Berbagi Cinta: Berbagi Suami
Kata sah itu terucap dari saksi yang menyaksikan pernikahan siri yang dilakukan Randy bersama Camelia. Pernikahan kedua yang dilakukannya setelah menikahi gadis pilihan sang mama. Gadis yang tak pernah ia cintai.
Jangankan untuk mencintainya, berpikir akan menikahinya pun tidak.
Arzia. Ya, Arzia. Istri pertama Randy, istri yang tak pernah ada dalam benaknya sedikit pun.
Istri pertama Randy harus menyaksikan hari bahagia suaminya. Ia melihat wajah suaminya nampak sumringah karena sudah berhasil mempersunting orang yang selama ini dicintainya.
Tapi sayang, cinta mereka terhalang restu dari orang tuanya. Entah mengapa, orang tua Randy tidak menyukai Camelia. Padahal, Camelia sendiri adalah gadis baik-baik. Hanya saja, orang tuanya yang tidak berkelakuan baik sehingga menjadi penghalang hubungan mereka.
Ibu Randy sendiri, sebetulnya tidak pemilih mencari menantu. Buktinya, Arzia sendiri hanya gadis yang dibesarkan dipanti asuhan. Kesolehan Arzia membuat hati ibunya Randy terpikat, dan menginginkannya menjadi menantunya.
"Jangan sedih ya? Mama yakin, suatu saat Randy pasti mencintaimu juga," ujar mama Randy pada Arzia, menantu kesayangannya.
Arzia hanya menanggapi dengan senyuman, padahal hatinya tengah merasakan sakit yang teramat dalam. Tidak dipungkiri, bahwa Arzia memang sudah menyukai Randy sewaktu pria itu sering mengantar sang mama ke panti asuhan. Bisa dibilang, Arzia jatuh cinta pada pandangan pertama.
Keberuntungan pun berpihak padanya, mama Randy memintanya untuk menjadi menantunya, hingga sampailah Arzia menjadi istri dari anaknya. Dan itu menambah poin bagi Arzia untuk mendapatkan hati suaminya. Mendapat dukungan dari orang terdekat Randy.
Mama Randy yang bernama Eva itu merasa iba dan merasa bersalah pada menantunya. Membiarkan gadis itu masuk ke dalam hidup anaknya, yang sudah jelas akan menyiksa perasaan Arzia. Eva hanya berharap, semoga suatu saat ada cinta dari anaknya untuk menantunya itu.
Maski pun itu pernikahan siri, para kerabat dan teman-teman Randy ikut serta memeriahkan acara itu. Justru, kehadiran Arzia tidak terlihat, bagaikan orang asing yang berada di dalam sana. Padahal, dialah istri sahnya, sah secara hukum dan agama, istri pertama yang disembunyikan oleh Randy dari teman-temannya.
"Saya sudah bilangkan, jangan mengharapkan cinta dalam pernikahan ini," bisik Randi tepat di telinga Arzia.
Sampai Arzia terkejut ketika kata-kata itu terdengar secara tiba-tiba. Ia memejamkan mata sejenak, lalu melipir pergi. Air mata yang tak bisa lagi ia bendung kini terjatuh sudah, ia pun menangis merasakan sesak di dada.
"Aku tahu, Mas. Aku tahu tidak ada cinta darimu. Tapi, tidak bisakah kamu menjaga persaanku sedikit saja?" gumam Arzia.
Pantang baginya untuk mundur, ia hanya ingin menikah sekali dalam seumur hidup.
"Ya, Allah. Beginikah rasanya mencintai orang yang tidak mencintai kita?" jerit Arzia dalam hati. Hanya doa yang selalu ia panjatkan, semoga Tuhan membuka hati suaminya dan memberikan cinta untuknya. Walau itu mustahil.
Acara pernikahan itu pun akhirnya selesai. Pernikahan yang diadakan di hotel berbintang dengan cara sangat meriah. Arzia menangis di belakang vodium, hingga ada seseorang yang melihat keberadaannya. Namun, orang itu hanya melihatnya dari kejauhan, dan tak berani mendekat. Akhirnya, orang itu memilih untuk pergi.
Menit berikutnya.
"Zia." Mama Randy akhirnya menemukan keberadaan menantunya. Tentu Eva tahu apa yang dirasakan oleh gadis itu. Istri mana yang tak sakit jika melihat suaminya bersanding dengan wanita lain?
Eva mengusap lembut bahu Arzia, dan mengajaknya untuk pulang.
"Kita pulang ya? Acaranya sudah selesai," ajak Eva pada menantunya.
Arzia mengangguk lalu berkata.
"Aku pamit pada Mas Randy dulu ya, Ma," pinta Arzia.
"Tidak usah, Mama sudah bilang padanya akan pulang bersamamu dan mengajakmu menginap di rumah Mama," jelas Eva lagi.
Akhirnya, Arzia pulang bersama ibu mertuanya, Eva mengajaknya pulang ke rumahnya ia tak mungkin membiarkan menantunya itu pulang ke rumahnya apa lagi sendirian.
Terlebih lagi, Randy pasti menginap di hotel bersama istri barunya. Pria itu tidak akan mempedulikan istri pertamanya yang akan tidur mana. Selama pernikahan berlangsung hingga detik ini, mereka tidur secara terpisah.
* * *
Arzia yang sedari tadi tidak bisa memejamkan kedua matanya, ia terus membolak-balikkan tubuhnya di atas kasur. Ia malah membayangkan akan suaminya yang tengah berada bersama madunya. Bayangan wajah mereka begitu sangat jelas, tentu ia tahu apa yang tengah mereka lakukan di kamar hotel.
Membayangkannya saja, ia sudah tidak kuasa. Apa lagi nanti harus menyaksikan kemesraan mereka setiap hari. Ia harus menguatkan mental dari sekarang, tidak boleh terlihat lemah. Apa iya, ia bisa?
Belum apa-apa Arzia kembali merasakan nyeri di dalam hatinya. Ia sendiri belum tersentuh, bahkan usia pernikahan mereka baru seumur jagung. Kini suaminya telah menikah dan menyentuh wanita lain. Tak terasa, air mata kembali terjatuh. Ia hanya akan menangis sendirian, di depan suaminya dan madunya, pantang baginya memperlihatkan sisi kelemahannya.
Tidak bisa tidur malam ini, Arzia memilih untuk beranjak dari tempatnya dan mengambil air whudu, mengerjakan shalat malam. Dengan begitu, mungkin hatinya bisa kembali tenang. Lantunan ayat suci mulai berkumandang, lama ia mengaji, hingga tak terasa rasa kantuk pun mulai menyerang.
Ia memilih menyudahi membaca ayat suci itu, lekas merapihkan mukena dan sejadah, menyimpannya di atas nakas. Setelah itu, baru ia merebahkan tubuhnya kembali di tempat tidur. Gadis itu pun akhirnya terlelap.
Keesokkan harinya.
"Zia, kamu mau kemana?" tanya Eva yang melihat menantunya sudah berpakain rapi.
"Aku mau pulang saja, Ma. Kemarin, pas aku tinggal, rumah dalam keadaan berantakkan," jawab Arzia.
Eva menghela napas berat. Menantunya terlihat sangat tegar sekali, Arzia pintar menyembunyikan perasaannya yang tengah kacau balau.
"Perlu Mama temani?" tawar Eva.
"Tidak usah, Ma. Aku akan baik-baik saja. Aku yakin, Mas Randy pulang hari ini," ujar Arzia sambil meyakinkan ibu mertuanya.
"Ya sudah, sebaiknya kita sarapan dulu." Eva menggandeng menantunya, mengajaknya untuk sarapan bersama.
Arzia terlihat tak berselera dengan makanannya. Gadis itu hanya mengaduk-aduk isi piring itu dengan sendok. Sang mertua hanya bisa melihat tanpa bertanya, ia tak ingin membuat menantunya semakin terluka.
"Maafkan Mama, Zia," batin Eva.
Karena sarapan sudah selesai, Arzia langsung pamit pada ibu mertuanya.
"Terimakasih ya, Ma. Mama selalu menjadi semangatku." Arzia memeluk tubuh ibu paruh baya itu dengan sangat erat, seolah meminta kekuatan untuk bisa menjalani hidupnya bersama suami yang tidak mencintainya.
"Kalau ada apa-apa hubungi Mama, jika Randy tidak berbuat adil kamu bisa menemui Mama di sini. Kamu bisa meminta Mama untuk menegur Randy."
"Iya, Ma." Arzia hanya mengiyakan tanpa berpikir akan melakukan itu. Apa pun akan ia hadapi sendiri, tidak ingin membuka rumah tangganya. Bahkan Zia menutupinya di mana ia belum tersentuh sedikit pun oleh suaminya itu.
Akhirnya Arzia pulang ke rumahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Arga
sangat menyakitkan 🥺
2023-06-21
0
Soraya
permisi numpang duduk dl ya kak
2023-01-19
0
💫𝒖𝒏𝒊𝒆𝒒💫
katanya gak suka tp kok dikasih restu jg sih
2022-07-17
0