Bab 2

Setibanya di rumah, Arzia menyandarkan tubuhnya di balik pintu utama. Melihat seisi rumah itu, rumah yang selalu terlihat sepi. Kini rumah itu pasti terasa hangat bagi Randy.

Karena pria itu akan mengajak istri keduanya tinggal di sana. Tinggal satu atap dengan istri pertamanya. Mungkin akan nyaman bagi mereka, tapi tidak dengan Arzia. Harus menyaksikan kemesraan mereka disetiap harinya.

Tidak ingin berlarut dalam kesedihan, ia memilih untuk membereskan rumah itu. Dan menyiapkan kamar untuk pengantin baru, yang di mana sang suami memintanya untuk menyiapkan itu semua.

Rumah dan kamar sudah terlihat rapi, seusai mengerjakan itu, Arzia langsung membersihkan diri karena tubuhnya sudah berkeringat. Mandi dan shalat sudah ia tunaikan, gadis itu memang tidak pernah meninggalkan lima waktu-nya.

Tak terasa, hari sudah mulai berubah. Sesekali, Arzia melihat jam yang menempel di dinding. Waktu menunjukkan pukul 10 malam, tapi suaminya hingga sampai saat ini belum juga pulang.

Makanan yang tersaji di atas meja makan kembali menjadi dingin, sempat tadi ia panaskan kembali. Karena ia takut suaminya pulang. Beberapa menit kemudian, ia mendengar suara deruman mobil. Dengan cepat ia menghampiri sumber suara, dugaannya benar. Itu memang mobil Randy yang baru saja tiba.

Arzia membuka pintu, canda tawa mereka terdengar jelas di pendengarannya.

"Hai, Zi," sapa Camelia, gadis itu tersenyum manis padanya. Arzia sendiri membalas senyuman itu.

Ia mengulurkan tangan ke arah suaminya, berniat menciumnya. Randy terdiam sejenak, menatap ke arah Camelia, gadis itu menganggukkan kepala. Randy seolah meminta izin dari istri keduanya, padahal ia tak perlu meminta izin dari Camelia, karena Arzia adalah istri pertamanya. Dan akhirnya, ia pun menerima uluran tangan itu.

Mereka bertiga berjalan berbarengan, hanya saja Arzia mengekor dari arah belakang Randy dan madunya.

"Mas, aku langsung istirahat saja ya?" pinta Camelia, dianggukki oleh Randy.

"Mel, aku sudah siapkan makan malam loh," ujar Arzia.

"Maaf, Zi. Aku sudah makan tadi sama Randy," jelas Camelia.

Arzia hanya tersenyum tipis menanggapi itu, setelahnya, Camelia pun langsung bergegas ke kamar diantar oleh Randy.

Arzia sedari tadi menunggu kedatangan mereka, bahkan ia sampai belum makan malam. Karena memang sudah sangat lapar, ia bergegas ke dapur dan menikmati makan malam yang sudah terlewat 3 jam lalu.

Hanya suara sendok dan garpu yang menemaninya makan malam ini. Suaminya sendiri tidak peduli dengannya yang rela menahan laparnya. Akhirnya, makam malam pun selesai. Ia mencuci piring kotor terlebih dulu sebelum masuk kamar.

* * *

Arzia menghentikan langkahnya tepat di depan pintu kamar Randy dan Camelia. Terdengar kebisingan di dalam sana, entah apa saja yang mereka lakukan. Ia menutup telinganya rapat-rapat, tidak kuasa mendengar ******* Camelia.

Bugh

Pintu ia tutup keras-keras, seolah mewakili hatinya yang merasa teriris. Malam ini, ia kembali tak dapat tidur dengan nyenyak. Karena suara mereka nyaris terdengar jelas, karena posisi kamar mereka berdampingan.

Hingga hampir subuh baru ia bisa memejamkan kedua matanya.

"Astagfirallah." Arzia terbangun dengan cepat, bisa-bisanya ia kesiangan hari ini. Sampai melewatkan jam subuh. Meski begitu, ia tetap melakukan shalat subuh.

Setelah mandi dan menyelesaikan shalat, ia bergegas ke dapur berniat untuk menyiapkan sarapan. Tapi di dapur sudah berisik, dilihatnya sudah ada Camelia dan Randy.

Camelia tengah memasak, ditemani oleh Randy di sana.

"Pagi, Zi," sapa Camelia. Lagi-lagi istri barunya Randy terlihat baik pada Arzia. Gadis itu memang baik, wajar saja Randy tidak bisa melepaskan gadis itu.

"Kita sarapan bareng, Zi. Kamu boleh membantuku menyiapkan piring di meja, sebentar lagi masakannya selesai."

Arzia hanya mengangguk, ia tak bersuara sedikit pun. Hanya sebuah senyuman yang mewakilinya, ia pun menyiapkan piring sesuai permintaan Camelia. Menata piring itu di atas meja.

Randy sudah duduk di kursi meja makan, disusul oleh kedua istrinya. Posisi mereka, Randy duduk sendiri, sedangkan Camelia dan Arzia saling berhadapan.

"Istriku pintar masak juga ya?" puji Randy pada Camelia.

"Aku seneng kalau kamu suka," jawab Camelia.

"Bagaimana, Zi. Apa masakkanku sesuai dengan lidahmu?" tanya Camelia pada Arzia.

Arzia hanya mengangguk dan menatap wajah Camelia sekilas, setelahnya ia melanjutkan sarapannya.

"Oh iya, siang ini kami akan berangkat bulan madu," ujar Randy.

Arzia langsung menatap ke arah Randy sembari mengerutkan keninganya.

"Bulan madu? Jadi aku akan ditinggalkan di sini sendirian?" batin Arzia.

"Apa sebaiknya Zia ikut dengan kita saja?" tanya Camelia pada Randy.

Randy menoleh ke arah Camelia dengan raut wajah melohok. Inikan bulan madunya, masa istri pertama ikut. Pikirnya.

"Tidak, Mel. Inikan hari bahagia kalian, aku di rumah saja." jawab Arzia sembari menatap wajah suaminya. Dalam hati, ia berharap suaminya akan mengajaknya. Tapi itu mustahil, ia sendiri saja tidak melakukan bulan madu, tentu Randy tidak ingin terganggu dengan kehadirannya.

"Hmm baiklah, kita tidak akan lama. Iyakan, sayang?" tanya Camelia pada Randy. Pria itu pun mengangguk, mengiyakan.

Setelah selesai makan, Arzia lebih dulu pamit dari sana. Karena ia pun harus pergi, mengurus toko kue yang ia jalani setelah menikah dengan Randy. Randy sendiri tidak tahu kesibukan apa yang dilakukan Arzia selama ditinggalnya bekerja.

Ruko yang ia beli hasil mahar yang diberikan Randy padanya, Randy benar-benar tidak peduli. Sewaktu Arzia meminta izin saja, suaminya itu mengiyakan tanpa mendengar usaha apa yang akan dilakoninya.

* * *

"Kamu mau kemana?" tanya Randy pada Arzia yang sudah terlihat rapi, ia hanya takut gadis itu ikut dengannya.

"Aku juga mau-."

"Tidak ada yang mengajakmu, untuk apa kamu ikut?" pungkas Randy.

"Kamu ikut, Zi?" tanya Camelia yang melihat Arzia sudah terlihat rapi.

Gadis itu menggeleng cepat.

"Ti-tidak. Aku ada urusan di luar, bolehkan aku keluar rumah?" izin Arzia pada Randy.

"Izinkan saja, Ran. Dia juga butuh liburan," bujuk Camelia pada Randy.

"Terserah kamu," jawab Randi tanpa peduli akan kemana istrinya pergi.

"Ran, jangan terlalu begitu pada Zia. Dia jugakan istrimu, kalau dia kenapa-kenapa bagaimana? Keselamatan istri adalah tanggung jawab suami. Bukankah kamu akan bersikap adil pada kami," ujar Camelia menasehati suaminya. Camelia menerima poligami ini karena Randy berjanji akan bersikap adil. Tapi nyatanya?

"Iya, iya ... Kamu hati-hati, jika urusanmu sudah selesai langsung pulang," kata Randy pada Arzia.

"Iya, Mas. Jika semuanya sudah beres aku langsung pulang. Berapa hari kalian pergi?" tanya Arzia. Pertanyaan yang tak seharusnya ia tanyakan bukan?

"Nanti kami kabari jika akan pulang," jawab Camelia. "Kamu bareng saja berangkat dengan kita," ajak Camelia.

Arzia menggeleng, karena tujuan mereka beda arah. Dan mereka pun berpisah di depan gerbang depan.

Terpopuler

Comments

May Keisya

May Keisya

laki setres

2024-11-11

0

Masiah Cia

Masiah Cia

kelewatan skali si Rendy.....smg nanti menyesal tapi sdh terlambat, jangan terlalu bodoh zie

2023-08-16

2

Aska

Aska

nyesek banget didada punya suami gak ada otak

2023-06-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!