***
Waktu Harsa yang tersita untuk persiapan lomba karya ilmiah, membuat perhatiannya pada Karin sedikit abai, hal itu menjadi peluang bagi Edo untuk mendekati Karin, karena sejak awal Edo sudah menaruh hati pada gadis itu.
Ya, selama ini Edo menaruh hati kepada Karin, sejak awal berkenalan saat Karin menghampiri Widya di kelasnya, Edo sudah jatuh hati pada Karin. Hanya saja pria ini pandai sekali menyembunyikan perasaan di balik sifat dingin dan cueknya.
Sampai akhirnya Harsa yang memang secara terang-terangan sudah menunjukkan kalau ia menyukai Karin. Membuat Edo berusaha sebisa mungkin menahan perasaannya untuk Karin. Ia tidak ingin merusak persahabatannya hanya karena urusan cewek. Itu dulu, sekarang entah apa yang membuat Edo melupakan prinsip persahabatan itu, hingga membuat ia sedikit egois untuk mengejar cintanya kembali.
Malam ini di sebuah kamar yang didominasi motif hitam dan putih itu terlihat seorang cowok yang sedang menatap gawai ber-merk apel separuh kesayangannya dengan senyuman, semakin menambah aura ketampanan dari sosok itu.
Ia adalah Edo. Benar sekali, Edo sedang menatap foto Karin. Entah sejak kapan foto itu sudah memenuhi layar ponselnya, hanya ia yang tahu. Edo mencoba mengetik sesuatu di ponselnya, kemudian menghapus, lalu mengetiknya lagi. Hingga beberapa saat ia berpikir, akhirnya ia berani untuk mengirimkan pesan tersebut.
Sedangkan di sisi lain, Karin yang sedang galau tengah termenung sendirian di dalam kamarnya. Pasalnya, sejak Harsa terpilih menjadi wakil sekolah dalam lomba karya ilmiah bersama Widya dan Zakir, mereka jadi jarang bertemu.
Harsa lebih sering menghabiskan waktu di sekolah dengan Widya dan Zakir. Saat jam istirahat pun Harsa jarang menemui Karin. Sehingga hubungan keduanya pun terasa hambar bagi Karin.
"Gue gak boleh egois, Harsa 'kan memang lagi persiapan buat lomba karya ilmiah nanti," gumamnya pelan saat merebahkan diri di kasur empuk kesayangannya.
Karin semakin merasa kesepian, Harsa semakin sibuk bersama Widya dan Zakir. Mereka benar-benar tidak punya waktu untuk sekedar jalan berdua. "Sa, gue kangen," gumamnya dalam hati.
Tiba-tiba saja notif di ponsel Karin berbunyi. Dengan semangat, ia langsung membuka roomchat-nya berharap Harsa yang menghubunginya. Namun, harapannya pupus tatkala mendapatkan nama Edo yang terpampang di layar ponsel.
"Edo? Kok, tumben dia chat gue?" Karin mengernyitkan keningnya, merasa heran karena tidak biasanya lelaki yang menjadi sahabat karib kekasihnya tersebut mengirimkan pesan kepadanya.
Edo: Karin, besok 'kan hari Minggu, kita keluar yuk!
Tanpa menunggu lama Karin pun langsung membalas chat Edo.
Karin : Oke Do, jam berapa?
Edo: Jam 9 pagi gue jemput ke rumah lo, oke?
Karin :Oke, gue tunggu besok, ya!
Setelah menunggu beberapa lama, tidak ada balasan pesan lagi dari Edo. Karin pun menyimpan ponselnya di atas nakas, lantas bersiap tidur. Mengingat malam semakin larut dan matanya sudah mulai mengantuk.
***
Pagi yang cerah, secerah hati Edo yang sedang berbunga-bunga bak bunga di taman yang sedang bermekaran. "Oke, siap menjemput kesayangan," gumam Edo, sembari mematut dirinya di depan cermin.
Merasa dirinya sudah sempurna, ia segera mengambil kunci motor dan helmnya. Dengan semangat Edo mengendarai motor sport warna hitam kesayangannya ke rumah Karin. Edo Sampai di rumah Karin tepat pukul 09.00 WIB.
"Wah ... bisa tepat waktu juga lo ternyata," sapa Karin yang memang sudah siap menunggu Edo di depan rumahnya.
"Iya dong, mana mungkin gue biarin cewek secantik lo menunggu," balas Edo.
"Bisa gombalin cewek juga lo, Do," ejek Karin seraya tersenyum manis membuat hati Edo semakin tak karuan.
"Udah buruan naik, Rin! Apa mau digombalin terus, nih?" Edo ikut tertawa.
Karin pun menuruti seraya mencebikkan bibir. Mereka berdua akhirnya pergi ke beberapa tempat wisata di Jakarta. Karin senang sekali. Kegundahan hatinya untuk Harsa sedikit berkurang. Karin tidak menyangka Edo bisa bersikap selembut itu kepadanya. Edo yang terkenal cuek dan dingin, hari ini benar-benar berbeda.
Seperti saat ini, mereka sedang menikmati bakso jumbo salah satu menu spesial di Kedai Orang Sukses langganan mereka. Tanpa bertanya kepada Karin, Edo langsung memesan, "Mas, bakso jumbo dua yang satu jangan pake mie dan kuahnya jangan banyak-banyak. Sama minumnya lemon tea dua, ya!"
"Siap Mas, tunggu sebentar, ya!" jawab pelayan itu.
Karin terperangah mendengarnya. "Kok, lo tau gue nggak suka mie sama kuah, Do?" selidik Karin.
"Gue juga tau kalau lo nggak bisa makan terlalu pedas," jawab Edo.
Karin hanya diam entah apa yang ada di pikirannya saat ini.
Tidak mau banyak berdebat, setelah pesanan datang mereka berdua langsung memakan bakso masing-masing dengan lahap. Karena sudah melebihi jam makan siang dan mungkin karena mereka memang kehabisan energi setelah berkeliling wahana wisata sebelumnya.
"Gimana, udah nggak sedih lagi, ‘kan?" tanya Edo tiba-tiba membuat Karin tersadar dari lamunannya.
"Apaan sih, Do, bikin kaget saja deh. Lagian siapa juga yang sedih," jawab Karin sedikit salah tingkah dipandang Edo seperti itu.
Tiba-tiba Edo memegang jemari Karin, "Jangan sedih lagi, ya! Kalau lo butuh temen ngobrol atau lo butuh temen biar nggak kesepian, gue siap kok, kapan pun itu gue pasti usahain selalu ada buat lo."
Karin terkesiap mendengar perkataan Edo, ia bingung harus berkata apa. Tak dipungkiri hari ini Edo benar-benar bisa membuatnya bahagia bahkan sedikit melupakan kerinduan kepada Harsa kekasihnya.
Karin menarik jemarinya dari genggaman Edo, "Eh, ehm ... iya.”
Hanya itu jawaban dari Karin sambil mengalihkan pandangannya dari wajah Edo. Jantungnya tiba-tiba berdegup kencang kala mendapat perhatian dari Edo. Karin tidak menyangka jika Edo bisa mengatakan hal semanis itu.
"Sorry, Rin, gue kebawa suasana. Lo jangan marah ya!" Edo menatap Karin dengan lekat.
"Eh ... enggak kok, gue nggak marah, Do. Hanya saja, gue takut merepotkan nanti," jawab Karin sambil tersenyum manis menutupi kegugupannya.
"Pulang yuk, Do! Udah sore nih, takut ada yang nyari nanti." Karin berdiri dari duduknya dan tanpa sadar menarik lengan Edo. Bukan, lebih tepatnya memeluk lengan Edo dan menariknya keluar dari kedai itu.
Hingga saat di parkiran Karin baru sadar dan tiba-tiba langsung melepaskan pelukannya di lengan Edo. Karin diam dan menunduk malu , Edo yang melihat tingkah Karin semakin gemas dibuatnya.
"Santai aja Rin, nggak usah malu gitu, gue ‘kan sudah bilang bakal selalu ada buat lo," tutur Edo menenangkan Karin. Bukannya tenang jantung Karin semakin berdegup kencang mendengar ucapan Edo. Pipinya juga semakin bersemu merah menahan malu.
Karin tak menjawab apapun, ia sibuk menata hatinya agar tak terlihat semakin gugup. Mereka akhirnya pulang, tak terasa sudah hampir seharian mereka menghabiskan waktu bersama.
Di perjalanan pulang mereka tak banyak berbicara. Karin dan Edo sama-sama terlarut dalam pikiran mereka masing-masing.
Hari ini adalah hari terindah bagi Edo. Bisa menghabiskan waktu bersama orang yang ia cintai dalam diam selama ini. Cinta yang ia pendam tanpa pernah bisa ia utarakan.
Entah sampai kapan ia bisa menyembunyikan perasaannya, Edo hanya bisa berharap, semoga suatu hari nanti ia bisa diberi kesempatan untuk selalu bersama dengan Karin tanpa mengorbankan persahabatannya dengan Harsa. Biarlah ia mengambil kesempatan ini selagi bisa, selama Harsa sibuk dengan persiapan lomba. Ia ingin berada di sisi Karin, dianggap ada oleh gadis yang ia cintai.
"Imut banget kamu, Karin?" puji Edo.
Anggap aja Hari Minggu pagi, ya?
***
Debat mesra:
Aku : Si Edo ternyata .... 🙄
Ada udang dibalik bakwan, bakwannya ilang aku yang makan.
Tizeen : Heh, ngerusak lagu 🙄
Aku : Komen ae 😒
Tizeeeen : Jadinya nggak usah kasih komentar, nih?
Aku : Eh, kasih komentar, dong! Like sama giftnya sekalian yang banyak, ya 😘😘
Tizeeeen : Ngelunjak nih, Othor🙄
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
💗 Yuli Defika 💓
zakir sukanya sama sapa ya
apa sama otor 😁
2022-05-05
1
Ani Aira
penasaran sama sepasang mata siapa yaa??
2022-02-05
1
Ani Aira
Edo diam² suka sama Karin
Widya diam² suka sama Harsa
Harsa sama Karin pacaran
Nathan?? serius ga yaa dia sama Widya
2022-02-05
0