Bab 7

Zia terbangun dari tidurnya, ia mengucek kedua mata dengan tangannya.

"Jam berapa ini?" Ucapnya sambil menguap, waktu begitu tak terasa.

Zia melirik jam berada di atas nakas, ia terkejut karena jam sudah menunjukkan pukul 4 sore. Akibat semalam tidak bisa tidur dengan nyenyak membuatnya hari ini mengantuk cukup berat. Ia segera bergegas ke kamar mandi dan untuk membersihkan diri dan menunaikan shalat ashar.

Sesudah mandi dan menjalankan ibadahnya, ia pergi ke dapur. Melihat stok makanan di kulkas, apa ada yang bisa ia makan. Ia begitu merasa lapar, tapi sepertinya bahan makanan sudah habis. Ia pun akhirnya memesan makanan lewat online sekalian untuk makan malam nanti.

Disaat Zia sedang asyik dengan ponselnya, Camelia datang menghampirinya dan bertanya sedang apa ia.

"Zi, sedang apa?"

"Mel, aku sedang pesan makanan. Apa mau nitip? Soalnya stok bahan makanan habis, jadi tidak bisa memasak untuk makan malam nanti, mungkin besok aku akan belanja."

"Pesan aja, Zi. Terserah kamu, oh iya, apa ada parasetamol?"

"Parasetamol? kamu sakit?"

"Bukan aku, tapi Randy."

Zia mengerutkan keningnya, perasaan tadi baik-baik saja. Zia teringat akan semalam, apa semua ini salahnya karena AC semalam dengan suhu yang cukup tinggi? Zia langsung terarah ke kotak p3k, ia mengambil obat yang diinginkan Camelia untuk suaminya.

Sedangkan Camelia, ia melihat Zia begitu napak khawatir akan kesehatan Randy. Setelah itu, ia menerima obat dari Zia.

"Ini, berikan padanya." Ucap Zia sembari memberikan obat itu.

Camelia mengambil air minum, lalu ia kembali ke kamar. Namun langkahnya terhenti kala Zia bersuara.

"Mel, apa aku boleh ikut," pinta Zia.

"Tentu, ikutlah!" ajak Camelia.

Zia mengekor dari arah belakang menuju kamar suami dan madunya. Setibanya di sana, ia melihat Randy meringkuk di sofa. Zia merasa bersalah. Camelia dan Zia mendekat ke arah Randy, pria itu pun terbangun, ia melihat keberadaan Zia di kamarnya. Terdiam sejenak melihat istri pertamanya. Karena pusing yang melanda, ia tak ada tenaga untuk menegur wanita itu.

"Ini, minum dulu obatnya," kata Camelia.

Randy mengambil obat itu, lalu meminumnya. Zia masih berada di sana, tak lama ia mendengar suara klakson motor. Mungkin itu ojeg yang mengantar makanan pesanannya.

"Mel, aku keluar dulu. Sepertinya makanan sudah datang." Zia segera bergegas keluar dari kamar, setelah itu ia kembali menemui Randy dan membawakan makanan yang telah ia pesan.

"Mel, sebaiknya Mas Randy makan dulu." Zia meletakkan makanan itu di atas meja.

"Kamu suapi ya, Zi. Aku mau ke kamar mandi dulu." Tanpa menunggu jawaban dari Zia, Camelia bernajak dari tempatnya.

Setelah Camelia tidak ada, Zia duduk di sofa sebelah sofa yang Randy tempati. Ia mencoba bersuara pada suaminya itu, meski ia tahu akan ada penolakkan darinya, tapi ia tetap mencobanya.

"Mas, makan dulu." Tanpa diduga, Randy mendudukkan tubuhnya. Ia menerima tawaran istri pertamanya. Zia merasa lega, ia menyuapi makanan itu ke dalam mulut suaminya.

Hanya beberapa suap yang dimakan oleh Randy, rasanya begitu pahit dan tidak enak. Ia kembali merebahkan tubuhnya di sofa. Namun, Zia kembali berucap.

"Mas, apa tidak sebaiknya kamu pindah. Aku bantu pindah ke tempat tidur." Zia meraih tubuh suaminya membantunya untuk merebahkan tubuhnya di kasur.

Kali ini, Zia merasa senang karena Randy tak menolak akan perlakuannya. Setelah itu, Camelia kembali, ternyata wanita itu habis mandi. Tahu begitu, Zia segera pamit dari sana.

Waktu terus berputar, kini waktunya makan malam. Zia memanaskan masakan tadi yang sempat ia beli lewat online, saat sedang berada di dapur Camelia datang dan membantunya.

"Bagaimana keadaan Mas Randy?" tanya Zia.

"Masih panas," jawab Camelia yang sedang mengambilkan piring untuk makanan yang sedang dihangatkan Zia.

"Apa tidak sebaiknya dibawa ke dokter, Mel."

"Aku sudah coba, tapi Randy tidak mau. Katanya ditidurkan nanti juga sembuh."

Akhirnya, mereka berdua makan malam bersama tanpa suami mereka. Selera makan Zia hilang, ia kepikiran akan suaminya. Tanpa terasa, Camelia lebih dulu menghabiskan makan malamnya.

"Zi, aku duluan ya? Maaf, tidak bisa membantu membereskan semuanya," kata Camelia.

"Iya, gak apa-apa. Kamu temani saja Mas Randy." Meski dalam hati, ia juga ingin menemani suaminya yang sedang sakit.

***

Pagi hari.

Zia melihat Camelia sudah rapi.

"Mau kemana, Mel?" tanya Zia.

"Ada acara di luar, aku titip Randy selagi aku tidak ada."

"Masih panas?"

"Sudah mendingan, tinggal pusingnya aja katanya. Ya udah, aku pergi dulu ya, Zi."

Camelia pun akhirnya pergi meninggalkan suaminya dan menitipkan Randy pada Zia. Setelah kepergian madunya, Zia berniat membuatkan bubur untuk suaminya.

Sesudah itu selesai, ia menemui suaminya di dalam kamar. Zia meletakkan bubur di atas nakas, lalu membangunkan Randy untuk sarapan dan minum obat. Tapi siapa sangka, Randy menolak untuk bangun dan tidak ingin dibantu oleh Zia. Zia begitu terkejut akan hal itu, kemarin tidak ada penolakkan kenapa sekarang jadi begini?

Namun Zia tetap berada di kamar tanpa meninggalkan suaminya, ia melihat Randy terbangun, dengan cepat ia menghampirinya dan membantunya. Lagi-lagi, Randy menolak.

"Aku bisa sendiri." Kata Randy sambil beranjak dari tempatnya, ia akan pergi ke kamar mandi.

Zia kembali duduk di sofa, dan menunggu suaminya kembali dari kamar mandi. Pria itu akhirnya keluar dari sana, ia merasa lapar dan melihat makanan di atas nakas, ia mencoba memakannya.

Zia kembali menawarkan diri.

"Aku suapi, Mas."

"Tidak usah, aku bisa sendiri."

"Aku kira sikapnya sudah berubah, ternyata tetap saja begitu," gumam Zia.

"Jangan berharap sikapku akan berubah." Begitu angkuhnya ia, disaat sakit begini masih bisa membuat hati Zia merasa sakit.

Tapi Zia tidak ingin memikirkan akan hal itu, ia cuek dan kembali duduk di sofa. Ia mengacuhkan dengan memainkan ponselnya, dan ia hanya melihat suaminya dari kejauhan.

Sampai waktu begitu cepat berputar, hari juga sudah menjelang sore.

Zia masih setia menemani suaminya di sana, ia meninggalkan hanya disaat shalat dan makan. Setelah itu ia kembali ke kamar. Tak lama, Camelia kembali. Ia langsung menemui suaminya di dalam kamar, ia juga melihat Zia masih setia menjaga Randy.

"Makasih ya, Zi. Sudah menemani Randy," kata Camelia.

"Sudah sewajarnya bukan? Dia 'kan suamiku juga." Jawab Zia sambil melirik ke arah Randy.

Randy sendiri langsung bermanja pada Camelia, ia sengaja melakukan itu untuk membuat Zia cemburu. Tapi sayang, Zia tidak terpancing. Ia lebih memilih untuk pergi meninggalkannya.

"Pengasuhmu sudah datang, aku permisi," bisik Zia di telinga suaminya.

Setelah itu, Zia benar-benar pergi dari hadapan mereka.

Terpopuler

Comments

Anih Suryani

Anih Suryani

nmnya perempuan bodoh merendah kan harga diri demi cinta suami yg g cinta

2023-06-10

0

Sukaesih Esih

Sukaesih Esih

🤣🤣🤣pengasuh

2022-03-08

0

Jeni Safitri

Jeni Safitri

Zia kamu wanita menjijikkan sudah 2 X aku baca novel ini tetap aja aku nek lihat kamu sudah di tolak mentah2 masih juga mengahrapkan belaian suami yg ngk mencintaimu. Segitunya kamu haus kasih sayang dan takut menjadi janda.

2022-02-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!