Hati Zia merasa tersentak, apa semua ini salahnya? Ia rasa tak berbuat apa-apa kenapa ia selalu disalahkan?
Zia tidak terlalu menanggapi sikap Randy, ia merasa tidak salah di sini. Lagian, ia tak memaksa Randy untuk tidur dengannya bukan? Ia hanya meminta keadilan karena ia merasa berhak karena posisinya sama seperti Camelia.
Akhirnya, Zia lebih memilih untuk berangkat bekerja pagi ini. Ia tidak ingin memikirkan nasib rumah tangganya yang hanya dipandang sebelah mata oleh suaminya. Disaat Zia keluar dari rumah, ia bertemu dengan Camelia. Wanita itu sedang berada di taman sambil memainkan ponselanya.
"Mel, aku berangkat dulu," pamit Zia. Meski Randy tak berbuat adil, tak membuat kedua istrinya itu berselisih paham. Tidak ada alasan bagi Zia membenci madunya, karena ia baik padanya.
Setelah kepergian Zia, Randy pun akhirnya keluar. Ia melihat istri tercintanya sedang duduk di taman rumahnya. Rumah yang disediakan Randy terbilang cukup besar. Ia memang adil dalam perekonomian.
Tapi karena tak ada cinta untuk Zia, ia tak bisa membagi cintanya. Karena perasaan tidak bisa dipaksakan. Randy duduk di samping Camelia, istrinya itu hanya melirik sekilas lalu kembali memainkan ponselnya. Suaminya merebut ponsel itu dari tangan istrinya.
"Apa ini lebih penting dariku, hah?" Ucapnya sambil mengambil ponsel itu.
"Sinikan ponselnya, aku males berdebat," kesal Camelia.
Hingga keduanya kembali bercanda.
Hari semakin siang, Zia begitu sibuk karena mendapat pesanan. Saking sibuknya ia sampai lupa bahwa ia akan berkunjung ke rumah mertuanya, akhirnya kelar juga dengan pekerjaannya. Ia memutuskan untuk pulang dan langsung ke rumah ibu mertuanya.
Ia menggunakan angkutan umum, karena motor matic yang biasa ia gunakan bannya bocor. Namun sebelum ia pergi, ia mengirim pesan kepada Randy. Tapi sayang, tak mendapat balasan, karena sudah mengirim pesan meski tak dijawab ia pun segera berangkat.
Kedatangannya disambut hangat oleh ibu mertuanya.
"Kamu apa kabar, sayang?" tanya Eva ibu mertuanya.
"Baik, Ma." Zia memberi salam kepada Eva.
Lalu mereka masuk ke dalam rumah. Zia duduk di sofa, sedangkan Eva membuatkan minuman untuknya. Tak lama, Eva kembali membawa nampan yang berisikan air dan meletakkannya dk atas meja.
"Ma, gak usah repot-repot. 'Kan aku bisa mengambilnya sendiri nanti." Zia merasa tidak enak karena ibu mertuanya begitu baik padanya, sedangkan anaknya. Zia seketika menjadi lemas jika teringat akan tingkah suaminya padanya.
Hari semakin sore, Zia hendak pamit untuk pulang. Tapi Eva tidak mengizinkannya pulang, bahkan ia akan menyuruh anaknya untuk menyusul Zia kemari.
"Nginap saja di sini," cegah Eva ketika Zia meminta pulang.
"Tapi, Ma," protes Zia, ia tak ingin membuat suaminya kembali marah padanya.
"Tidak ada tapi-tapian, biar Mama yang menyuruh Randy ke sini." Eva langsung mengambil ponselnya dan menghubungi anaknya.
Zia tak bisa mencegah itu terjadi.
***
Randy meletakkan ponselnya di atas nakas, ia sedang bersama Camelia. Tengah menonton tv, sore begini biasanya mereka bersantai di ruang tv sambil bermanja-manja.
"Siapa, Ran?" tanya Camelia ketika ia tahu bahwa suaminya habis menerima panggilan lewat ponselnya.
"Disuruh ke rumah, Mama. Katanya Zia sedang di sana," jawab Randy.
"Ya udah, kalau emang mau ke sana, pergi saja, Ran. Aku gak mau Mamamu berpikiran bahwa aku tidak mengizinkanmu." Meski dalam hati, ia merasa sakit karena belum bisa mengambil hati ibu mertuanya.
Mau tak mau, Randy pergi menyusul Zia ke ruamh orang tuanya.
"Ya sudah, Aku jemput dia dulu. Aku akan pilang cepat," janji Randy. Randy mencium pucuk rambut istrinya terlebih dulu, lalu ia pergi diantar oleh istrinya sampai depan rumah.
***
Suara mobil Randy terdengar di pendengaran Zia dan Eva, kedua wanita itu pun akhirnya beranjak dan pergi ke luar rumah untuk menyambut kedatangan Randy.
"Asalamualaikum?" ucap Randy.
"Waalaikumsalam," jawab Zia dan Eva secara bersamaan.
Sikap Randy akan bersikap biasa kepada Zia, layaknya sikap suami kepada istrinya. Tapi, Eva tak percaya begitu saja. Sifat seseorang tidak akan bisa berubah dalam sekejap.
"Mama harap sikapmu memang seperti ini, tidak ada rekayasa." Ucapan Eva membuat Randy menatap wajah Zia dengan menyelidik. Apa mungkin kedatangannya mengadu sesuatu sampai ibunya berpikir seperti itu? Pikir Randy.
Karena sudah waktunya makan malam, Eva mengajak Zia dan Randy untuk makan malam bersama. Hingga mereka bertiga sudah berada di ruang makan. Eva memang tinggal sendiri, karena suaminya sudah meninggal sejak Randy masih sekolah dulu.
Makan malam terjadi begitu hening, hingga makan malam pun selesai.
"Ma, aku pulang ya?" kata Randy.
"No ... Mama mau kalian menginap di sini," pinta Eva.
Randy tidak bisa menolak keinginan mamanya, akhirnya mereka memutuskan untuk bermalam di sana. Karena malam semakin larut, Eva menyuruh Zia dan Randy untuk segera istirahat.
"Istirahatlah, ini sudah malam," titah Eva, bahkan ia tak mempedulikan istri kedua Randy yang menunggu di rumah.
Randy mengajak Zia ke kamar, namun pria itu berjalan lebih dulu. Zia hanya mengekor dari arah belakang, keduanya pun akhirnya berada di kamar. Ini pertama kali bagi Zia berada di kamar bersama suaminya.
Zia merasa canggung berada di ruangan yang sama dengan suaminya, namun kata-kata Randy membuat kecanggungan itu hilang seketika, ia merasa kesal.
"Tidurlah, tidak akan terjadi apa-apa di antara kita. Sedikit pun aku tidak akan menyentuhmu!"
Bagaikan mendengar suara petir, Zia begitu terkejut sampai mengelus dada. Zia sendiri pun tak sudi kalau mereka melakukan hubungan tanpa adanya cinta dari keduanya.
Akhirnya, mereka tidur satu kamar satu ranjang untuk yang pertama kalinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Muhammad Tahir Sisila
semoga kesabarannya kelak berbuah manis
2024-12-07
0
Aska
hati Zia terbuat dari apa bisa tahan punya suami seperti itu
2023-06-21
0
atin p
jangan mencintai suami melebihi cinta kpd diri sendiri....sakit hati dptnya....
2021-12-31
0