Tubuh dan pikirannya sedikit menjadi lebih fres setelah mandi, rambutnya yang basah masih menyisakan air berjatuhan dari rambutnya. Ia melihat pantulannya di cermin. Melihat wajahnya di sana.
Zia memutar wajahnya ke kanan dan kiri dengan tangannya sambil bercermin. Tidak ada masalah dengan wajahnya, hanya 1 sampai 2 jerawat saja yang nampak. Apa ia tidak cantik? Sampai-sampai suaminya sedikit pun tak melirik kepadanya.
"Ah ... Mana mungkin dia tertarik padaku? Istri kesayangannya jauh lebih cantik dariku." Wajah Zia langsung murung bahkan sampai ditekuk.
Apa tidak ada sedikit saja perasaan suaminya padanya? Apa Zia harus berubah? Merubah penampilannya sedikit menarik di depan suaminya? Sedang asyik berkutat memandang wajahnya dicermin, tiba-tiba saja pintu kamarnya ada yang mengetuknya.
Tok ... Tok ... Tok ...
Zia langsung menoleh ke arah pintu.
"Siapa?" tanya Zia pada orang yang mengetuk pintu kamarnya.
"Ini aku, Zi," jawab orang itu yang tak lain adalah Camelia.
"Masuk, Mel. Tidak dikunci, kok," sahut Zia mempersilahkan madunya masuk ke dalam kamarnya. Zia sedang menyisir rambutnya yang panjang.
Camelia yang baru saja masuk langsung terpukau akan rambut Zia yang panjang dan terlihat begitu indah dan tebal. Warnanya begitu hitam pekat, ia menyentuh rambutnya sendiri seakan membandingkan rambutnya dengan rambut Zia. Ini pertama kalinya ia melihat Zia tak mengenakan hijab.
Camelia mendekati Zia, ia duduk di tepi ranjang dengan pandangannya yang terus fokus kepada istri pertama suaminya itu. Jika ia terlahir sebagai laki-laki, ia pasti menjadikan Zia sebagai pendamping hidupnya. Melihat Zia cantik seperti itu membuatnya sedikit iri.
"Ada apa, Mel?" tanya Zia kemudian.
"Gak apa-apa, aku lagi bosan saja di rumah. Pengen ngobrol." Camelia semakin mendekat ke arah Zia, ia menyentuh rambut Zia yang basah.
"Rambutmu bagus, Mel," katanya lagi.
Zia menanggapinya dengan senyuman, hingga keduanya saling menatap melihat wujud mereka di cermin lalu keduanya tersenyum. Zia dan madunya terlihat baik-baik saja, meski keduanya tengah berjuang mendapatkan hati seseorang.
"Coba deh kamu gunakan bedak, lipstik. Biar lebih cantik dan bisa memikat hati Randy, kamu itu sebenarnya cantik loh," puji Camelia.
"Mau dandan seperti apa juga, Mas Randy tetap tidak akan mencintaiku, Mel. Dia hanya cinta sama kamu." Kata Zia sambil menunduk.
"Jangan menyerah, aku juga tidak akan menyerah mendapatkan hati ibu mertua," ujar Camelia dengan senyum kecutnya. Lalu mereka berdua saling berpelukkan.
"Aku akan membantumu mendapatkan hati Randy, dan sekarang kamu turuti perintahku."
Zia mengerut keningnyan karena bingung, apa yang akan diperintah Camelia padanya sampai ia harus menurutinya.
"Kamu tunggu di sini." Setelah mengatakan itu, Camelia langsung keluar dari kamar Zia, tak lama ia kembali dan membawa sesuatu di tangannya.
Zia masih setia di tempatnya, duduk di kursi meja riasnya. Ia melihat madunya meletakkan alat make upnya di atas meja rias miliknya.
"Mulai sekarang, percantik diri-lah. Aku yakin, Randy pasti jatuh hati padamu."
Bagai mendapatkan angin segar, Zia langsung tersenyum dengan usul madunya itu. Tapi apa mungkin itu akan berhasil? Zia masih ragu akan hal itu, yang ada nanti suaminya tambah tidak menyukainya karena dirinya terlihat aneh.
"Kamu percaya padaku, Randy suka wanita yang memakai make up," kata Camelia.
Zia hanya manggut-manggut, pantas saja madunya itu selalu berdandan. Ternyata itu rahasianya, selalu berpenampilan menarik dan terlihat cantik di depan suaminya. Kalau menurut Camelia akan berhasil, Zia pun akhirnya menerima usul madunya itu.
Camelia sendiri yang mendandani dirinya, Camelia dengan serius merias wajah Zia.
"Jangan tebel-tebel, nanti malah kayak ondel-ondel," kata Zia.
"Gak, aku pakainya tipis-tipis kok. Nanti kamu lihat saja hasilnya." Camelia terus berkutat dengan aktivitasnya sampai beberapa menit ke depan, hasil riasan itu selesai dengan sempurna.
Zia melihat bayangannya di cermin, ia tak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang.
"Mel, ini bener aku?" Camelia langsung mengangguk mengiyakan.
Zia terlihat begitu cantik, bahkan kecantikkannya melebihi Camelia. Madunya sendiri begitu pangling melihatnya, ia yakin kalau suaminya pasti jatuh hati dengan kecantikan istri pertamanya.
Lalu, Zia hendak memakai hijabnya. Tapi Camelia langsung mencegahnya.
"Kenapa?" tanya Zia.
"Biarkan rambutmu tergerai, kamu terlihat begitu cantik, Zi."
"Malu, Mel. Bagaimana kalau nanti Mas Randy lihat?" ujar Zia dengan polosnya.
"Ya ampun Zi ... Randy 'kan suamimu juga, kenapa mesti malu? Kaliankan sudah mukhrim."
"Tapi, Mel!"
"Tidak ada tapi-tapian, kamu nurut saja."
Tak lama dari situ, Zia dan Camelia mendengar suara deruman mobil terparkir di pekarangan rumah mereka. Sudah dipastikan bahwa itu suaminya yang datang.
"Ayok, kita sambut ke datangan suami kita," ajak Camelia.
"Tidak, Mel. Kamu saja," tolak Zia.
Tapi Camelia tidak menerima penolakkan, ia langsung menarik tangan Zia. Bahkan Zia keluar dari kamarnya tanpa menggunakan hijabnya, Zia tak sempat memakai kerudungnya karena madunya terlalu cepat dengan aksinya. Kedua wanita itu menuruni tangga, Randy pun sudah terlihat oleh Zia dan madunya.
Zia ragu untuk melanjutkan langkahnya, hingga ia menghentikannya di tengah anak tangga. Tahu Zia berhenti, Camelia berucap sampai Randy mendengar kebisingan di antara mereka. Pria itu melihat wanita yang masih beragumen di tengah anak tangga.
"Ada apa ribut-ribut?" tanya Randy, sepertinya Randy belum menyadari bahwa yang bersama Camelia adalah Zia. Kemudian, Zia membalikkan tubuhnya menghadap suaminya.
Randy sendiri terdiam ketika melihat sosok Zia yang berbeda, bahkan ia sampai tidak mengedipkan matanya.
"Baru pulang," sapa Camelia. Wanita itu turun dari tangga menghampiri suaminya. Tapi tidak dengan Zia, gadis itu masih berada di tengah anak tangga. Ia merasa tidak nyaman dengan tampilannya, rambutnya jatuh terurai. Ia selipkan rambutnya ke belakang daun telinganya. Wajahnya tertunduk malu, tak berani menatap wajah suaminya.
Randy yang melihat Zia menjadi pangling, namun ego dan gengsinya terlalu besar sampai ia menutupi kekagumannya dalam hati. Ia berjalan melewati tubuh istri pertamanya menuju kamarnya.
Zia yang merasa diabaikan usahanya jadi sia-sia, tak terasa, buliran kristal terjatuh dari pelupuk matanya. Ia menghapus semua make up yang masih menempel di wajahnya, mengusap wajahnya dengan kedua tangannya.
Camelia baru akan berucap, tapi Zia sudah menghilang dari pandangannya. Gadis itu pergi tanpa meninggalkan kata sepatah pun padanya. Lantas, Camelia menyusul Zia. Ia mengetuk pintu kamar Zia yang terkunci karena ia sudah mencoba membukanya dan pintu tetap tak bisa terbuka.
Sementara Randy. Setibanya di kamar, ia langsung mendudukkan tubuhnya di sofa. Menyandarkan kepalanya di sandaran sofa, hingga posisinya sedang menatap langit-langit kamar. Ia membayangkan wajah Zia yang cantik, rambutnya yang panjang masih teringat dalam bayangannya. Lalu ia menggelengkan kepalanya, menepis semua bayang-bayangnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Aska
datang kan jodoh untuk Zia Thor
2023-06-21
2
Aska
berarti mata Randy katarak dong suka sm cewek tiap hari pake meka up, Zia aja tanpa mekaup udah cantik
2023-06-21
0
Sri Wahyuni
oon zia jd cwe minta cerai az emng y mau jd manekin trs d acuhin kya ga ada cwi d dunia ini noh buka mta dunia lebbaaaar
2022-10-30
0