Zizi berdiri di atap hotel, ia mengedarkan pandangannya ke sekitar.
"Tadi dia ada di sini."
Ujar Shane.
"Dia pasti sembunyi lagi, dia gentayangan di sepenjuru hotel."
Kata Aunty Maria, si hantu bule.
Mbak Pocong yang menggabungkan diri menjadi tim Zizi tampak sok sibuk menajamkan pandangan ke bawah dari tepi atap hotel.
"Dari sini tinggi sekali ya."
Mbak Pocong malah bergumam tak jelas.
"Kamu jatuh juga paling mantul ke atas lagi."
Sahut Aunty Maria yang melayang ke sana ke mari.
Zizi bisa merasakan ada banyak energi gelap beberapa hari ini di hotel Papanya, iti sebabnya juga menjadi salah satu alasan Zizi berkeliaran di hotel terus, sekaligus juga karena ia memang suka masakan Chef Rasya sahabatnya.
"Kita pancing saja dia keluar."
Kata Aunty Maria.
"Memangnya apa sebetulnya yang ia cari."
Kata Zizi.
"Sepertinya ia menunggu wanita hamil."
Kata Aunty Maria.
"Apa dia makan janin?"
Tanya Zizi.
"Aku rasa dia masuk janin itu dan akan numpang hidup di sana, semacam parasit."
Ujar Aunty Maria.
Zizi menatap Shane.
"Kak Seng tak merasa mencium aroma hantu itu?"
Shane menggeleng.
"Aku tak merasakan apa-apa sekarang."
Ujar Shane.
Zizi menghela nafas.
"Berarti sebaiknya kita keliling setiap lantai lagi. Kita bagi tugas saja."
Kata Zizi.
"Aunty lantai satu, Mbak Pocong lantai dua, Kak Seng lantai tiga dan empat, aku lantai lima dan juga atap ini jika dia lari lagi ke sini."
Ujar Zizi.
Semua mengangguk setuju.
Aunty Maria menoleh pada Mbak Pocong yang masih berdiri di tepi atap.
"Kamu ini sedang apa? Di kira syuting Titanic apa."
Aunty Maria menarik kuncung Mbak Pocong untuk segera menuju lantai satu dan dua guna mencari keberadaan hantu kecil.
Shane segera masuk ke lift bersama Zizi yang kemudian turun di lantai lima sedangkan Shane meneruskan turun ke lantai tiga.
Zizi tampak menatap koridor panjang lantai lima yang sepi.
Zizi sendiri tak tahu ada berapa kamar di lantai itu yang kini di tempati tamu.
Gadis itu melangkahkan kakinya pelahan menyusuri koridor hotel, matanya menelisik, kalau-kalau ada gerakan mencurigakan dari hantu kecil itu.
Jangan sampai ada korban lebih dulu, karena pasti akan langsung berpengaruh pada nasih hotel Papanya kemudian.
Zizi masih menyusuri lantai lima, saat kamar yang letaknya paling ujung tiba-tiba pintunya terbuka pelahan.
Zizi menatap tajam kamar yang pintunya terbuka itu.
Dan satu sosok anak kecil keluar dari sana, melesat cepat menembus dinding lalu menghilang.
Sempat terdengar suara anak itu seperti tertawa cekikikan seolah menertawakan sesuatu.
Zizi berlari mengejar, saat berada di depan kamar yang pintunya tadi terbuka Zizi melihat kamar itu menutup sendiri lagi.
Zizi berusaha membuka pintu kamar itu, namun terkunci dari dalam.
Zizi menelfon resepsionis, menanyakan apakah kamar di lantai lima yang paling ujung ada yang menempati, Zizi menyebutkan nomornya.
"Dua hari lalu ada Nona, tapi sudah cek out."
Jawab Mbak resepsionis.
"Siapa?"
Tanya Zizi.
"Seorang gadis Nona."
Zizi mengerutkan kening.
Zizi beralih menatap dinding di depan kamar yang pintunya menutup sendiri padahal tak ada tamu yang menempati.
Di sana ada lukisan yang dipajang, lukisan pantai dengan latar pantai, deretan bukit, rumah peristirahatan yang memiliki halaman dengan ayunan di atas hamparan pasir putih.
Zizi menyeringai.
"Kau pasti sembunyi di sana kan kurcaci."
Kata Zizi memukul lukisan di dinding hotel.
Zizi kemudian merasakan energi kuat keluar dari lukisan itu, membuat Zizi sedikit terpental ke belakang.
Bayangan kecil kemudian melesat cepat menjauhi Zizi.
"Haiiii..."
Zizi langsung berlari mengejar, bayangan itu melompat ke langit-langit.
Zizi yakin ia ke atap.
Zizi cepat masuk ke lift, naik ke atas. Di lift tampak nenek hantu sedang selonjoran.
"Jangan ada vampire di antara kita Cu, nenek takut dengan mahluk itu."
Kata si hantu nenek.
"Kenapa takut? Nenek kan ngga punya darah, lagian kalo punya juga pasti kak Seng ngga bakal gigit Nenek, alot."
Ujar Zizi.
"Dasar kurangajar."
Nenek hantu menabok Zizi.
Lift berhenti di atap lagi, Zizi akan melompat keluar saat nenek hantu bicara padanya.
"Ada yang sengaja bawa dia ke sini untuk cari tumbal."
Zizi yang mendengarnya melihat si hantu Nenek.
"Siapa?"
Tanya Zizi.
Nenek hantu menyeringai.
"Wani piroooo..."
Dan pintu lift tertutup.
Haiiish sialan. Zizi kesal jadinya.
"Dia kan numpang tinggal di hotel Papa, malah berani-beraninya bilang wani piro."
Zizi jadi ngomel-ngomel sendirian.
Zizi tampak berkacak pinggang seraya mengedarkan pandangannya lagi, manakala ia mendengar hantu kecil itu cekikikan.
Zizi gemas luar biasa.
"Awas kalau kena, aku tak akan segan memukulmu sampai tak bisa tumbuh lagi."
Geram Zizi.
Zizi bergerak mencari dari mana asal suara cekikikan si hantu kecil.
Ia benar-benar harus mendapatkannya.
**------------**
Sementara itu, di lantai tiga dan empat Shane tampak berkeliling mengawasi kalau-kalau hantu kecil itu bersembunyi di sana.
Shane masih bergerak selayaknya manusia biasa yang terlihat berjalan biasa namun dengan waspada serta siaga.
Aunty Maria sendiri melayang mengelilingi lantai satu, keluar masuk ruangan-ruangan kosong, termasuk menyisir seluruh sudut lobby hotel Zombie.
Aunty Maria sempat bertemu beberapa hantu yang duduk di sudut gelap ruangan, dan ada pula yang bersembunyi di dalam manekin dan juga patung zombie, tapi mereka semua hanya ikut numpang saja, energinya biasa saja, jadi Aunty Maria biarkan.
Dan anggota tim terakhir adalah mbak pocong, dia yang bertugas di lantai dua malah asik duduk di kamar Sasi dan Rani yang sedang sibuk merumpi.
Mbak pocong yang sepertinya belum puas menjadi manusia memang ingin sekali merasakan memiliki teman dari bangsa manusia selain Zizi yang selalu kapan saja bisa menendang dan menabok kepalanya.
Ia ingin berteman dengan manusia yang lebih lembut.
"Aku pikir Andri ngajakin kamu ikut juga karena mau nembak kamu ngajakin pacaran, tapi dilihat dari gelagatnya kayaknya tuh anak masih akan tetap dalam kebolotannya yang abadi."
Ujar Rani.
Sasi mengangguk.
"Iya, aku juga tadinya mikir begitu, tapi rasanya memang ngga ada harapan aku sama Andri bakal jadian, lihat saja tadi, dia masih bisa godain mbak resepsionis."
Kesal Sasi.
Rani mengangguk.
"Nah itu makanya aku bilang dia bolot, padahal udah jelas kalo dia tuh aslinya ada rasa sama kamu."
Kata Rani.
Sasi menghela nafas.
"Andri itu yang kepalanya rambutnya dikit?"
Tanya Mbak pocong sok nimbrung.
Sasi yang bisa mendengar suara Mbak Pocong celingak-celinguk.
"Ran, kamu tadi denger?"
Tanya Sasi.
"Dengar apa?"
"Dengar orang nanya soal Andri."
Ujar Sasi.
Rani mengerutkan kening.
"Enggak, ngga ada orang juga kan."
"Aku di sini dari tadi ikut musyawarah kok pada ngga sadar."
Kata suara itu lagi.
Sasi berdiri dari duduknya.
Rani yang melihat Sasi tiba-tiba berdiri jadi ikut berdiri.
Dan...
"Aku di sini."
Mbak pocong berbaring miring di atas meja hotel dekat TV.
Ia tersenyum seramah mungkin, berharap Sasi dan Rani akan menyambutnya dengan baik.
Tapi...
"Haaaaaaa... pocoooooong siiiiiiiii..."
Pak pok pak pok...
Rani melempari mbak pocong dengan bantal, sandal, remote Tv, remote AC, tas ransel. Membuat mbak pocong pun kabur.
Haiiish... barbar. Mbak Pocong sedih ditolak lagi.
Ah apa aku ganggu dua cowok tadi saja ya? Yang ngatain pocong tidak ada seninya, bukankah salah satu di antara mereka yang tadi dibicarakan gadis-gadis tadi?
Hmm... Malas nian harus cari hantu kecil itu, sudah pasti ketemu pun aku tak bisa menangkapnya.
Jangankan nangkap hantu lain, garuk-garuk panu sama kutu air saja aku ngga bisa. Batin Mbak Pocong galau.
"Heh karung tinju, dapat apa kamu?"
Tiba-tiba Shane si vampire muncul di lantai dua.
Mbak pocong memantul lunglai ke arah Shane.
"Ngga ada yang menarik."
Ujar Mbak pocong melaporkan.
"Kita balik ke tempat Zizi saja."
Kata Shane.
Namun belum lagi mereka akan kembali ke tempat Zizi, tiba-tiba Aunty Maria muncul juga di sana.
"Zizi meminta semua kumpul di lantai lima."
"Hantu itu di sana?"
Tanya Shane.
"Zizi menemukan sesuatu yang berhubungan dengan hantu itu."
Kata Aunty Maria.
Shane mengangguk.
"Baiklah, kita periksa sekarang."
Ujar Shane.
Aunty Maria melayang lebih dulu, kemudian disusul Mbak Pocong, baru kemudian Shane.
**-----------**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 253 Episodes
Comments
Wini Hilal
gesrek nih cerita gak ada serem seremnya wlw penuh tokoh makhluk halus
2024-07-12
0
Ray
Pocong waktu masih hidupnya jarang mandi kali, pas sudah jadi pocong gak pernah mandi lagi, jadi kena penyakit kulit deh, seperti panu, kadas, kurap dan temen2xnya 😱😂Lanjut crazy up Outhor, semangat 💪🙏😘
2022-10-09
0
Ragil Nisha23
sok imut bgt mbak karung tinju
2022-01-28
2