Bab 17

Karena malam semakin larut, dan Zia sudah masuk ke dalam toko, akhirnya Angga pun menyuruh Mila masuk. Gadis imut itu pun segera masuk sesuai perintahnya.

"Mas." Mila membalikkan tubuhnya menghadap Angga, ia berada di ambang pintu. "Terimakasih sudah mengantar Mbak Zia," ucapnya kemudian.

Ucapan Mila hanya dibalas anggukkan dan senyuman. Setelah itu, Angga masuk ke dalam mobil dan segera pulang. Di sepanjang jalan, ia terus memikir Zia, padahal ia tahu bahwa gadis itu sudah bersuami. Tak sepantasnya ia memikirkannya bukan? Emang dasar hati tak bisa dibohongi, bahkan bayang-bayang wajah Zia selalu hadir dalam benaknya. Sampai akhirnya, Angga sampai di kediamannya.

***

Malam ini, Zia tak dapat memejamkan matanya. Ia terus membolak-balikkan tubuhnya, mencari posisi nyaman agar dapat tidur. Zia beranjak dari tempatnya, ia menghela napas dengan kasar. Semoga kepergiannya adalah keputusan yang benar. Semakin menghindar, justru ia semakin kepikiran akan suaminya. Perasaan yang sudah tumbuh tak mudah menghilangkannya, cinta memang buta berapa kali tersakiti membuatnya tidak goyah akan cintanya. Ia berharap lambat laun perasaannya bisa hilang dengan sendirinya.

Akhirnya, ia pun memaksakan diri untuk tidur malam ini. Dan akhirnya ia tertidur dengan sendirinya bersama pikirannya yang berkelana entah kemana.

Keesokkan paginya.

Di kediaman Randy.

Camelia sudah kembali pulang, ia pulang karena ada kabar dari suaminya bahwa Zia sudah ada di rumah.

"Pagi, sayang." Randy menyambut kedatangan istri tercintanya dengan penuh kehangatan.

Tentu, Camelia pun membalasnya tak kalah hangat. Bahkan ia menghadiahi dengan kecupan singkat di bibir suaminya. Sayang, Randy tak melepaskannya begitu saja. Ia membopong tubuh ramping itu masuk ke dalam kamar. Melepas kerinduan yang tak tahan sejak kemarin. Pergelutan panas terjadi pagi itu di antara mereka.

Setelah melepas kerinduan itu, mereka tak langsung beranjak. Mereka masih bermanja-manja di atas ranjang, sampai Camelia menyakan hal Zia.

"Jangan marah lagi sama Zia, dia juga istrimu. Dia berhak mendapatkan apa yang aku dapatkan darimu," kata Camelia. Ia tak bosan dan tak akan berhenti menasehati suaminya itu sampai ia bisa menafkahi batin istri pertama suaminya.

Randy tersenyum tipis, ia akan mencoba membuka hati untuk istri pertamanya. Tak ada salahnya jika ia mencoba.

"Tapi ada syaratnya," kata Randy

"Apa?" tanya istrinya.

Randy tak menjawab, ia malah menarik selimut kembali dan mengajak istrinya untuk bertempur yang kedua kalinya.

***

Seusai percintaan dan setelah membersihkan diri, Camelia pergi ke dapur untuk membuatkan makanan kesukaan suaminya dan juga Zia, tentunya untuk dirinya juga.

Disaat Camelia sedang memasak, suaminya menemuinya. Memeluk tubuh istrinya dari belakang. Pernikahan mereka tambah bahagia, Camelia melepaskan pelukkan suaminya karena ia takut Zia melihat aktivitasnya. Tanpa ia sadari bahwa Zia sudah pergi.

"Kenapa?" tanya Randy ketika istrinya itu melepaskan tangannya dari tubuh istrinya.

"Gak enak dilihat Zia nanti."

Randy baru teringat, sejak dari tadi ia tak melihat keberadaan istrinya itu. Apa gadis itu marah soal semalam? Pikirnya. Lalu ia pamit pada Camelia untuk menemui Zia di kamar. Dengan senang hati, istrinya itu mengizinkannya. Karena itu memang diinginkan Camelia, hidup rukun dan harmonis. Tak peduli dengan perkataan orang akan tentang hidup mereka. Yang pada kenyataannya, Randy menutupi status Zia sebagai istri sahnya.

***

Randy sudah berada di depan pintu kamar Zia. Ia mengetuk pintu itu secara perlahan. Tak ada sahutan dari dalam, sampai Randy berpikir, Zia sudah pergi untuk bekerja pagi itu.

Namun, hatinya terus mendorong agar ia masuk ke dalam kamar tersebut. Dan ia pun akhirnya masuk, ia menelisik ruangan itu. Ia juga melihat poto pernikahannya yang diambil lewat camera ponsel milik mamanya. Poto pengantin yang tak nampak bahagia, tidak ada senyum sedikit pun dari poto pasangan itu.

Penasaran dengan hal lain, ia jadi ingin lebih tahu tentang Zia. Entah kenapa, ia malah mendekat ke arah lemari milik istrinya. Setelah lemari itu terbuka, ia terkejut mendapati lemari kosong.

"Kemana baju-bajunya?" Dan ia pun ingat akan ucapannya semalam. "Ah, sial!" Randy keluar dari kamar Zia dan menemui Camelia yang sedang menyusun hasil masakannya di atas meja.

"Mel, Zia, Mel. Zia tidak ada," ucap Randy setibanya di hadapan Cameli.

"Sudah berangkat kerja maksudmu?" duga Camelia.

Randy menjadi bingung, apa ia jujur saja tentang Zia yang pergi dari rumah. Tapi, jika ia bilang, istrinya akan marah besar dan bisa lebih dari kemarin. Tapi ia juga tidak membohonginya, lambat laun Camelia pasti tahu akan hal ini. Dan akhirnya ia pun berkata demikian.

"Zia pergi, semua barang-barangnya tidak ada di kamar," ujar Randy.

Camelia menarik napasnya dalam-dalam, ini yang ia takutkan. Istri mana pun tidak akan tahan memiliki suami yang dingin seperti dirinya pada Zia, bukan hanya dingin, Randy sering mengeluarkan kata-kata yang menyakiti hati istrinya.

"Temukan Zia, dan bawa dia pulang!" erang Camelia.

"A-apa, maksdumu Zia tidak ada?" tanya Eva yang baru saja tiba di rumah anaknya. Eva sengaja datang untuk menjenguk menantunya. Namun kedatangannya disambut dengan kabar yang tak mengenakkan.

Eva langsung menghampiri Randy, bahkan ia memberikan sesuatu pada anaknya.

Plaaakkk ...

Tamparan keras mendarat sempurna di pipi anaknya tersebut. Randy menyentuh pipinya yang terasa kebas, ia tak menyangka mamanya akan berbuat demikian. Ini pertama kali Eva menamparmya.

"Sudah Mama duga, kamu tidak akan pernah adil pada Zia," ucapnya kemudian pada Randy. "Dan kamu! Kamu tidak perlu berakting menyuruh anak saya untuk menjemput Zia, kamu senang 'kan, Zia pergi? Kamu bisa mendapatkan Randy seutuhnya!" ujar Eva pada Camelia.

"Ma, jangan libatkan masalah ini dengan istriku!"

"Istri? Istri sah-mu hanya Zia, bukan dia!" Tunjuknya dengan wajah pada Camelia.

"Temukan Zia sekarang juga!"

Disaat Randy akan menjawab, ponsel miliknya lebih dulu berdering. Dan ia pun mengangkatnya, ia harus pergi sekarang juga ke kantor. Ia mendapat kabar dari sekretarisnya bahwa ada tamu penting yang datang mendadak ke kantornya. Mau tak mau, ia harus segera berangkat dan meniggalkan istrinya yang masih bersama mamanya.

Randy pamit pada Camelia, memberikan kecupan di kening. Sementara pada mamanya, ia meraih tangan sang mama dan mengecup punggung tangannya itu. Meski tak ada ucapan lain selain menyuruhnya membawa Zia pulang.

***

Randy sudah berada di kantornya, ia langsung masuk ke ruangannya karena sekretarisnya bilang bahwa tamu tersebut sudah menunggu di ruangannya. Randy pun dengan segera masuk ke dalam sana.

Ia melihat tamu itu yang tengah berdiri di depan jendela, melihatnya dari ujung kaki sampai ujung kepala. Postur tubuhnya sudah tidak asing lagi baginya, dan tamu itu membalikkan tubuhnya menghadap Randy.

"Kau ..." kata Randy

Terpopuler

Comments

May Keisya

May Keisya

emg ngaruh ya...bknnya tiap malam juga si Randy breng km

2024-11-11

0

Didit Mh

Didit Mh

awas aj kamu Thor kl Zia smpy kembali lg SM si Randy gue tabokk lhoo

2022-06-30

0

Sari Kensa

Sari Kensa

bab 35

2022-02-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!