Keesokkan harinya, Zia sudah bersiap untuk pergi bekerja. Ia memutar tubuhnya didepan cermin, ia melihat tampilannya di sana.
Ia melihat ada jerawat di keningnya, mengusap jerawat itu.
"Kenapa sih, setiap mau datang bulan harus begini dulu?" katanya sendiri pada jerawat itu, ia kesal karena merusak pemandangan. "Hmm ..." Zia menghela napas sambil memutarkan tubuhnya hendak keluar dari kamarnya.
Dan kebetulan, ia bertemu dengan sepasang manusia yang selalu terlihat romantis. Entah sengaja atau tidak, Randy membelai rambut Camelia tepat di hadapan istri pertamanya.
Zia menatap kedua orang itu, tiba-tiba hatinya terasa sesak. Tapi ia tak menunjukkan rasa sakitnya di depan suaminya. Tanpa berlama-lama lagi, Zia lebih dulu meninggalkan dua insan itu.
Bahkan ia melewatkan sarapannya pagi ini, sudah dipastikan, kalau mereka pasti bermesraan pula di ruang makan. Dari pada ia melihat itu semua, lebih baik ia pergi dalam keadaan perut kosong.
Disaat Zia hendak keluar dari rumah, Camelia meneriakinya.
"Zi, gak sarapan dulu?" tanyanya.
"Gak, aku sarapan di toko saja." Jawab Zia sembari membuka pintu, lantas menutupnya.
***
Zia sudah berada di toko, ia sedang sarapan bubur. Tapi bubur itu hanya diaduk-aduk saja olehnya. Aktivitasnya tak luput dari pandangan Mila. Lalu, gadis itu pun menghampiri Zia yang sudah ia anggap kakaknya sendiri.
"Mbak, gak selera ya?" tanya Mila.
Bukannya menjawab, Zia tersenyum kecut seakan memawakili hatinya yang sedang galau. Mau sampai kapan rumah tangganya begini? Tidak ada perubahan sedikit pun. Kalau bukan karena ibu mertuanya yang baik padanya, mungkin ia sudah meninggalkan suaminya itu.
Tapi tak semudah itu, ibunya Randy banyak membantunya, membiayai sekolah sampai menjadi donatur terbesar di panti tempat Zia tinggal dulu. Tak hanya itu, memang ada perasaan untuk suaminya. Tapi Zia masih menutupi perasaannya itu, ia tidak ingin suaminya tahu bahwa ia mencintainya.
"Mbak, kok malah melamun sih? Jangan galau dong, Mbak! Mbak pasti memikirkan suami yang gak punya hati itu, ya?" duga Mila.
"Gak boleh bicara seperti itu, gitu-gitu juga dia suami, Mbak."
"Tapi aku gak suka Mbak begini! Mas Angga juga tumben gak ke sini ya?"
Zia langsung mengerutkan kening sambil menatap wajah Mila.
"Iya, Mas Angga. Hanya dia yang bisa membuat Mbak tersenyum, apa Mbak tidak menyukainya? Sedikiiiitt, saja." Kata Mila sambil memperagakan unjuk kukunya.
"Jangan ngaur kamu, Mila! Mbak sudah menikah, lagian Mas Angga hanya teman saja."
Dan obrolan mereka pun terhenti kala pelanggan datang untuk mengambil kue pesanannya. Namun kali ini bukan Angga. Benar apa kata Mila, hari ini pria itu tak berkunjung.
Hari semakin siang, sampai tak terasa waktu terus berputar. Sudah waktunya Zia pulang hari ini.
"Mila, Mbak pulang dulu ya? Oh iya, motor sudah dibenerin?" tanyanya kemudian.
"Sudah, Mbak. Sudah ok," jawab Mila. Lalu gadis itu pun pergi ke meja kasir untuk mengambil kunci motor, setelah mengambil kuncinya ia berikan kepada Zia.
"Terima kasih ya? Mbak pulang sekarang," pamit Zia.
Zia pulang mengendari motor maticnya, motor yang memang sudah menemaninya sejak lama. Bahkan motor itu pemberian ibunya Randy untuk Zia sekolah dulu.
Sampai tak terasa, Zia pun sampai di kediamannya. Sesampainya di sana, ia melihat mobil ibu mertuanya. Zia memarkirkan motor itu di samping mobil suaminya.
Ia juga merasa aneh, suaminya sudah pulang lebih dulu darinya. Zia langsung masuk ke rumah, di dalam sana ada Eva, Randi, juga Camelia. Mereka tengah duduk di ruang tamu. Dan ia tahu kenapa suaminya sudah pulang capat, karena mertuanya datang mengunjunginya.
Namun situasi begitu dingin, tidak terdengar orang yang sedang berbincang. Perlahan, ia pun mendekat. Eva langsung menyambut kedatangan menantu tersayangnya.
"Zia, baru pulang kamu, nak? Mama sudah dari tadi menunggumu." Eva memeluk tubuh Zia dengan hangat.
Sementara Camelia, hanya menatap ke arahnya. Begitu juga dengan Zia, hingga akhirnya mereka saling tatap. Ia juga melihat suaminya tengah mengelus pundak istri keduanya.
"Kenapa pulang sesore ini? Harusnya kamu gak ikut berkerja, cukup karyawanmu saja yang mengelolanya. Cukup berdiam di rumah melayani suamimu," kata Eva.
Zia hanya tersenyum menanggapi ucapan itu. Ia tak tahu harus menjawab apa, lagian mau melayani suaminya bagaimana? Semua kebutuhan Randy sudah dilakukan oleh madunya, ia hanya membantu jika Camelia sedang kerepotan.
"Ran, suruh istrimu istirahat," kata Eva pada anaknya.
Randy sendiri menjadi serba salah, karena setahu ibunya rumah tangga mereka baik-baik saja. Tidak ada pilihan, Randy mengajak istrinya untuk istirahat. Ia berlaga manis kepada Zia.
"Iya, Zi. Sebaiknya kamu istirahat, ayok?" ajak Randy.
Zia yang tidak biasa mendapatkan perlakuan manis dari suaminya menjadi canggung. Apa lagi dengan sikap Randy, suaminya merangkul pinggangnya dan mereka pun berjalan menuju kamar.
Eva tersenyum melihatnya, namun senyumnya langsung hilang ketika melihat Camelia. Ia menghembuskan napas lalu kembali duduk di sofa bersama menantu keduanya.
***
Malam pun tiba, Randy kira ibunya itu akan pulang. Tapi nyatanya tidak, ibunya itu akan menginap di sana.
Bahkan mereka sedang makan malam bersama. Camelia mencoba mendekat diri kepada ibu mertuanya, ia melayani mertuanya itu. Mengambilkan makanan lalu meletakkannya di atas meja di hadapan Eva.
"Silahkan, Ma. Mama cobain masakkan aku." Camelia menyodorkan piring itu.
Tapi Eva diam saja, lambat kemudian ia pun mengambil makanan itu lalu memakannya. Tetap saja, sikap Eva begitu dingin pada menantunya itu.
Camelia masih belum puas dengan sikapnya yang sudah ramah kepada Eva, masih ada yang kurang karena ibu mertuanya itu tak sengahat kepada Zia.
Lalu, Eva bersikap manis kepada Zia. Memberikan perhatiannya pada Zia.
"Zi, kamu makan yang banyak. Biar tubuhmu sehat, dan biar cepat dapat momongan. Mama gak sabar pengen punya cucu," kata Eva.
Randy yang mendengar langsung tersedak.
"Mas, pelan-pelan." Kata Zia sembari memberikan segelas air. " Ini diminum, Mas."
"Menantu, Mama perhatian sekali," puji Eva.
Seketika, wajah Randy mengeras. Ia tidak suka dengan perhatian yang diberikan Zia, Karena ia mengira sikap Zia begitu karena ingin cari perhatian dari ibunya. Bahkan ia merasa kasihan pada Camelia.
Camelia yang mati-matian mendapatkan perhatian ibunya, tapi Zia yang mendapatkannya.
Makan malam pun akhirnya selesai. Dan waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam. Karena sudah larut, Eva menyuruh Randy dan Zia segera tidur.
Zia juga sudah terlihat mengantuk, karena ia sedari tadi sudah menguap. Dan posisi mereka tengah berkumpul di ruang tamu.
"Randy, ajak istrimu tidur," kata Eva.
Spontan, Randy langsung beranjak dari tempatnya. Ia malah mengajak Camelia. Randy meraih tangan istrinya itu, tapi Eva kembali bersuara.
"Ran ... Ajak istri pertamamu, bagaimana pun istri pertama yang harus kamu dahulukan. Biar Camelia tidur bersama Mama," ujarnya kemudian.
Seketika, Randy melepaskan tangan istrinya itu.
"Iya, Ran. Kamu tidurlah bersamanya." Kata Camelia sembari menatap ke arah Zia yang masih duduk di sofa.
Karena ada perjanjian di antara Randy dan ibunya yang memang ia harus bersikap adil, ia pun akhirnya mengajak Zia dan meraih tangan istrinya itu. Berpegangan tangan untuk yang pertama kalinya.
***
"Tidurlah, aku belum ngantuk." Kata Randy setibanya di kamar sambil melepaskan tangan Zia.
Zia sendiri tahu akan sikap suaminya, ia pasti marah padanya. Dari cara melepaskan tangannya saja sudah ketahuan bahwa ia marah padanya. Zia tidak langsung tidur, ia mengajak suaminya bicara.
"Aku tidak bermaksud membuat kekacauan ini," kata Zia. Ia juga tidak tahu kalau ibu mertuanya akan menyuruh suaminya untuk tidur dengannya.
"Sudahlah, Zia. Kamu memang pandai mendapatkan hati Mamaku, jadi tolong, beri kesempatan Camelia untuk dekat dengan Mama."
"Maksudmu?" tanya Zia tak mengerti.
"Sebenarnya kamu senangkan kalau Camelia tidak dekat dengan Mamaku? Aku kira kamu wanita polos. Kamu jadikan Mama kelemahanku, dan sekarang hatimu pasti sedang tertawa karena aku bisa tidur bersamamu lagi, iyakan? Tapi jangan harap kamu mendapatkan sentuhan dariku!"
Zia langsung menitikkan air matanya, betapa terlukanya ia. Kenapa suaminya punya pemikiran keji terhadapnya? Bahkan selama ini ia tidak pernah menuntut apa pun darinya.
"Dan satu lagi, kenapa kamu tidak menggunakan kartu dariku? Apa kamu ingin terlihat wanita hebat, hah?"
Tidak ingin mendengar kata-kata yang lebih menyakitkan dari ini, Zia memilih untuk tidur. Ia tertidur dalam tangisan. Sementara Randy, ia tidur di sofa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Eny Hidayati
menjadi donatur kehendak sendiri yang menyumbang, bukan paksaan ... jadi tidak seharusnya menceburkan diri ke neraka kehidupan rumah tangga ... malah semakin menumpuk dosa baik suami maupun isteri.
2024-12-08
0
hj suyani
ayo dia angkat bicara sama Randy jangan diam,,tujungkan kamu kuat
2024-12-04
0
Sri Puryani
kenapa gk dijwn zia, jgn diem aja ...
2024-08-22
0