Bab 3

Randy dan Camelia sudah pulang, mereka hanya pergi selama dua hari. Camelia sendiri merasa kasihan pada Arzia, sesama wanita tentu ia bisa merasakan apa yang dirasakan olehnya.

Arzia keluar dari kamarnya, ia melihat Randy dan Camelia tengah bermesraan. Tiba-tiba matanya terasa perih ketika melihat pemandangan itu.

"Kamu mau kemana, Zi?" tanya Camelia. Randy dan Camelia belum tahu apa yang selalu dilakukan Arzia di luar rumah.

"Biarkan saja dia pergi," ujar Randy. Tentu kepergian gadis itu membuatnya lebih bebas. Apa pun yang dilakukan mereka tentu tidak lagi merasa canggung tanpa adanya Arzia di sana.

"Kapan kamu pulang, Zi?" tanya Camelia.

"Tidak bisa diprediksi," jawab Arzia.

"Memangnya kamu mau kemana?" Akhirnya pertanyaan itu terlontar dari mulut Randy.

Pertanyaan ini yang ditunggu-tunggu Arzia.

"Kerja, Mas."

"Kerja? Kamu kerja juga?" tanya Camelia.

Arzia mengangguk tanpa ekspresi.

"Istri kerja masa gak tahu sih kamu," ujar Camelia.

"Memangnya aku harus tahu semuanya tentang dia?" tanya Randy.

Camelia menghela napas dalam-dalam. Ia sudah tidak tahu lagi dengan cara apa agar suaminya itu peduli pada Arzia.

"Tentu kamu harus tahu semuanya, kamu sendiri ingin tahu apa saja yang aku lakukan," jelas Camelia.

"Tapi itu beda, sayang."

"Tidak ada bedanya, aku istrimu, dia juga istrimu. Seharusnya kamu ikut mengantarnya," kata Camelia.

"Maaf ya, Mel. Membuat kalian begini, tidak apa-apa aku pergi sendiri saja. Inikan masih hari cuti kalian, jadi bersenang-senanglah."

"Lihat! Dia saja tidak keberatan. Hari ini aku ingin di rumah saja, besok sudah mulai ngantor," jelas Randy yang tetap kekeh tidak ingin peduli pada Arzia.

"Aku berangkat dulu kalau begitu." Arzia meraih tangan Randi lalu menciumnya. "Assalamualikum."

"Waalaikumsallam," jawab Camelia.

* * *

Arzia pulang tepat pukul 4 sore. Sesuai janji pada dirinya sendiri, kalau ia akan pulang tepat waktu.

Lagi-lagi, matanya menjumpai dua insan yang sedang dimabuk cinta. Mereka tidak kenal tempat, bermesaraan di ruang tamu membuat Arzia harus menyaksikan semuanya.

Camelia langsung memposisikan diri, tak seharusnya berbuat begitu dengan Randy di hadapan Arzia.

"Kamu sudah pulang, Zi?" tanya Camelia.

"Hmm," jawab singkat Arzia. Ia langsung pergi dari sana, tidak ingin hatinya bertambah sakit dengan melihat kemesraan mereka.

Ia berjalan ke arah dapur, karena ia membawa kue hasil buatannya sendiri. Niatnya ingin memberikan pada Randy, namun tak jadi ia tawarkan karena pemandangan barusan membuat moodnya berantakkan.

Setelah menyimpan kue itu di dapur, ia bergegas ke kamar. Membersihkan diri dan menunaikan shalat ashar. Setelah semua itu selesai, ia kembali ke dapur berniat memberikan kue bawaannya tadi pada suaminya.

Setibanya di sana, ia melihat Randy tengah memakan kue itu. Sontak membuat Randy terkejut dan meletakkan kue yang sempat ia makan. Menyimpan kembali kue itu.

Arzia tersenyum melihat tingkah suaminya.

"Aku bawakan itu memang untukmu, Mas. Habiskan saja jika kamu mau," ujar Arzia setibanya di samping suaminya.

"Kuenya memang enak, beli di mana?" tanya Randy.

Belum Arzia menjawab, Camelia keburu datang.

"Sayang, sini. Kamu cobain deh, kuenya enak." Randy menyuapi Camelia, lagi-lagi kemesraan mereka ditunjukkan pada Arzia. Disitu, Camelia menyadari perubahan mimik istri pertama suaminya.

"Hmm, enak." Kata Camelia sembari meraih kue yang ada dalam genggaman suaminya. "Biar aku makan sendiri," ujarnya lagi.

"Oh iya, Mama memintaku ke rumah malam ini. Mungkin aku akan bermalam di sana," ucap Camelia.

"Kalau begitu aku ikut, aku akan mengantarmu." Jika mengenai Camelia, Randy akan bersemangat.

"Boleh mengantar, tapi tidak ikut menginap. Malam ini jatahmu tidur dengan Arzia," jelas Camelia.

Arzia melihat ke arah Camelia dan suaminya secara bergantian. Camelia memang sangat baik, ia tidak egois. Selalu mengingatkan kewajiban suaminya yang harus berbuat adil pada mereka.

Randy tidak bisa membantah apa kata istri keduanya. Ia hanya akan mengantarnya nanti malam, setelahnya ia akan kembali pulang ke rumah.

Malam pun tiba, Randy sudah kembali pulang setelah mengantar Camelia ke rumah orang tuanya. Ia melihat Arzia tengah duduk menyaksikan layar tv, seperti biasa gadis itu akan menonton acara kesukaannya.

Bahkan kehadirannya tidak diketahui oleh Arzia, gadis itu terlalu asyik dengan acara itu. Gadis itu tertawa lepas, ia sendiri mendengarnya. Tawa yang tak pernah ia dengar selama ini.

"Ekhem ..." Deheman Randy terdengar oleh Arzia.

Gadis itu langsung mematikan televisi, dan langsung beranjak dari tempatnya.

"Sudah pulang, Mas?" tanya Arzia.

"Hmm, kamu kenapa belum tidur?"

"Sengaja menunggumu. Bisa kita bicara sebentar?" ajak Arzia.

"Bicara saja," jawab dingin Randy.

Kini pria itu duduk di sofa, di mana Arzia tadi terduduk.

"Apa? Apa yang ingin kamu bicarakan?" tanya Randy.

"Dalam agama islam, poligami memang dibolehkan. Apa lagi berbuat adil."

"Jadi maksudmu, kamu meminta aku berbuat adil? Kamu tahu, aku hanya menicintai Camelia. Jangan berharap keadilan di sini! Siapa suruh menerima lamaran Mama," cetus Randy.

"Kamu jangan ngelunjak, Arzia!" Tanpa mendengar jawaban istrinya, Randi langsung pergi meninggalkan Arzia.

Arzia hanya bisa menangis mendapatkan perlakuan suaminya yang tidak bisa berbuat adil padanya. Tanpa merasa bersalah, Randy pergi begitu saja dari hadapannya.

"Aku tidak meminta lebih, Mas. Aku hanya minta kamu berbuat adil," lirih Arzia dalam tangisan.

* * *

Camelia telah kembali pulang.

Ia sudah memberikan waktu pada Arzia, semoga saja keinginanya terwujud.

Sepulang ke rumah, ia langsung pergi ke kamar. Ia melihat keberadaan suaminya di sana.

"Randy, kenapa kamu berada di sini? Seharusnya kamu tidur malam tadi bersama Zia." Camelia sedikit geram pada suaminya.

"Jangan memaksaku untuk mencintainya, Mel. Kamu tahu aku tidak mencintainya!"

"Kamu jangan begini, aku tidak mau menanggung dosa karena kamu tidak bisa berbuat adil," jelas Camelia.

Tanpa disengaja, Arzia mendengar itu semua. Betapa bijaknya Camelia. Ia merasa ia yang salah sudah hadir dalam hidup mereka.

"Setidaknya kamu memberikan dia kesempatan untuk melakukan kewajibannya sebagai istri, Randi! Aku tidak mau tahu, pokoknya di rumah ini harus bahagia. Tidak boleh ada yang tersakiti."

Setelah mengatakan itu, Camelia bergegas keluar dari kamar meninggalkan suaminya yang keras kepala. Ia melihat ada Arzia di sana, gadis itu pasti mendengar percakapannya, pikirnya.

"Mel," sapa Arzia. "Kalian ..."

"Tidak, kami tidak bertengkar," jelas Camelia. Ia hanya tidak ingin membuat Arzia semakin bersalah. Camelia kembali pergi dari rumah itu.

Randy hendak menyusul istrinya, tapi ia malah bertemu dengan Arzia.

"Inikan yang kamu mau? Kamu mengadu pada pada Camelia? Dia tetap kekeh ingin kita berhubungan layaknya suami istri!" Randi malah membenci Arzia, karena ia berpikir sikap Camelia begini karenanya.

Lagi-lagi, Randy menyalahkan istri pertamanya.

Terpopuler

Comments

❤•༆🆈🆄🅻🅸🆈🅰˚₊· ͟͟͞͞➳❥

❤•༆🆈🆄🅻🅸🆈🅰˚₊· ͟͟͞͞➳❥

si amelia sok baik munafik klau emang baik gk mungkin bakal mau jadi madunya

2023-08-29

3

Aska

Aska

kok bisa zia punya suami sakit jiwa

2023-06-21

0

Didit Mh

Didit Mh

bodohhhh pergi aj tinggalin mereka hidup cuman sx begookkk ngapain di buat sedih, kyk gx ad laki-laki lain aj

2022-06-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!