Bab 2. Cinta pada Pandangan Pertama

...Happy reading .... ...

***

Sesampai di kantin, mereka langsung menuju ke bangku paling ujung. Di sebelah kantin terdapat taman sekolah yang hanya dibatasi tembok sebatas pinggang orang dewasa. Taman tersebut banyak ditumbuhi bermacam-macam tanaman bunga dan juga ada pohon kersen yang rindang membuat suasana di sekitarnya terasa sejuk.

“Kalian mau makan apa?” tanya Harsa begitu mereka duduk di bangku yang tersedia.

Seketika mereka diam dan saling pandang satu sama lain.

“Kali ini gue traktir kalian deh, anggap saja ini perayaan pertemanan kita,” kata Harsa lagi sambil menggaruk kepala yang sebenarnya tidak terasa gatal.

“Bakso aja kali, biar nggak terlalu lama. Gue sudah laper,” kata Zakir sambil mengelus perutnya, “Jangan lupa es tehnya!” Zakir terkekeh, menampilkan deretan giginya yang putih.

“Dasar lo, ya!” Harsa tiba-tiba menimpuk pundak Zakir sambil tertawa. “Kalian mau makan apa?” Kali ini pandangan Harsa tertuju ke para cewek.

“Kita bawa bekal, kok” jawab Karin dengan senyum manisnya serta menunjukkan bekal yang mereka bawa tadi.

“Yah, para anak mama nih,” ejek Harsa dan hanya dijawab senyuman oleh Karin, Kartika, dan Widya. “Kalo lo, Cin?” tanya Harsa pada Cindy.

“Samain aja deh.”

“Oke, mohon ditunggu, ya!” Setelah mengatakan hal itu, Harsa langsung menuju ke ibu penjaga kantin.

Sekembalinya dari memesan makanan, Harsa langsung mengambil bangku dan menaruhnya di samping Karin. Sambil menunggu pesanan datang, mereka ngobrol ke sana ke mari sambil bercanda.

“Kalian berteman sejak kapan? Kok kayaknya udah lama banget sih. Seperti gue sama Edo yang udah temenan dari orok,” kelakar Harsa sambil menatap Karin, Kartika, dan Widya secara bergantian.

Widya yang merasa dirinya dipanggil melalui tatapan mata Harsa spontan tersenyum, tapi tidak langsung menjawab pertanyaan Harsa. Widya berusaha keras untuk meredam gejolak hatinya yang sejak tadi sudah tidak baik-baik saja. Setelah mengambil nafas dalam dan segera membuangnya, barulah ia mengeluarkan suara.

“Kami berteman sejak kelas satu SMP. Kebetulan sih, selama itu kami selalu berada di kelas yang sama. Baru kali ini saja keberuntungan sepertinya nggak berpihak sama gue, jadi kepisah dari mereka,” jawab Widya dengan sedikit tertawa untuk menutupi rasa gugupnya.

“Itu sesuai amalan, jadi terima saja nasib lo, karena lo yang dipisahin dari kita, jadi lo harus lebih banyak berbuat baik untuk orang lain biar besok Malaikat mengabulkan doa lo untuk mempertemukan kita di ruang yang sama,” timpal Karin dengan tawa yang renyah dan gaya pedenya yang khas hingga membuat semua ikut tertawa, tak terkecuali Harsa, ia tertawa sambil menatap lekat seorang Karin.

Di situlah Widya mulai merasakan adanya gelombang-gelombang aneh yang terpancar dari aura Harsa dan Karin. Sakit? Pasti, karena Widya merasa jika dirinya kalah sebelum bertanding. Dengan segala kesempurnaan yang ada pada pribadi Karin, Widya tidak heran jika Harsa akan lebih memilih Karin ketimbang dirinya. Bahkan hal seperti ini sudah terlalu sering terjadi di kehidupan mereka.

Dalam hal percintaan, Widya memang selalu menjadi nomor dua. Dulu sewaktu masih di bangku SMP pernah terjadi hal serupa, ketika Arkan menyatakan cintanya pada Karin, padahal Widya yang telah bertemu dengannya lebih dulu. Namun walau begitu, Widya tetap berusaha positive thinking. Ia buang jauh-jauh perasaan yang tak menentu dalam hatinya dan berharap jika perasaan itu salah.

***

Hari demi hari mereka lalui. Kedekatan di antara mereka pun semakin erat. Apalagi antara Widya, Cindy, Harsa, Edo dan Zakir, karena mereka satu kelas dan sering satu kelompok dalam mengerjakan tugas kelasnya terutama praktikum. Seperti sore ini, mereka berkumpul di rumah Cindy untuk mengerjakan tugas makalah dari Pak Beni, guru Bahasa Indonesia.

“Zak, bagian lo mana?” tanya Edo pada Zakir yang masih asyik dengan game-nya.

“Tuh udah gue serahin ke Cindy, cek aja kalau gak percaya! Tugas gue mah selalu beres,” kata Zakir tanpa mengalihkan pandangan dari handphone-nya.

“Tugas lo beres kagak, Sa?” Edo beralih ke Harsa yang dari tadi senyum-senyum aja sambil menggoda Widya.

“Beres Bos, tenang saja Harsa gitu, loh,” jawab Harsa jumawa.

“Halah, biasanya lo juga ngomongnya gitu tapi akhirnya perlu direvisi juga 'kan. Udah jangan gangguin Widya biar ngetiknya cepat kelar!” perintah Edo.

“Ck!” decak Harsa sambil bersungut-sungut.

“Iya nih gue diam.” Harsa berlalu dari samping Widya.

Melihat kelakuan mereka, Widya hanya tersenyum sambil geleng-geleng kepala. Kadang mereka seperti anak kecil, tetapi Widya akui untuk urusan tugas-tugas sekolah mereka selalu bertanggung jawab. Widya merasa senang bersama mereka karena merasa bertemu dengan orang-orang yang satu tujuan. Bagi mereka menyelesaikan tugas pelajaran adalah hal utama. Setelah itu barulah urusan yang lain.

“Yuk diminum dulu dong, cicipin tuh kue buatan mama gue. Jangan dianggurin gitu!” kata Cindy memecah keheningan di antara mereka.

“Urusan itu mah gue jagonya, tenang saja. Eh kalau kurang boleh nambah 'kan, Cin, gue haus banget, nih.” Gaya khas Zakir yang sudah mereka hapal.

“Tenang saja, air kran di depan masih nyala kok. Kalau kurang tuh, tinggal ambil. Nah kalau kue nya juga masih ready, meskipun dalam bentuk dan aroma berbeda, gue ikhlas kok kalau lo nambah. Tapi jangan rebutan sama si Mimi, ya!” balas Cindy diikuti tawa keras dari mereka.

“Yaelah Cin, lo tega samain gue yang gantengnya tingkat dewa ini sama kucing elo,” timpal Zakir dengan sedikit manyun.

“Selesai!” Tiba-tiba Widya berteriak sambil merenggangkan otot punggungnya. Serasa beban hidupnya terangkat seketika saat tugas tersebut selesai.

“Wid, Karin sama Tika kok nggak ikut ke sini sih. Ini 'kan hari minggu. Biasanya juga kalian jalan bareng ‘kan?” tanya Edo hati-hati tapi penuh selidik.

“Eh, apa? Mereka, ya? Biasanya sih ngabarin kalau mau jalan. Mungkin mereka ada acara sama keluarga jadi gak sempat main,” jawab Widya yang mulai curiga akan sikap Edo.

“Wid, pulangnya gue antar, ya? Daripada naik ojek online takutnya malah dibawa kabur.” Tiba-tiba Harsa bicara untuk menghentikan pembicaraan Edo dengan Widya.

“Gak mungkin dibawa kabur juga lah, emang gue anak konglomerat yang bisa ditukar dengan uang tebusan,” balas Widya.

“Ya ‘kan lo itu manis, kalau lo dibawa kabur ntar gue merana dong,” seloroh Harsa.

Kalimat itu sukses membuat pipi Widya merona dan mendadak membuat jantungnya berpacu lebih cepat. Kalimat yang mungkin bagi Harsa adalah gombalan receh seperti yang biasa dia ucapkan ke gadis lain, tapi bagi Widya, kata-kata itu berhasil menghadirkan pelangi di mimpinya. Memang cinta itu tak bisa memilih di mana dia singgah dan di mana dia berlabuh. Cinta adalah anugerah Tuhan yang paling indah. Meskipun banyak di dalamnya menghadirkan kekecewaan dan sakit hati.

“Hello … kok, malah bengong,“ kata Harsa sambil mengacak puncak rambut Widya. Hal ini adalah kebiasaan baru Harsa yaitu suka mengacak rambut Widya. Karena bagi Harsa, Widya adalah gadis lugu, lucu dan bikin gemas. Entah mengapa Harsa merasa nyaman jika menggoda Widya.

“Eh, iya, tapi ini nggak ngerepotin lo, Sa?” tanya Widya sedikit gugup.

“Kalau Harsa repot, lo pulang sama gue saja!” timpal Zakir.

“Siapa yang repot. Gue ini lelaki gentle, gak akan gue biarin seorang gadis cantik berjalan sendirian,” kata Harsa.

“Ya udah, Sa. Tuh lo anterin mbak Ning, dia juga masih gadis kok. Kasihan dia jalan sendiri mana rumahnya jauh lagi,” seloroh Cindy sambil menunjuk perempuan seusia mamanya Harsa yang keluar dari pintu samping rumah Cindy.

Mbak Ning adalah wanita lajang yang sering membantu beres-beres di rumah Cindy. Meskipun sudah berumur tapi dia belum menikah. Yah, yang namanya jodoh adalah rahasia Allah. Meskipun kita kejar dan pertahankan jika Allah belum mengizinkan maka dia tak kan tergapai.

“Busyet deh lo, Cin. Masak gue harus bersanding sama ….“ Kalimat Harsa berhenti sampai di situ diiringi gelak tawa teman-temannya. Bahkan Zakir dan Edo tertawa sambil memegangi perutnya.

Akhirnya, Widya pulang diantar Harsa dengan motor matic-nya. Berada di jarak sedekat itu dengan lelaki yang dicintainya, sungguh membuat jantung Widya tidak baik-baik saja. Cinta?? Ya, Widya telah jatuh cinta pada pandangan pertama. Widya menjatuhkan pilihan hatinya hanya pada Harsa.

***

next 👉

Tinggalkan jejak jempolnya dulu sebelum pindah channel! hehe....

Terpopuler

Comments

cimol cimin

cimol cimin

kira-kira Harsa sama siapa ya

2025-02-01

0

istri nya suga

istri nya suga

menarik 😊😊😊😊

2022-06-06

0

Watilaras

Watilaras

ceritanya detail kak.. keren

2022-01-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!