Bab 10. Berpaling Hati

***

Sepertinya hari berjalan begitu cepat. Semakin hari, Edo pun semakin menunjukkan perhatiannya pada Karin dan entah mengapa, ia begitu terbuka dengan Edo.

Sejak hubungannya dengan Harsa merenggang, ia lebih banyak bersenda gurau dengan Edo. Sebenarnya, bukan ini yang Karin inginkan. Ia tahu ini tidak benar, tetapi Edo mampu membuat perasaannya membaik saat Harsa menyibukkan dirinya saat itu.

Pagi yang cerah untuk Hari Minggu yang tenang. Menikmati segarnya udara pagi yang sama sekali belum tercemar polusi.

Karin merogoh saku celana untuk mengambil ponselnya. Terlihat ia sedang menghubungi seseorang. Panggilan pertama tidak ada jawaban, Karin mencobanya lagi dan masih belum terjawab.

Niat nggak sih? Karin mulai menggerutu dalam hati. Saat wanita itu hendak mengembalikan ponselnya, tiba-tiba ponselnya berdering.

"Gue udah di depan rumah lo. Lo keluar atau gue yang masuk?" tanya lelaki di seberang sana.

"Tunggu bentar, gue ambil sepatu dulu," sahut Karin cepat sebelum lelaki itu masuk ke rumahnya.

"Sini, gue pakein!" Edo yang ingin membantu Karin membenarkan helmnya, langsung ditepis oleh Karin.

"Nggak usah, Do. Gue bisa, kok. Cuma gini doang," ucap Karin sesumbar.

Beberapa kali Karin mencoba membenarkan helmnya, belum juga terdengar bunyi 'klik'. "Udah gue bilang, helm gue itu spesial. Cuma gue yang bisa benerin." Edo memperingatkan. Seketika tangannya langsung terulur membenarkan helmnya.

Klik!

"Udah, yok!"

Karin mulai menaiki motor Edo. Membelah jalanan kota yang belum terlalu padat. Mungkin karena hari Minggu sebagian orang ada yang memilih beraktifitas di dalam rumah. Rebahan bersama bantal dan guling sebagai teman mereka.

Seperti janjinya minggu lalu, ia dan Edo berencana untuk mengikuti CFD di seputaran GOR. Edo bersyukur dalam hati karena ajakannya ditolak oleh Harsa dan itu menjadi kesempatannya untuk lebih dekat dengan Karin.

"Do, Widya sama Tika jadinya mau ikut CFD," ucap Karin dengan berteriak.

"Iya, nggak apa-apa. Lagian Harsa sama Zakir juga nggak ikutan, jadi biar rame," kilah Edo, walaupun sebenarnya agak kesal karena ia tidak bisa berduaan dengan Karin.

"Yee ... lo mah enak. Gue bingung jawabnya sama Widya sama Tika kalo mereka tanya," sengit Karin.

Edo terkekeh. Walaupun tidak terdengar sampai di telinga Karin, dia tahu persis dari bahunya yang bergerak naik turun.

"Ya udah jawab aja apa adanya. Gue jemput lo karena Widya berangkat sama Tika, sedangkan Harsa dan Zakir nggak ikut. Beres, ‘kan?"

Ya, semalam Karin sudah menanyakan rencana pagi ini di grup, Harsa dan Edo menjawab jika tidak bisa ikut. Harsa dengan alasan ingin rebahan, sedangkan Zakir dengan alibi malas berolahraga. Setelah mengetahui ketidakhadiran Harsa, dengan gerak cepat Edo menghubungi Karin untuk menawarkan jemputan dan langsung di-iyakan oleh Karin.

Sedangkan Widya dan Tika, entah mengapa mereka berdua berubah pikiran. Semalam mengabarkan tidak ikut, tapi tiba-tiba saja tadi pagi Widya menghubunginya dan mengabarkan jika ikut CFD.

"Tunggu sini dulu, deh! Gue hubungin Widya sama Tika dulu," seru Karin saat sudah sampai di parkiran GOR.

Suasana di GOR sudah ramai dengan orang-orang yang sedang menikmati hari liburnya untuk berolahraga atau hanya sekedar ingin menikmati aneka street food.

"Wid, lo di mana? Gue di parkiran," tanya Karin begitu ponselnya tersambung dengan Widya.

"Gue juga udah di parkiran sama Tika. Lo sebelah mana?"

Karin langsung mengedarkan pandangannya ke seluruh area parkiran. "Gue deket pohon beringin yang gede. Tapi gue nggak pakek baju putih, jadi lo jangan salah lihat. Ntar lo kira gue kuntilanak lagi." Karin menjelaskan di mana tempatnya

"Sa ae, lo,"

Karin langsung menemukan keberadaan Widya yang letaknya tidak jauh dari tempatnya berdiri. "Heh, gue depan lo. Lo puter ke Utara, deh." Melihat Widya yang masih terlihat bingung mencari, Karin lantas melambaikan tangannya.

"Ya, gue ke sana." Widya segera menutup panggilannya. "Tuh Karin, Tik. Yok ke sana," ajak Widya pada Kartika yang masih celingukan mencari Karin.

Dari kejauhan, Kartika dan Widya melihat Edo yang berada tidak jauh dari tempat Karin berdiri. Mereka barengan? Widya dan Tika berpikiran yang sama.

"Lo berangkat sama Edo?" Tika langsung mengajukan pertanyaan yang sedari tadi ia pendam, setelah kedua gadis itu sampai di tempat Karin.

"Hehehe, iya," jawab Karin sambil nyengir. “Wid, tumben bisa ikut?” Lalu bertanya pada Widya untuk mengalihkan pembicaraan.

“Nih orang, maksa gue,” jawab Widya sambil menyikut lengan Tika.

Tidak menunggu lama, mereka bertiga mulai berlari mengitari GOR. Sesekali Edo melempar candaan kepada Karin, hingga terkadang mengusap rambutnya. Membuat Widya dan Tika saling melempar pandangan penuh tanya.

Tika menghentikan kakinya diikuti oleh Widya. Sedangkan Edo dan Karin masih melanjutkan aktifitas larinya dan mulai menjauh.

"Tik, mereka lagi deket, ya?" tanya Widya penasaran.

Tika mengedikkan bahunya. "Lah, lo tanya gue, gue tanya siapa?" Tika memperhatikan tubuh Edo dan Karin yang semakin mengecil. "Tapi, kalo gue lihat, sepertinya sih iya."

"Nah ... bener, 'kan? Gue beberapa kali liat mereka jalan. Udah hampir seminggu ini, deh. Terus Harsa gimana? Kasian tuh anak.”

"Ya udah lah, ntar kita tanya aja, deh. Dari pada kita mati muda karena penasaran. Ya, nggak?" Widya mengangguk-anggukan kepalanya pelan, lalu menyusul Tika yang kembali melanjutkan aktifitas larinya.

Mereka berempat sudah berkumpul di warung tepi GOR. Menikmati segelas es jeruk yang iklannya gambar jeruk oren bisa ngomong. Cukup melelahkan harus berputar mengelilingi GOR sebanyak tiga kali. Itu untuk Karin dan Edo. Sedangkan Widya dan Karin? Satu putaran sudah cukup untuk mengeluarkan sedikit keringat. Walaupun tidak sebanding dengan minuman yang kini sudah tandas karena kehausan.

"Gue mau ke toilet dulu, ya," pamit Edo.

"Ya," balas Karin dan Tika bersamaan. Sedangkan Widya hanya mengangguk karena mulutnya yang masih penuh dengan tempe goreng hangat.

"Rin, gue mau tanya." Tika mulai membuka obrolan. "Gue sih sebenernya nggak terlalu mikirin apa yang mau lo lakuin, apapun gue dukung elo. Maksud gue, ya lo tau lah gue cuek."

"Lo mau tanya hubungan gue sama Edo?" Potong Karin cepat.

Uhuk!

Widya langsung tersedak mendengar pertanyaan Karin. "Lo sejak kapan jadi paranormal? Keren, bisa nebak gitu?” Mendengar ucapan Widya membuat Karin tergelak.

Karin menerawang. “Gue bingung, Harsa udah nggak kayak dulu. Semenjak dia ikut lomba, dia udah nggak pernah kasih perhatian ke gue.”

Widya yang menyadari kegelisahan Karin, turut mengusap bahunya pelan, memberikan kekuatan. “Ya, lo mesti sadarlah, dia juga mesti fokus, ‘kan. Lagi pula, sekarang juga udah selesai lombanya.”

“Bu, es jeruknya satu lagi, ya!" pinta Karin. “Tuh, Wid, gue pesenin lagi es jeruknya.” Widya langsung meringis mendengar ucapan Karin, memperlihatkan deretan giginya yang kecil-kecil dan rapi.

Karin mengeluarkan napas berat. “Gue tau, Wid. Sekarang Harsa juga udah mulai perhatian lagi ke gue. Tapi, Edo udah ngisi kosongnya Harsa waktu itu. Lo tau ‘kan, maksud gue?”

“Rin, gue nggak bisa ngelarang lo mau ngapain, tapi saran gue, lo pikirin lagi, deh! Lagian, lo nggak kasihan sama Edo? Bisa-bisa Edo jadi salah paham kalo lo ngeladeni dia mulu.” Ucapan Tika barusan membuat Karin semakin bimbang. Ia tidak tahu mengapa begitu ingin lebih dekat dengan Edo.

Karin mengingat sikap Edo ketika ia benar-benar ditinggal Harsa waktu persiapan lomba. Perhatian Edo yang membuat Karin semakin penasaran mengapa Edo bersikap demikian? Apa mungkin Edo benar-benar menyukainya atau itu hanya sebuah bentuk perhatian seorang sahabat? Pikiran-pikiran itu mulai memenuhi otak Karin.

“Kita bahas lain kali aja, deh,” potong Karin saat melihat Edo yang sudah berjalan ke arah mereka. Ia tidak ingin Edo salah paham dengan apa yang dibicarakan dengan kedua sahabatnya.

“Balik, yok!” ajak Edo. Widya menjadi orang yang pertama bangkit dari tempat duduknya. Mengusap peluh yang sebenarnya tidak terlalu banyak. “Ayo, punggung gue juga udah basah, ini! Jidat gue juga keringetnya segede biji jagung, bentar lagi mau gue bikin jasuke.”

Mereka semua tergelak melihat tingkah Widya. Bagaimana mungkin Widya merasa paling gerah di antara mereka? Sedangkan dirinya yang paling sedikit berlari dan lihat dua gelas es jeruk yang sudah habis tidak tersisa.

“Udah bisa ngelawak, Wid?” Edo adalah orang pertama yang kaget dengan tingkah Widya. Gadis pemalu dan pintar itu sudah sedikit ada perubahan.

Yang siap-siap mau jogging bareng. Awas ketahuan Harsa 🤭

***

Kira-kira mesti diapain nih, si Edo? Masa dia nikung temennya sendiri 🙄

Terpopuler

Comments

Ani Aira

Ani Aira

disinilah diuji sebuah hubungan dengan yg namanya kesetiaan

baru Harsanya abai begitu aja Karin langsung kasih kesempatan Edo buat ngisi ruang kosongnya gmn klo mereka LDR an

2022-02-05

0

Ani Aira

Ani Aira

Edo mah cuma nyari celah kosong aja semua tergantung si Karin

2022-02-05

0

Ani Aira

Ani Aira

dasar Karin baru kosong sebentar aja langsung cari yg isi itu hati apa kamar kostan

2022-02-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!