Bab 11

Randy larut dalam lamunannya, ia mendengar suara telpon yang ada di atas meja kerjanya. Ia mendapat telpon dari sekretarisnya, yang mengatakan ada seseorang yang ingin bertemu dengannya. Tanpa berlama-lama lagi, Randy menyuruh orang itu masuk ke dalam ruangannya, karena ia juga penasaran akan tamu itu.

Klek

Pintu terbuka dari arah luar, Randy langsung menoleh ke arah pintu dan melihat siapa yang datang. Randy terkejut ketika melihatnya.

"Pagi, Pak pemimpin," kata orang itu sembari tersenyum dan sedikit membungkukkan tubuhnya memberi hormat.

Randy langsung beranjak dari tempat duduknya, ia tak menyangka akan kedatangan tamu sepertinya hari ini. Tamu itu adalah sahabatnya sewaktu masa kuliah dulu. Teman seperjuangan sekaligus teman nakalnya.

Randy menyambut kedatangan sahabatnya itu, merangkul dan menepuk-nepuk punggungnya, betapa ia merindukannya. Pasalnya mereka sudah lama tidak bertemu.

"Kamu apa kabar?" tanya Randy setelah melepaskan rangkulannya.

"Baik bro ... Kamu sendiri apa kabar?" tanya balik orang itu yang tak lain adalah Angga.

"Seperti yang kamu lihat, aku baik-baik saja." Jawab Randy sembari memperlihatkan tubuhnya yang sedang tegap berdiri.

"Denger-denger sudah married, ya?" tanya Angga. "Sorry ya, bro. Waktu itu gak bisa datang," sambungnya lagi penuh penyesalan.

"It's ok ... Yang penting sekarang kita bertemu lagi. Kapan balik dari Surabaya?" tanya Randy lagi.

"Sudah seminggu," jawab Angga tanpa merasa bersalah.

"Seminggu, sudah selama itu baru menemuiku? Sombong sekali!" kata Randy.

Angga langsung tergelak, bukannya sombong. Ia sedang mengejar seseorang untuk ia dapatkan dan ia perjuangkan sehingga ia tidak ingin kehilangan kesempatan itu, karena kesempatan tidak akan datang dua kali bukan? Ditambah dengan usianya yang terbilang cukup matang untuk melangsungkan pernikahan. Semoga pilihannya sekarang tepat. Ia menjatuhkan hati kepada gadis yang ternyata sudah bersuami, tentu itu tanpa sepengetahuan dirinya.

"Bukan begitu bro, aku sibuk juga sama bisnis baru," jawabnya. "Ditambah lagi ada sesuatu yang harus mengundur pertemuanku denganmu," sambungnya lagi.

"Jangan bilang karena masalah cewek," duga Randy.

Lagi-lagi Angga tertawa karena Randy tahu sejak dulu akan dirinya. Tidak salah lagi, dugaannya memang selalu benar.

"Tapi yang ini beda, bro. Hatiku cenat-cenut kalau berada didekatnya, padahal baru beberapa hari mengenal gadis itu." Kata Angga sambil membayangkan wajah gadis yang kini selalu ada dalam bayangannya. Bahkan selalu hadir dalam mimpinya disetiap malamnya.

"Ah, paling hanya bertahan 2 atau sampai 3 bulan," ledek Randy. Karena Randy tahu gaya pacaran sahabatnya itu, jika sudah bosan dengan mudahnya ia tinggalkan.

"Yang ini beda bro, pokoknya gadis ini mampu menggetarkan hatiku. Wajahnya cantik, manis, baik. Pokoknya paket lengkap, SPESIAL!" Angga menekankan kata 'spesial' karena gadis itu memang spesial di matanya.

"Seperti apa sih wanita itu? Sampai teman play boy cap kampak sepertimu jadi begini?" Randy jadi begitu penasaran akan sosok gadis yang dipuja-puja oleh sahabatnya itu

"Play boy sudah tobat semenjak bertemu gadis ini, aku sedang berusaha mendekatinya. Pokoknya, dia wanita idaman para lelaki. Dan sepertinya, jika kamu tahu orangnya kamu pasti ikut memujanya. Tapi aku tidak akan mengenalkanmu padanya sebelum aku mendapatkannya," sahut Angga yang tak terima dibilang play boy oleh sahabatnya sendiri. Dalam hati ia menyadari, tapi itu dulu. Dan sekarang ia tidak akan mempermainkan hati perempuan lagi. Semenjak bertemu dengan Zia, ia memutuskan semua pacar-pacarnya.

Sosok Zia begitu sempurna di mata Angga.

Karena kedatangannya kemari hanya ingin mencurahkan isi hatinya kepada sahabatnya, Angga pun pamit karena ada yang harus ia kerja hari ini.

"Lain kali kenalkan dia padaku!" kata Randy pada Angga mengenai wanita itu.

"Iya, bro. Pasti aku kenalkan." Setelah itu, Angga pun berlalu dari kantor Randy

***

Pekerjaan hari ini membuat Randy sedikit lelah, dan terpaksa ia harus lembur karena banyak kerjaan yang ia tunda-tunda. Randy pulang jam 8 malam, kadatangannya disambut oleh istri tercintanya.

Memberikan kecupan hangat di pipi Randy dari Camelia. Tanpa menyuruh mengganti baju atau mandi terlebih dulu, Camelia langsung mengajak suaminya makan malam.

Di ruang makan sudah ada Zia di sana. Bahkan makanan sudah tersimpan rapi di atas meja. Randy melihat masakan itu begitu banyak, kebanyakan makanan itu kesukaan dirinya.

Randy mendudukkan tubuhnya di kursi, karena memang belum makan ia langsung saja melahap makanan itu yang memang sudah diambilkan oleh Camelia.

Ketika makanan sudah mendarat sempurna di mulutnya, Randy langsung memuji masakan itu.

"Masakkanmu memang selalu enak, aku suka," puji Randy pada Camelia. Tanpa ia ketahui bahwa masakkan itu bukan hasil istri tercintanya, melainkan hasil Arzia. Istri yang tak pernah ia anggap.

"No ... Ini bukan masakkanku, ini masakkan Zia. Masakkan Zia memang selalu enak." Camelia memuji makanan itu di hadapan suaminya dan istri pertama suaminya.

Randy menatap wajah Zia yang masih tertunduk, ia sendiri merasa tidak enak meneruskan makanannya. Karena ia tahu bahwa makanan ini hasil kerja istrinya, bukan hasil pemberian darinya. Dan untuk masalah itu, ia akan menyelidikinya kenapa Zia tidak memakai uang darinya.

Makanannya tidak dihabiskan oleh Randy, ia memilih untuk menyudahinya, beralasan sudah kenyang. Zia yang tahu akan hal itu dadanya mendadak sesak, sebegitu bencinya suaminya itu padanya? Sampai hasil masakkannya pun tidak ingin ia makan, padahal tadi ia sempat melihat ekspresi suaminya yang begitu menikmati makanannya.

Zia hanya manusia biasa yang memiliki batas kesabaran, mencoba untuk mengabaikan sikap suaminya. Tapi jika keterlaluan begini, wanita mana pun tidak akan tahan.

"Loh, kok gak dihabisin?" tanya Camelia pada Randy.

"Sudah kenyang, sayang. Aku cape, mau istirahat dulu." Randy langsung beranjak dari tempat duduknya, bahkan Camelia pun langsung menyusul suaminya.

Sampai mereka berdua tidak pamit kepada Arzia, ia sudah cape-cape memasak untuk suaminya. Tapi itu semua terasa sia-sia.

Mencoba setegar apa pun, Zia tetaplah Zia. Gadis rapuh yang mencoba untuk tegar dan menjadi wanita kuat.

Zia terisak di ruang makan sendirian, meski begitu ia tetap menghabiskan makanannya. Setelah selesai makan, seperti biasa ia akan merapihkan kembali tempat itu sampai bersih kembali.

Zia pun akhirnya pergi ke kamarnya, belum sampai di kamar, ia mendengar suara di kamar suaminya dan madunya. Terdengar sendau gurau sampai suara tawa Camelia terdengar jelas di pendengarannya.

Tidak ingin hatinya lebih sakit, Zia langsung masuk ke kamarnya. Menutup pintu keras-keras. Sampai suara di kamar sebelah langsung senyap mendadak sunyi. Mungkin mereka mendengar suara pintu yang ditutup oleh Zia sampai menimbulkan suara yang begitu nyaring.

Zia menghempaskan tubuhnya sendiri di atas kasur miliknya, memaksakan diri untuk tertidur. Menutup kepala dengan bantal karena ia tidak ingin mendengar suara di kamar sebelah, hingga akhirnya ia pun tertidur.

Terpopuler

Comments

Siti Romlah

Siti Romlah

awal baca ku tebak tamu Randy mungkin Angga.
mampus Randy kalo tau cewek yang di incar Angga itu istri yang tidak dia anggap. nemplok trus Dia. biar nyahok tu laki laki sombong

2025-03-15

0

Ahsin

Ahsin

hanya perempuan bodoh bin oon masih mau bertahan satu atap dengan madu....kyk gak ada laki2 lain sj

2024-12-06

1

Eny Hidayati

Eny Hidayati

cerita ini ... sebenarnya bagus ... cuma sebagai perempuan merasa direndahkan ... terlebih perempuannya sudah sangat mandiri ...

2024-12-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!