Randy tidak menyangka bahwa Zia akan mengusirnya, terlebih lagi ia merasa dipermalukan oleh istrinya itu. Keberadaan Angga membuatnya merasa terbakar, ia tak mengira ada laki-laki yang mencintai istrinya. Bahkan menurutnya itu berlebihan, seorang Angga yang play boy takluk oleh seorang Zia.
Tidak bisa dipungkiri, bahwa Randy sendiri mengakui kecantikan istrinya itu. Dan saat ini, sedang berada dalam fase, di mana ia takut akan Zia yang berpaling darinya. Angga bukan hanya tampan, ia juga adalah seorang pengusaha terkenal di Surabaya. Ia tidak ingin ada laki-laki yang mencintainya seperti Angga mencintai Zia, istrinya.
Sekali lagi, Randy meminta pada Zia untuk pulang ke rumah.
"Ayolah, Zi. Jangan buat keadaan tambah runyam, aku mau kamu pulang bersamaku!" ajak Randy lagi.
Mendengar Randy memaksa Zia, Angga pun menghadap Randy. Ia sedikit mendorong tubuh sahabatnya itu menjauh dari Zia.
"Jangan memaksanya, apa jawaban Zia kurang jelas?" tanya Angga.
"Kamu jangan ikut campur, dia istriku!" debat Randy.
"Tidak bisa begitu, ini urusanku juga! Apa ucapanku tadi di kantor kurang jelas?" Yang di mana, Angga akan memperjuangkan Zia untuk ia dapatkan. Karena Angga merasa sudah mendapat lampu hijau. "Bukankah kamu tadi menyuruhku untuk mendapatkannya?" tanya Angga.
Zia mengerutkan kedua halisnya hampir menyatu, apa yang mereka bicarakan? Apa mereka sudah saling mengenal? Pikir Zia.
"Apa kalian saling mengenal?" tanya Zia kemudian.
"Ya, dia sahabatku," jawab Angga. "Bahkan aku tadi menemuinya untuk minta pendapat," sambungnya kemudian.
"Pendapat?" ulang Zia.
"Iya, bahkan dia menyuruhku untuk memperjuangkanmu," imbuh Angga lagi.
Zia semakin bingung, apa suaminya menceritakan soal pernikahannya pada orang lain? Apa sebegitu bencinya Randy padanya? Sampai ia merelakan dirinya untuk sahabatnya sendiri.
"Jaga ucapanmu! Aku tidak tahu wanita yang kamu sukai ternyata istriku," timpal Randy.
Seketika, Angga tertawa. Lucu sekali seorang Randy ini, apa ucapanya tadi kurang jelas? Berulang kali ia mengucapkan nama Zia, harusnya ia sadar dan tahu yang diceritakannya adalah Zia, istrinya.
"Kamu memang tidak peduli pada istrimu, Randy. Bahkan kamu tidak peduli ketika aku mengucapkan nama Zia di hadapanmu! Suami macam apa kamu ini? Zia tidak pantas untukmu, Zia terlalu baik untukmu!" cetus Angga.
Randy mengepalkan tangannya, ingin rasanya ia menonjok wajah sahabatnya itu.
Zia tidak ingin mendengar perdebatan ini, apa lagi kedekatan Angga ada niat terselebung dalam hatinya, ia kira pria itu tulus ingin berteman padanya. Nyatanya ...?
"Sebaiknya kalian pergi, jika ingin ribut, ribut di luar! Jangan membuat kekacauan di sini. Aku tidak ingin pelangganku kabur karena kalian buat onar!" Zia mengusir kedua pria yang ada di hadapannya itu. Untuk sementara, lebih baik ia menghindar dari keduanya.
Ia juga tidak ingin persahabatan mereka hancur hanya karena masalah sepele.
"Zi, aku datang untuk menjemputmu," kata Randy lagi.
"Belum puas kamu buat aku menderita? Setelah aku kembali, apa yang akan kamu lakukan?" tanya Zia. "Menyiksa batinku sampai aku mati, begitu?" Napas Zia tersengal, ia menahan amarah pada suaminya itu.
"Aku bilang kalian pergi." Usir Zia sembari menunjuk pintu ke arah luar.
Angga cukup mengerti apa yang dirasakan Zia. Akhirnya ia pun pergi dari sana, ia memberi waktu pada Zia, agar gadis itu bisa lebih tenang. Dan ia akan kembali lain hari, memastikan hubungan Zia dan suaminya yang tak lain adalah sahabatnya sendiri.
Kini hanya menyisakan Randy di sana, ia tetap meminta Zia kembali hari ini juga.
"Kenapa memaksaku? Aku sudah bilang tidak mau pulang! Bagiku itu bukan rumah, tapi neraka!"
Randy terkejut mendengar penuturan Zia, ia baru sadar bahwa selama ini ia sudah menyakiti istrinya. Hingga penyesalan datang padanya. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Zia begitu keras kepala, tidak ingin membuat Zia tambah marah. Akhirnya ia pun pergi dari hadapan istrinya, dan ia akan kembali besok untuk menemuinya.
Setelah kepergian Randy, tangis Zia pecah. Hatinya terasa tercabik-cabik, karena ia pikir suaminya itu merelakannya pada sahabatnya. Lalu, Mila menghampiri Zia. Memghapus air mata yang mengalir dari matanya.
"Sudah, Mbak. Jangan menangis, air mata Mbak terlalu mahal." Mila memeluk Zia dengan erat, ia bisa merasakan apa yang dirasakan oleh Zia. Meski ia belum tahu seperti apa rumah tangga itu, ia hanya melihat betapa menderitanya Zia sekarang.
"Terimakasih selalu memberi Mbak suport." Ujar Zia seraya melepas pelukkan Mila. "Sebaiknya kamu layani pembeli, Mbak mau istirahat sebentar. Kepala Mbak sedikit pusing."
Zia pergi ke kamar yang memang tersedia di toko itu, tempatnya untuk mengistirahatkan tubuhnya dikala ia sedang penat. Bahkan sekarang tempat itu menjadi tempat tinggalnya. Zia merebahkan tubuhnya di sana, ia memikirkan nasib rumah tangganya yang memang sudah di ujung tanduk. Haruskah ia kembali? Pemikiran itu muncul dalam benaknya.
***
Randy sudah pulang, ia menghempaskan tubuhnya di sofa. Hatinya menjadi kacau tidak karuan, apa lagi ia harus bersaing dengan Angga sahabatnya sendiri. Namun, ia tidak akan melepaskan Zia begitu saja. Ia yang lebih berhak atas Zia, karena Zia masih istrinya.
Ia harus berjuang untuk mendapatkan hati istrinya itu, ia tak rela jika Zia bersama Angga. Randy memejamkan matanya dan menyandarkan kepalanya di sandaran sofa. Tak lama dari situ, Camelia datang menemuinya. Wanita itu menangis karena sudah dicecar habis-habisan oleh ibu mertuanya. Kepergian Zia dituduhkan padanya.
Randy membuka mata kala ia mendengar istrinya menangis, ia menatap wajah sendu Camelia. Ternyata, bukan hanya Zia yang tersakiti. Camelia pun tersakiti, dan itu semua karena ulah Randy sendiri. Andai ia bisa adil pada Zia, mungkin Eva bisa menerima kehadiran Camelia yang menjadi menantunya. Tapi nyatanya, Randy tidak bisa bersikap adil.
"Maafkan aku, Mel. Maaf sudah membuatmu tersakiti oleh keadaan ini," sesal Randy.
"Kenapa minta maaf padaku? Yang harus kamu lakukan itu minta maaf pada Zia, dia yang lebih tersakiti."
"Aku sudah bertemu dengannya, bahkan aku sudah minta maaf. Tapi sepertinya dia membenciku, apa aku tak pantas mendapatkan maaf darinya?"
"Penyesalan memang datang belakangan, jika kamu mau semuanya kembali normal buat Zia yakin kalau kamu sudah menerimanya," kata Camelia. Sejujurnya, ia ingin Zia menjadi pendamping suaminya untuk selamanya. Karena ia tak bisa mendampingi suaminya lebih lama lagi. Penyakit yang terus menggerogoti terus menyebar.
Randy melihat wajah Camelia, apa wanita ini juga tertekan oleh mamanya? Pikirnya, ia melihat wajah istrinya yang semakin hari semakin tirus. Tapi tidak menampakkan sakit medis karena Camelia selalu menggunakan make up untuk menutupi wajahnya yang pucat.
"Mel, kamu istirahat ya. Jangan terlalu memikirkan masalah ini, aku pastikan Zia kembali berkumpul bersama kita." Kata Randy yakin akan ucapannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Mutinah Soheh
Kalo memang Camelia ...wanita baik baik....tentu dia tak mau menyakitin sejenisnya dengan menjadi madu...istri k 2...
2024-12-06
1
Lina Suwanti
Semoga Zia ga balik sm Randy,,mau Camelia ga panjang umur biarin aja bakal sakit klo hidup tanpa di cintai
2024-02-06
1
Aska
jadi Lia itu penyakitan udah tau mau koid makanya jadi orang baik
2023-06-21
0