Zizi
Pagi-pagi yang dingin dan gerimis turun rintik-rintik, Zion kehilangan Zia, ia melompat panik mencari isterinya.
"Zia... Zia..."
Zion takut Zia pergi dibawa siluman atau apa.
Hingga...
"Ya Tuhan, kau sedang apa?"
Tanya Zion melihat Zia duduk di teras rumah Nenek Zia sambil memakan sesuatu.
Zia menoleh pada Zion seraya tersenyum.
"Tiba-tiba aku menginginkannya."
Kata Zia.
Zion mengerutkan kening.
Ada apa dengannya? Batin Zion bingung.
Zia tampak berdiri dari duduknya, lalu membawa piring yang berisi batu bata merah yang ia ambil dari tetangga sebelah yang sedang bangunan.
Batu bata merah yang basah itu dihaluskan dan kemudian ia makan sedikit-sedikit.
Zion kemudian merebut piring berisi batu bata merah itu.
"Kamu ini kenapa sih Zi? Nanti dikira Alpha Centauri bangkrut makan nasi saja ngga mampu sampe makan batu bata."
Zion dibuat kesal pagi-pagi.
Zia merengut.
"Kembalikan, aku ingin makan itu."
Kata Zia.
"Aku belikan yang lain saja, kamu mau makan apa? Makanan yang satu porsi puluhan juta juga aku belikan kalau kamu mau."
Zion membawa piring berisi batu bata itu ke dapur rumah Nenek Zia.
Zia duduk lemas di atas kasur lantai di ruangan depan.
"Aku mau itu saja."
Lirih Zia.
Zion yang kembali dari dapur melihat Zia malah seperti sedih jadi menghela nafas.
"Yang benar saja Zi, mana ada orang makan batu bata?"
Zion duduk di samping Zia.
Zia tampak berbaring.
"Badanku ngga enak, kayaknya aku mau flu."
Kata Zia lagi.
"Kita Ke Rumah Sakit, lalu pulang ke Kemang."
Zion mengusap kepala Zia.
"Ayuk ganti pakaian mu Zi."
Kata Zion lagi.
Zia yang enggan ribut dengan sang suami akhirnya menurut masuk ke dalam kamar Nenek yang sudah lama tak digunakan lalu sempat menjadi kamar pengantin Zia dan Zion saat baru menikah.
Kini hari itu sudah empat bulan berlalu, Zia sebetulnya sudah ikut Zion tinggal di Kemang, bahkan sejak jauh hari sebelum mereka menikahpun Zia toh memang sudah tinggal di sana, tapi seminggu lalu Zia seperti dipaksa pulang ke rumah Nenek nya.
Ada mimpi aneh yang terus muncul di setiap kali Zia tidur.
Mimpi seorang perempuan cantik dengan sanggul berhias bunga melati memegang sebilah pedang berkilau kemerahan.
Perempuan itu tak mengatakan apapun, yang ia lakukan hanyalah tersenyum saja menatap Zia yang seolah berbaring di kasur kamar Neneknya.
Mimpi itu berulang terus menerus, cukup mengganggu hingga akhirnya Zia memutuskan untuk datang ke rumah Neneknya, yang anehnya begitu tinggal di rumah Nenek justeru Zia tak mendapatkan mimpi apa-apa lagi tentangnya.
Zia keluar dari kamar, Zion kemudian memakaikan jaketnya di tubuh sang isteri, baru setelah itu merangkulnya keluar rumah.
"Aku tunggu di mobil."
Kata Zion saat Zia mengeluarkan kunci pintu rumahnya dari tas selempang kecilnya.
Zion sedikit berlari menghindari gerimis menuju mobil miliknya yang ia parkir di depan rumah.
Bersamaan dengan itu tampak seorang gadis remaja memakai payung dan menenteng satu susun rantang berjalan tergesa menuju rumah Nenek Zia.
"Kak Zia."
Panggil gadis remaja itu.
Zia yang baru selesai mengunci pintu rumah tampak menengok ke arah suara yang memanggil.
"Kanaya."
Zia memandangi Kanaya yang kini naik ke teras rumah.
"Kak Zia mau pergi?"
Tanya Kanaya.
"Oh iya Nay, Tuan Zion meminta pulang ke Kemang."
Kata Zia.
"Oooh."
Kanaya sebentar menoleh ke arah mobil di mana Zion menunggu isterinya.
"Ini Umi masakin makan pagi buat Kak Zia dan Tuan Zion."
Kanaya memberikan satu susun rantang yang ia bawa.
Zia menerimanya.
"Jadi merepotkan Umi terus."
Ujar Zia tak enak.
"Ah Kak Zia, kan Kak Zia juga sudah seperti anak Umi."
Ujar Kanaya.
Zia tersenyum.
"Sampaikan ke Umi terimakasih, ini makanannya Kak Zia bawa ke Kemang ya."
Kata Zia akhirnya.
Kanaya mengangguk.
Gerimis pelahan berubah menjadi hujan, Kanaya memayungi Zia menuju mobil Zion.
Kanaya membungkuk ke arah Zion memberi salam, Zion mengangguk seraya tersenyum.
"Makasih ya Nay."
Kata Zia begitu sudah masuk ke dalam mobil dan duduk di samping Zion.
Kanaya mengangguk.
"Hati-hati Kak."
Kata Kanaya yang kemudian membantu menutupkan pintu mobil di bagian sisi Zia.
Zia melambaikan tangan ke arah Kanaya.
"Titip rumah Nenek."
"Iya Kak."
Kanaya mengangguk.
Mobil pelahan meninggalkan halaman rumah Nenek Zia, dan kemudian masuk ke jalan kampung untuk nantinya menuju jalan besar.
**------------**
Zia tampak menatap dokter Lintang yang kini duduk di belakang mejanya setelah memeriksa Zia.
Zion juga ada di sana, duduk menemani sang isteri.
Sebetulnya dokter Lintang bukan jadwalnya bertugas hari ini, namun lewat jurus memaksa Zion pada sang Direktur Utama Rumah sakit, maka datanglah dokter Lintang hanya untuk memeriksa Zia.
"Dokter yang bertugas hari ini laki-laki, saya mau yang perempuan saja untuk isteri saya, tidak apa nanti saya bayar sepuluh kali lipat bila perlu asal beliau berkenan hadir."
Begitulah Zion memaksa.
Dokter Lintang tampak tersenyum ke arah Zia.
"Nyonya, sepertinya anda lebih baik ke dokter kandungan setelah ini."
Kata Dokter Lintang kemudian.
Zia mengerutkan kening.
"Mungkin anda tak terlalu menyadari gejalanya karena hanya merasa mudah lelah saja belakangan, begitu kan?"
Zia mengangguk.
"Iya Dok, keluhan saya ya hanya seperti meriang saja dan mudah lelah belakangan ini."
"Tidak ingat terakhir datang bulan?"
Tanya dokter Lintang.
Zia menggeleng.
"Saya termasuk tidak teratur datang bulannya Dok. Jadi misalnya sudah terlambat berapa Minggu juga tidak tahu."
Ujar Zia.
Dokter Lintang mengangguk seraya tersenyum.
Dokter Lintang menoleh ke arah Zion yang sepertinya sudah terlihat berkaca-kaca mendengar apa yang disampaikan Dokter Lintang.
Ada kemungkinan Zia hamil, itu yang Zion tangkap dari yang disampaikan Dokter Lintang.
"Saya sarankan ke Dokter Retno Tuan, beliau sangat baik dalam melayani pasien Ibu muda yang baru mengalami kehamilan pertama. Sepertinya lusa beliau praktek."
Kata Dokter Lintang.
"Tidak bisa sekarang?"
Tanya Zion kebiasaan tidak sabaran.
"Iish, sudah ah, kamu mau maksa semua dokter merelakan waktu istirahatnya, ini saja sudah tidak enak dengan Dokter Lintang."
Kata Zia.
Dokter Lintang tertawa kecil.
"Tidak apa Nyonya, apartemen saya dekat dari sini, tidak masalah jika memang tenaga saya sedang dibutuhkan kapan saja saya selalu siap."
Ujar Dokter Lintang.
Zia jadi tersenyum.
"Saya sarankan anda istirahat yang cukup, kurangi aktifitas yang terlalu berat dan banyak konsumsi buah serta air putih Nyonya."
Kata Dokter Lintang pula.
Zia mengangguk mengerti.
Zion tiba-tiba memeluk Zia.
"Ada apa?"
Zia yang tiba-tiba dipeluk jadi gelagapan.
"Aku akan jadi Ayah, benarkah? Benarkah?"
Zion begitu terharu.
Zia menatap Dokter Lintang yang tampak tertawa kecil lagi melihat keduanya.
"Selamat Nyonya, semoga semuanya sehat."
Ujar Dokter Lintang pula.
**----------**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 253 Episodes
Comments
Ray
AQ girang banget dah, bisa mampir disini di ceritamu tentang kehamilan Zia 😍🙏
2022-09-29
1
Ayuk Vila Desi
baru mampir,..
2022-07-19
1
Mada
enam tahun Yang hilang Di novel Zia Dan zion
2022-07-18
1