Sambil masih cekikikan Zizi kemudian berdiri dan membantu dua gadis dan satu lagi Sasi untuk berdiri supaya tidak lagi tumpang tindih.
"Kak Seng bisa tolong antar Sasi ke tempat teman-temannya?"
Tanya Zizi pada Shane.
Shane yang telah berdiri setelah terpental karena gagal berungkali mencoba masuk ke dalam lukisan terlihat mengangguk.
Di luar sana matahari sudah terbit, pagi telah menjelang, Zizi meminta Maria membukakan tirai dan kaca jendela kamar hotel itu.
Maria pun melayang untuk menuruti apa yang diminta Zizi.
Zizi beralih pada kedua gadis yang sempat dibawa oleh mahluk jelek itu juga. Dua gadis yang semula bekerja di tempat Nyonya Rosita itu terlihat seperti linglung.
Mereka juga terlihat seperti ketakutan hingga memilih berdiri di sudut ruangan.
"Kalian akan aku antar pulang, nanti biar aku minta tolong Paman Dimas, tak usah takut."
Kata Zizi.
Setelah mengatakan itu, Zizi barulah mengalihkan pandangan matanya lagi ke arah lukisan.
"Sebaiknya kita bakar saja, agar tak jadi sarang hantu jahat lagi."
Kata Maria.
Mbak pocong sendiri memilih berguling ke bawah kolong tempat tidur, ia lelah jiwa.
"Bagaimana nasib Nina?"
Gumam Zizi sambil menatap lukisan di depannya.
"Ini hanya pintu untuk masuk ke sana, kita hanya menutup pintu itu Zi."
Ujar Maria.
Zizi terdiam, seperti berpikir apa yang paling tepat untuk ia lakukan.
"Sebentar, aku akan telfon Papa dulu, aku ingin tanya soal Nyonya Rosita, seberapa banyak saham yang ia miliki di Alpha Centauri."
Ujar Zizi.
"Memangnya kenapa?"
Maria bingung Zizi malah membahas soal saham Nyonya Rosita.
Zizi nyengir pada Maria sambil meraih hp nya dari saku celananya.
"Aku akan memberi sedikit pelajaran jika perlu."
Kata Zizi yang kemudian sudah menghubungi Papanya.
Tapi...
Tumben, tak ada jawaban.
Zizi mencoba menghubungi lagi, namun masih juga tak ada jawaban.
Apa Papa sedang mandi? Batin Zizi.
"Kenapa?"
Tanya Maria melihat ekspresi Zizi.
"Papa ngga jawab telfonnya, biasanya ngga gini."
Gumam Zizi.
"Mandi mungkin, atau ada tamu pagi-pagi."
Ujar Maria.
"Tamu pagi-pagi siapa? Mana ada tamu pagi-pagi di Jepang."
Kata Zizi.
"Ya udahlah, mungkin Papa mandi, atau aku telfon Ali saja."
Zizi kemudian ganti menghubungi nomor Ali, ia harus tahu Papa sedang apa, kenapa tidak biasanya ditelfon tak diangkat.
Dan sama, tak ada jawaban juga.
Haiiish... Zizi mendesis.
"Ali juga sama tak ada jawaban, ada apa sebenarnya?"
Zizi malah jadi khawatir.
"Kita urus masalah ini dulu, kita bakar saja sudah."
Kata Maria akhirnya.
Zizi menatap Maria.
"Kemarin pengawal yang ikut ke Jepang siapa saja ya."
Zizi masih memikirkan sang Papa.
Maria geleng-geleng kepala, mana tahu dia Zion pergi dengan siapa saja, Maria kan sedang gentayangan di luar.
Zizi menghela nafas, matanya menatap dua gadis yang ia tolong bersama Sasi, lalu menatap lukisan sarang mahluk jahat yang telah ia musnahkan pula.
Ah sial!
Zizi menepuk jidatnya.
Pedang itu bertambah energi jahatnya, jika nanti terlalu banyak pasti akan berdampak buruk.
Zizi segera menelfon staf hotel untuk membawakan lukisan Nyonya Rosita ke lobby, setelah itu Zizi sambil keluar kamar menelfon Paman Dimas kepala bodyguard dan sekaligus juga orang kepercayaan Papanya.
Zizi mengajak dua gadis yang ia tolong keluar dari kamar untuk ia ajak turun ke lantai satu, mereka akan Zizi serahkan pada Paman Dimas.
**----------------**
Jepang,
Pukul empat dini hari waktu setempat, Ali saudara sepupu Zizi yang merupakan anak dari kakak kembar Papa Zizi, tampak bangun karena terkejut mendengar suara jeritan seorang perempuan.
Ali bergegas keluar dari kamarnya dan mencari sumber suara itu.
Tubuhnya bergetar hebat manakala keluar dari kamar, ia merasakan ada energi jahat yang sangat kuat di rumah Paman Zion.
Ali mempercepat langkahnya, menyelinap dari satu ruang ke ruangan yang lain untuk mengikuti energi jahat yang semakin lama semakin kuat dirasakan Ali.
Dan saat Ali menggeser pintu ruang samping, tiba-tiba ia mendengar suara perempuan yang seolah tengah memohon, Ali mempertajam pendengaran seraya terus melangkah mengikuti asal suara itu.
Dari dekat gudang, ya pasti. Batin Ali.
Cowok berusia tujuh belas tahun itupun segera melompat cepat dan berlari melesat ke arah gudang.
Pergerakannya yang lincah sampai tak tertangkap mata beberapa pengawal yang berjajar di luar.
Ali berlari menuju gudang, dan saat ia membuka pintu gudang, ia melihat seperti ada asap atau kabut yang Ali kira itu hanya matanya atau apa yang memang ia akan selalu begitu saat ada energi jahat yang terlalu besar.
Ali sempat ragu akan meneruskan langkahnya untuk masuk ke dalam gudang begitu kabut itu semakin tebal menyelimuti pandangan, namun Ali kemudian mendengar teriakan seorang perempuan lagi meminta tolong, yang akhirnya membuat Ali tanpa pikir panjang melompat masuk ke dalam kabut untuk masuk ke dalam gudang.
Ada seseorang yang butuh pertolongan, ia tak bisa diam saja, jika ia bisa menolong tentu ia harus menolong bukan? Batin Ali.
Ali yang tadinya melompat ke arah kabut untuk masuk ke dalam gudang tiba-tiba jatuh berguling ke atas tanah berumput, Ali celingak-celinguk, bingung dia.
Apa yang terjadi, kenapa dia ada di sini? Tempat apa ini?
Belum lagi Ali mengerti dia ada di mana karena ia ingat betul ia tadi masuk ke dalam gudang rumah Paman, tiba-tiba suara perempuan yang meminta tolong kembali terdengar.
Ali cepat berdiri, dan kemudian ia melihat seorang gadis yang sangat cantik berlari ke arahnya, gadis itu dikejar sekelompok mahluk seperti manusia setengah rubah.
Gadis itu melihat Ali yang terbengong-bengong, dan saat gadis itu sudah dekat dengan Ali, gadis itu segera menyambar tangan Ali.
"Lari bodoh... cepaaaat."
Gadis itu berlari dengan cepat, dan Ali mengikutinya masih dengan kondisi yang benar-benar bingung.
Sementara itu, seorang pengawal di luar gudang yang melihat Ali masuk ke dalam gudang sendirian dan pintu gudang itu tiba-tiba menutup tampak berusaha mendobrak pintu.
Ia juga menghubungi pengawal lain.
"Apa yabg terjadi?"
Tanya pengawal senior yang berperawakan tinggi tegap, ia datang bersama tujuh orang pengawal lain.
"Tuan muda Ali masuk ke dalam gudang dan pintunya menutup sendiri."
"Dobrak."
Perintah pengawal senior itu.
Pengawal pertama kembali mencoba mendobrak pintu gudang dengan dibantu pengawal lain.
Suara keributan itupun membuat Zion terbangun dan terhuyung keluar untuk mencari tahu apa yang terjadi.
"Ada apa Dave?"
Tanya Zion pada pengawal senior.
Pengawal senior bernama Dave itupun membungkukkan badannya begitu melihat Zion.
"Tuan muda Ali, ia menghilang masuk ke dalam gudang yang pintunya menutup sendiri."
Demi mendengarnya tentu saja Zion langsung syok, bersamaan dengan itu pintu gudang akhirnya berhasil didobrak, mereka langsung meringsek masuk ke dalam gudang, termasuk Zion juga ikut masuk bersama para pengawalnya.
"Ali... Aliii."
Zion memanggil Ali dengan panik.
Tak ada sahutan, tak ada siapapun di sana. Nyatanya gudang itu memang telah lama kosong, lama sekali.
Hanya ada beberapa barang yang konon peninggalan Ibu Zion saat masih tinggal bersama Ayah Zion saat sebelum menikah dan juga di awal pernikahan mereka.
**---------**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 253 Episodes
Comments
Ray
Apakah Ali dan Zion bisa mengatasi masalah ghoib tanpa adanya Zia dan Zizi ya Outhor🤔? Semangat🙏👍
2022-10-09
0
Ragil Nisha23
dunia lain
2022-01-28
1
ARSY ALFAZZA
😘😘😘😘
2021-12-31
0