kamar sebelum masuk.
"Widya, Bunda boleh masuk ya, Nak?” izin bunda Arini di depan pintu kamar Widya.
“Masuk aja, Bun! Pintunya nggak dikunci.”
Bunda Arini memasuki kamar Widia seraya menghampiri gadis berwajah manis itu di tempat tidurnya, “Kamu kenapa, Sayang? Habis pulang main sama temen-temen kok mukanya jadi kusut begitu, kamu ada masalah ya sama temen-temen kamu?” tanya bunda Arini.
"Enggak kok, Bun. Widya baik-baik aja, tapi kenapa ya, Bun, seperti ada yang aneh di dada Widya?” tanyanya sambil memegangi dada.
“Memangnya, apa yang Widya rasakan?” Arini menatap sayu putri semata wayangnya.
Widya menceritakan apa yang tengah ia rasakan saat bersama Harsa. Arini yang paham akan perasaan putrinya hanya tersenyum seraya memeluk putri kesayangannya. “Anak bunda sekarang sudah besar. Cepat tidur Sayang! Besok bangunnya kesiangan kalau nggak segera tidur,” perintah bunda Arini.
Keesokan paginya, benar saja kata bunda Arini. Widya gadis manis itu benar-benar kesiangan, dengan secepat kilat gadis itu bersiap-siap berangkat ke sekolah tanpa memakan sarapannya, “Bun, Widya berangkat, ya!”
Gadis itu dengan buru-buru berlari menghampiri dan mencium punggung tangan ibunya dan yang membuat Widya bingung adalah kenapa pagi ini Harsa tidak menjemputnya. Tanda tanya besar bersarang di pikiran Widya, ada apa dengan Harsa. Akhirnya gadis itu memutuskan naik ojek online karena tidak akan cukup waktu kalau harus naik angkot.
Bel masuk sekolah berbunyi, karena ini hari Senin mereka semua menuju lapangan. Untuk melakukan upacara, hari ini Widya belum menemui kedua sahabat karibnya. Ya, itu semua terjadi karena Widya yang bangun kesiangan.
Setelah selesai upacara Widya bertemu dengan Karin dan Kartika di pinggir lapangan.
“Maaf ya, Gaess ... tadi pagi gue kesiangan makanya gak bisa bareng kalian,” sesal Widya.
“Gak papa, kok.” Kedua gadis itu memaklumi kesalahan Widya.
“Gaess, ada yang mau aku omongin nih ke kalian.” Karin memulai pembicaraan.
“Mau ngomong apa sih, Rin? Kayaknya penting banget,” tanya Widya.
“Sebentar ya, gue panggil dulu orangnya!” Karin melambaikan tangannya ke arah Harsa. Widya dan Kartika dibuat bingung, tapi mereka berusaha menutupinya, setelah kedatangan Harsa barulah Karin mulai bercerita bahwa kemarin setelah pulang dari kafe Harsa menyatakan perasaan kepadanya.
“Wid, Tik, kalian tau gak kemarin Harsa nyatain perasaannya ke gue? Dia nembak gue dan sekarang gue sama dia udah resmi pacaran," ucap Karin seraya menggenggam erat tangan Harsa yang berada di sampingnya.
Di saat itu juga seperti ada bayangan tak kasat mata yang meremas jantung dan hati Widya, sakit sungguh sakit rasanya, mata gadis itu mulai memanas dan dadanya juga terasa sesak.
“Gimana menurut kalian, gue sama Harsa cocok ‘kan?" tanya Karin kepada kedua sahabatnya. Widya dan Kartika mendekat untuk memeluk Karin.
“Selamat ya, Rin. Akhirnya lo gak jomlo lagi," kekeh Kartika kepada Karin. Sedangkan Widya, gadis itu hanya memberikan senyuman yang terbungkus dengan sejuta luka yang ia rasakan.
“Maaf ya, Wid. Mulai hari ini gue udah gak bisa bareng lo lagi ke sekolah. Lo tau ‘kan gue udah punya Karin," ucap Harsa penuh sesal.
“Iya nggak papa, Sa. Gue ngerti kok,” jawab Widya dengan tersenyum manis, mencoba menutupi luka hatinya yang terasa perih.
“Inikah rasanya patah hati? Kenapa rasanya sesakit ini, sakitnya sungguh terasa sesak di dada. Gue nggak nyangka, saat gue jatuh cinta artinya gue juga harus siap untuk terluka,” batin Widya, dengan sekuat tenaga Widya menahan air matanya agar tidak luruh. Ia tak mau egois. Ia akan turut bahagia melihat sahabatnya bahagia. Biarlah cinta ini tetap ia pendam dan cukup ia yang tahu. “Mungkin gue yang terlalu baper selama ini sama lo, Sa,” batin Widya lagi.
Di tempat yang tak jauh dari mereka berpelukan ada sepasang mata yang menyorot tajam memperhatikan mereka dengan tangan terkepal erat.
***
Aku : Lah, kok aku nyesek kalau jadi Widya 😔
Netizen : Yang nulis emang siapa? kok malah nyesek sendiri 🙄
Aku : Makanya follow igehnya @eska'er10, nanti tahu siapa yang nulis 😅
Jangan lupa jejak jempolnya, guys. Kasih komentarnya juga. ☺
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Nur Yanti
masa sma dimana rasa cinta bermekaran syalallala 😂😁
2022-03-14
0
Ani Aira
sabar yaa Widya
2022-02-05
0
𝕸𝖆𝖘𝖎𝖙𝖆𝖍 𝕬𝖟𝖟𝖆𝖍𝖗𝖆
sakit tapi tak berdarah 😭😭😭
2022-01-02
1