***
“Maaf ya, Do, kemarin gue ninggalin lo gitu aja di taman,” ucap Karin dengan wajah sedihnya.
Edo yang melihat raut wajah sedih Karin pun mulai menggenggam tangan gadis itu seraya berkata, “Gue gak papa kok, Rin, gue ngerti posisi lo.”
“Tapi di sini gue mau nanya sama lo, sebenarnya di sini, gue punya arti lebih gak sih, buat lo?” tanya Edo sambil menunjuk dadanya sendiri.
Edo yang berada di hadapan Karin pada awalnya hanya menggenggam tangan gadis itu, tetapi kini mulai merengkuh bahu gadis itu serta menatap mata gadis itu lekat seraya berkata, “Gue gak mau kaya gini terus Rin, gue mau dunia ini dan semua orang tau kalau elo itu punya gue. Hanya milik gue dan cuman gue yang bisa buat lo tersenyum bahagia,” ucap Edo serius.
Karin yang mendengarkan perkataan Edo pun mulai merasa gelisah, karena tiba-tiba yang ada dalam pikiran Karin saat ini adalah Harsa, kekasih yang ia pacari sedari awal masuk di sekolah ini.
Secara perlahan-lahan Karin pun mulai menurunkan tangan Edo yang ada di bahunya. “Do, lo tau, 'kan, selama ini hubungan kita gimana? Lo juga tau, 'kan, kalau gue ini pacarnya Harsa dan gue sudah merasa nyaman dengan hubungan kita yang seperti ini.”
“Tapi, Rin. Gue—”
Belum sempat Edo berbicara Karin sudah memutus perkataan lelaki itu dengan cepat, “Please Do, kita seperti ini aja, ya! Gue gak mau semua orang curiga dengan hubungan kita, Do ....” Karin sejenak terdiam, sebelum melanjutkan kata-katanya lagi, “kemarin aja waktu di taman kita hampir aja ketahuan Harsa. Gue takut Do, gue takut Harsa tahu dan dia membenci kita,” lanjut Karin dengan mata sedikit berkaca-kaca.
Lorong yang tak jauh dari perpustakaan sekolah adalah tempat yang paling sepi dan paling aman, bahkan amat jarang dilalui para siswa dan siswi di sekolah ini. Hanya ada beberapa siswa nakal saja yang memakai lorong ini, untuk sekedar merokok atau membolos di mata pelajaran tertentu. Di tempat ini juga, seorang Harsa Mandala memergoki perselingkuhan antara kekasih dan sahabat karibnya.
Wajah tampan yang awalnya terkejut kemudian berubah memerah dan mengeras, dengan buku tangan yang terkepal erat menahan emosi. Setelah beberapa saat menjadi penonton drama perselingkuhan di hadapannya, dirinya merasa begitu marah.
Harsa melangkah cepat menghampiri mereka berdua. “Brengsek! ternyata waktu di taman kemarin mereka berdua ngebohongin gue,” geramnya dalam hati.
Edo yang masih belum menyadari kehadiran Harsa, tanpa ragu memeluk Karin dan mengusap lembut kepala gadis itu. “Oke, kita seperti ini aja dulu, kita jalani hubungan kita tetap seperti ini, tapi please, jangan tinggalin gue! Gue gak bisa pisah sama lo Rin, gue sayang sama lo,”
Karin yang awalnya ragu, akhirnya membalas pelukan dari “Edo, gue juga—” Belum sempat Karin menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba ada yang menarik tubuh Edo dari pelukannya dengan sangat kasar.
Bugh!
Sebuah bogem mentah pun melayang di pipi pemuda berparas tampan itu. Membuatnya jatuh tersungkur ke lantai.
"Edo!" jerit Karin spontan.
Betapa terkejutnya Edo dan Karin ketika menyadari kalau orang yang sudah memukul wajah Edo adalah Harsa. Harsa dengan emosi menarik kerah baju Edo, membuat lelaki yang merasa kesakitan di bagian pipinya itu berdiri kembali, “Brengsek lo, Do! Tega-teganya lo khianatin gue!”
Lagi, pukulan demi pukulan diberikan ke wajah tampan milik Edo. “Lo tahu 'kan, kalau Karin itu cewek gue. Bangsat!” Segala bentuk umpatan kasar Harsa lontarkan dengan lantang.
“Harsa, berhenti!” teriak Karin panik, "Aku mohon berhenti! Sa ... please, Sa, berhenti! aku bisa jelasin semua kesalahpahaman ini.” Karin mulai merengek penuh permohonan, karena Harsa tak mau menghentikan pukulannya. Butiran bening mulai mengalir dari sudut kelopak matanya. Karin menangis, sembari membentengi tubuh Edo yang sudah tidak berdaya.
“Uhuk ... uhuk!” Edo sampai terbatuk-batuk karena pukulan membabi buta yang Harsa berikan.
“Sa, dengerin gue dulu!” lirih Edo.
“Mau ngomong apa lagi lo?" seru Harsa sambil berdiri setelah puas menghajar Edo. Yang kemudian tatapan tajam penuh amarah itu beralih menatap ke arah gadis yang selama ini ia cintai, tetapi juga mengkhianatinya, siapa lagi kalau bukan Karin.
“S-Sa ... aku ... bisa jelasin semua,” ucap Karin terbata-bata.
"Hah, apa yang mau lo jelasin?!” Ucap Harsa kasar dengan mimik wajah geram. "Gak ada yang perlu lo jelasin lagi, semuanya sudah jelas.”
Karin pun terkejut dengan ucapan Harsa yang memanggilnya dengan sebulan 'lo' bukan 'kamu' seperti biasanya. Tangis gadis itu mulai pecah kembali, lalu beranjak bangun dan langsung menggenggam erat tangan Harsa dengan tangan yang sedikit bergetar. Walaupun sebenarnya gadis itu ragu dan benar-benar takut dengan apa yang akan dilakukan Harsa terhadapnya. Ya, tentu saja laki-laki itu akan menolaknya dengan sangat jelas. Karin sadar, jika apa dilakukannya selama ini terhadap laki-laki itu adalah sebuah penghianatan.
“Sa, gue mau—”
Belum sempat Karin bicara, Harsa sudah menepis genggaman tangan gadis itu dengan kasar dan dengan sorot mata yang tajam, menatap nanar kedua pasangan selingkuh itu penuh kebencian. Edo yang masih tersungkur lemah di lantai ubin yang dingin hanya bisa terdiam.
“Harsa, please ... dengerin aku dulu!" Karin berteriak sambil menangis. Namun, teriakan itu hanya dianggap angin lalu oleh Harsa. Lelaki itu sudah pergi menjauh, langkahnya yang gontai membuat Harsa cepat menghilang dari pandangan Karin.
“Rin ...." Terdengar suara lirih Edo memanggil Karin yang duduk berlutut memandangi kepergian Harsa dengan isak tangisnya. Gadis itu pun menoleh ke arah Edo yang kini sudah bersandar lemah di dinding pembatas perpustakaan. Ujung bibirnya berdarah, hingga bisa dipastikan betapa sakitnya luka yang disebabkan oleh pukulan Harsa.
“Lo gak papa, Do?” Karin beranjak, lalu menghampiri Edo. Gadis itu mengusap ujung bibir Edo pelan-pelan.
“Ughh ...," lenguh Edo, "sakit, Rin,” ucap Edo manja dan memelas.
“Ayo, gue antar ke UKS!” ajak Karin.
Edo yang melihat perhatian Karin terhadapnya menyunggingkan sebuah senyuman, lalu berkata, “Makasih ya, Rin, karena lo gak ninggalin gue.”
“Buruan bangun!” sungut Karin. Dalam kondisi seperti ini, sempat-sempatnya Edo bersikap seperti itu. "Sini, gue bantu! Lo gak usah senyum-senyum! Luka lo itu harus segera diobati biar gak infeksi,” seru Karin lagi. Nada suaranya terdengar kesal, Walaupun dia kasihan dengan Edo, tetapi sebenarnya pikiran gadis itu hanya terpusat kepada Harsa. Rasa bersalah mulai menyelimuti hatinya.
***
Setelah meninggalkan pasangan selingkuh yang notabene adalah sahabat dan kekasihnya sendiri, Harsa kembali ke kelas dengan wajah yang amat sangat menakutkan. Hal itu membuat teman-teman sekelasnya, terutama Widya, Zakir, Nathan dan Cindy merasa aneh.
“Kenapa lo, Bro? Sedih bener,” tanya Zakir meledek. Jelas-jelas dia tahu, jika mimik wajah sahabatnya itu terlihat sedang marah. “Itu muka udah macam kanebo kering tau, gak? Kaku bin lecek,” ejek Zakir lagi, kali ini tawanya lepas seketika, diikuti oleh ketiga temannya yang ikut merasa heran dengan sikap Harsa.
“Edo kemane? Gue pikir lo tadi bareng Edo.” Walaupun tidak dijawab, Zakir masih saja bertanya. Hening. Harsa masih diam.
“Lo kenapa sih, Bro? Diem-diem bae, sariawan ape lo?” tanya Zakir mulai kesal karena semua pertanyaannya diabaikan begitu saja oleh Harsa.
Namun Harsa tetap bergeming, Harsa masih terdiam dengan pikirannya sendiri. Ketika Zakir ingin melayangkan protesnya lagi, tiba-tiba bel masuk kelas pun berbunyi.
Para siswa dan siswi pun mulai berdatangan setelah tidak puas beristirahat. Pelajaran pun kembali dimulai, ketika seorang guru juga datang. Tanpa konsentrasi, Harsa pun tetap mengikuti pelajaran terakhir hingga jam pelajaran itu selesai.
Tanpa terasa bel pulang pun berbunyi, Edo bahkan tidak terlihat dan tidak mengikuti pelajaran terakhir. Entah apa yang terjadi dengan pria itu, Harsa tidak peduli. Harsa pergi meninggalkan ruang kelas dengan rasa malas, tetapi saat diambang pintu Harsa kembali dikejutkan oleh keberadaan Karin yang berdiri di hadapannya, tatapannya terlihat memohon penuh iba.
“Harsa, aku mohon dengerin dulu penjelasan aku! Kamu udah salah paham sama aku dan Edo. Kita perlu bicara, aku mohon, Sa ...."
Harsa memutar kedua bola matanya malas, ia tidak peduli sama sekali. Lelaki itu tetap berlalu meninggalkan Karin seorang diri.
***
Sakit nggak tuh? Sakitnya tuh di sini, gengs 👉❤
Apalagi kalau nggak kasih like sama komentar, sakiiiit banget hatikuh 🥺
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Dwi Puspa Rini
buanglah mantan pada tempatnya 😁😁😁
2022-02-19
1
Ani Aira
Karin mau kasih penjelasan apalagi ke Harsa udh jls Harsa liat dan denger langsung pecakapan dan interaksi lo sm Edo.
2022-02-05
1
Ani Aira
Zakir sengaja yaa
2022-02-05
0