Setelah itu, percakapan kami dimulai. Pembicaraan yang akan menentukan kerjasama kami berdua kedepannya.
"Pertama-tama, mungkin kita harus memberitahu kemampuan kita masing-masing, kan?" ucapku.
Jika kita ingin saling mengenal satu sama lain mungkin ini adalah cara tercepat yang terpikirkan di kepalaku. Karena jika kita saling mengenal kekuatan satu sama lain, kita bisa menutupi kekurangan masing-masing. Tapi sebelum itu ada yang mengganjal di benakku.
"Tapi sebelum itu, Herlin-san …."
"Herlin saja cukup."
"Kalau begitu Herlin, kenapa kau tidak suka dipanggil dengan nama keluargamu?"
Pertanyaanku mungkin akan langsung mengubah jalur topik pembicaraan ini menjadi sesuatu yang lebih serius. Tapi dari ekspresi dan perilakunya, sepertinya ia tidak begitu peduli dengan hal itu.
"Biasanya di Jepang memanggil nama depan membuat seseorang terlihat lebih akrab, kan?"
Saat mendengar jawabannya, aku menemukan satu fakta baru tentangnya. Kalau gadis ini bukan berasal dari Jepang. Ya, kalau dilihat secara kasat mata pun penampilannya sangat berbeda dari orang Jepang. Dengan kulit seputih salju dan rambut pirangnya, dia terlalu sempurna untuk orang Jepang. Tunggu, apa aku baru saja memuji kecantikannya secara tidak sadar?
"Yap, kau memujinya," ucap Cecilia.
"Ehem …!"
Karena tidak sengaja memujinya dan dibenarkan oleh Cecilia, tiba-tiba leherku menjadi gatal. Aku pun meminum air yang telah disediakan sebelumnya.
"Ngomong-ngomong, kau ini pemilik jenis Exception yang seperti apa?"
Aku kemudian membawa pembicaraan ini kearah yang lebih berkaitan dengan maksud pertemuan ini. 'Exception' juga adalah kata-kata baru yang baru kupelajari akhir-akhir ini.
"Kalau kau sendiri? Kau pemilik jenis Exception yang mana?" Dia balik bertanya.
Dia tidak menjawab pertanyaanku dan malah balik bertanya. Aku tidak mengerti dia belajar sopan santun dimana tapi biarlah.
"Aku adalah seorang Elemental, lebih tepatnya elemen listrik."
Sluurpp…
"Begitu ya?"
Dia menerima jawabannya dengan ekspresi datar sambil meminum setengah gelas air yang diberikan tadi seakan-akan tidak peduli. Kalau begitu kenapa kau bertanya, dasar sialan!
"Aku memiliki kemampuan Mind Power."
Eh? Dia mulai menanggapi serius pertemuan ini? Baguslah.
"Mi-Mind Power ya?"
Dari kecil aku memang sangat tertarik dengan yang namanya telekinesis. Menggerakkan benda-benda tanpa menyentuhnya benar-benar hal yang keren bagiku. Kupikir itu semua hanya bisa kutemukan di televisi, tapi setelah masuk ke sisi dunia ini, itu semua ternyata memang ada.
"Oi!"
Tiba-tiba Cecilia berteriak di dalam kepalaku ketika aku sedang melamun mengenang masa lalu. Spontan aku mengeluarkan ekspresi kaget yang kemudian disadari oleh Herlin.
"Ada apa?" tanya Herlin.
"Ti-Tidak apa-apa."
Wanita sialan itu. Apa maksudnya berteriak secara tiba-tiba seperti itu. Aku bisa dianggap sebagai orang bodoh olehnya nanti.
"Tanyakan kepadanya soal serangan tak terlihat itu!"
Serangan tak terlihat? Waktu itu ia menggunakannya saat mengujiku. Bagus sekali, wanita cerewet! Ternyata kau ada gunanya juga.
"Ano … Herlin-san …."
"Sudah kubilang Herlin saja cukup."
Entah kenapa dia bersikeras sekali untuk dipanggil dengan sebutan akrab seperti itu.
"Herlin, ada sesuatu yang mengganjal pikiranku."
"Apa itu?"
"Bagaimana sebuah The Unseen bisa menyerang makhluk hidup dalam keadaan tak terlihat?"
Karena menurut penjelasan Cecilia, syarat The Unseen untuk bisa menyerang musuhnya adalah The Unseen tersebut harus dalam keadaan terlihat. Tapi dalam kasus ini berbeda, The Unseen milik Herlin bisa menyerang dalam keadaan tak terlihat.
"Karena kau melihatnya aku tidak bisa menyembunyikannya lagi."
"Benar, kumohon untuk memberitahuku."
"Hal itu tidak bisa kujelaskan sekarang. Jika kujelaskan pun nanti kau tidak akan mengerti, jadi tunggu kau lebih lama lagi beradaptasi dengan dunia ini baru kau akan mengetahuinya dengan sendirinya. Untuk sekarang, anggap saja milikku adalah hal yang langka," jelasnya.
Jadi ini hanya masalah waktu saja sampai dia ingin memberitahuku hal itu. Kalau begitu untuk sekarang aku akan menahan diri untuk mengetahui hal itu. Dan Cecilia sepertinya harus menunggu jawabannya lebih lama lagi.
"Tch … kukira aku bisa dapat informasi lebih," keluh Cecilia.
Sluurpp…
Herlin menghabiskan airnya yang tinggal setengah dengan cepat dan kemudian menatapku dengan serius.
"Aku pikir sudah cukup perkenalannya. Karena untuk kedepannya kau akan berpasangan denganku, maka aku akan melatihmu mulai dari sekarang agar menjadi lebih bisa diandalkan. Dan juga, jangan berpikir kalau pelatihan ku akan lembut."
Glek…
Aku menelan ludah keringku. Ia mengatakan hal itu dengan sungguh-sungguh. Kurasa hal yang berat akan menungguku mulai dari sekarang, jadi pelatihan darinya adalah hal pertama yang harus kulalui. Aku pun tersenyum lebar dan menyanggupi tantangannya.
"Baiklah! Jangan ragu-ragu denganku!"
Tanpa kami sadari, Yuuki-san yang dari tadi memperhatikan kami dari belakang tersenyum sambil memeluk sebuah nampan. Tapi tiba-tiba ia dipanggil oleh Oita-san ke dalam ruangannya.
"Herlin-chan, Iraya-kun! Kalian dipanggil oleh Oita-san," ucap Yuuki-san.
Setelah dipanggil, kami berdua bergegas menuju ke ruangan Oita-san. Aku tidak tau alasan kami berdua dipanggil, tapi Oita-san sudah menunggu kami berdua di dalam ruangannya.
"Ada apa Oita-san?" tanya Herlin.
"Aku memiliki pekerjaan untuk kalian berdua. Lokasinya berada di Utara Kyoto, sebuah desa kecil bernama desa Shibata."
"Pekerjaan? Pekerjaan seperti apa?"
"Sudah jelas, kan? Kita akan membasmi monster. Hah … padahal aku ingin melatih dia terlebih dahulu," ucap Herlin kecewa.
Kalau dipikir-pikir ini adalah pertama kalinya aku melakukan pekerjaan. Aku tidak menyangka kalau pekerjaan pertamaku harus berurusan dengan makhluk aneh.
Lagipula kenapa dia sangat kecewa saat tidak bisa mengajariku? Apa dia adalah gadis tipe sadis yang suka menyiksa orang? Aku membayangkan Herlin yang sedang memegang pecutan dan bersiap untuk menyabetku ketika aku melakukan sebuah kesalahan.
"Fantasimu menjijikkan, kau tahu?" Cecilia tiba-tiba menanggapi pikiranku.
Aku menggeleng-gelengkan kepalaku untuk mengusir khayalan aneh yang sekilas ada di pikiranku.
"Anggap saja ini sebagai latihan untuk kalian berdua. Dan untuk Iraya, sistem organisasi ini adalah sistem jasa. Jadi orang yang meminta jasa kami akan mendapatkannya, tentu saja semua itu ada harganya," jelas Oita-san.
Aku mengerti. Jadi orang-orang memakai jasa kami untuk menghadapi serangan monster, tentu saja dengan sebuah bayaran yang pantas.
"Apa di Kyoto hanya ada organisasi ini saja?"
"Kalau di Kyoto memang hanya kita, tapi kalau di kota lain ada beberapa yang cukup terkenal dan kami juga memiliki organisasi pusat yang berada di Tokyo," jelas Oita-san.
"Jadi monster jenis apa yang akan kita lawan?" tanya Herlin.
"The Beast, Inuijin. Anjing mutan yang memiliki ukuran sebesar manusia, kudengar baru-baru ini mereka kehilangan pemimpin mereka. Jadi mereka menyerang orang-orang disekitar mereka untuk menentukan siapa yang terkuat dan yang akan menjadi pemimpin kawanan yang baru."
Mendengar penjelasan dari Murasaki-san, aku jadi teringat dengan Beast yang menyerang ibuku. Mungkin saja ini bukan jenis yang sama, tapi tetap saja aku akan membalaskan dendam ku disini, menghabisi kawanan Beast itu.
Tanpa sadar aku melakukan gerak gerik aneh yang disadari oleh Herlin. Ia kemudian menatap ke arahku tapi enggan untuk menanyakannya.
"Kalau begitu, saat matahari sudah sedikit tinggi kita akan berkumpul disini lagi," ucap Herlin.
"Eh? Kenapa tidak sekarang saja? Bukankah semakin cepat semakin baik?" tanyaku.
Jika mengambil contoh, kita bisa melihat petugas pemadam kebakaran yang langsung bergegas pergi ketika sirine kebakaran telah berbunyi.
"Aku tahu, tapi ada beberapa kasus yang mencoba mempermainkan kami dengan membuat laporan palsu. Jadi lebih baik tidak usah terburu-buru," jelas Murasaki-san.
Aku tidak mengerti dengan mereka dan hanya bisa mengiyakan saja karena aku juga tidak bisa berbuat apa-apa. Lebih baik aku mengikuti mereka yang sudah lebih lama berurusan dengan hal seperti ini.
**
Sekitar pukul 2 siang aku kembali lagi kesini, aku sempat kembali ke rumah sakit untuk menemani ibuku yang masih terbaring di rumah sakit. Namun demikian, belum ada tanda-tanda Herlin yang telah sampai kesini.
"Ya ampun."
Dia yang membuat janji untuk datang sekitar jam segini kan? Dasar wanita, aku benar-benar tidak mengerti jalan pikiran mereka.
"Dia itu! Awas saja jika tidak segera datang. Aku akan—"
"Akan apa?"
Disaat aku berkata seperti itu, Herlin telah berada di belakangku dan sepertinya dia mendengar apa yang barusan kukatakan.
"Apa kau bilang sesuatu tadi?"
"Ti-Tidak kok~ …."
"Hmm … kalau begitu ayo cepat kita berangkat."
Aku selamat. Sepertinya dia tidak mendengar apa yang aku katakan. Saat perjalanan, sangat sedikit perbincangan yang kami lakukan. Hanya ada satu pertanyaan yang Herlin tanyakan selama perjalanan.
"Hei Iraya …."
"Ada apa?"
"Apa kau memiliki suatu hubungan dengan monster yang akan kita hadapi saat ini?"
Kenapa dia bertanya seperti itu. Apa karena dia melihat ekspresi ku tadi? Sepertinya sih begitu. Ternyata dia lumayan peduli juga dengan hal-hal seperti itu.
"Memangnya kenapa?"
"Tidak, aku hanya bertanya saja."
"Mm … mungkin karena lawan kali ini berhubungan dengan seseorang yang kukenal."
"Begitu."
Kami terus menelusuri trotoar jalan yang sepi dan sudah sedikit rusak. Lalu kami berbelok ke jalan setapak ke dalam hutan. Jalan setapak yang terbuat dari tanah dan kanan dan kirinya adalah hutan pepohonan yang rimbun.
Kami menyusuri jalan yang seperti tak berujung tadi dan saat sampai di ujung jalan, kami melihat sebuah desa yang tampak sepi dan hening.
Keheningan desa ini tidak wajar, seperti desa yang sudah di tinggal cukup lama. Kami mencoba menghampiri sebuah rumah yang berada paling dekat dengan jalan keluar tadi.
Kriiieett…
Pintunya tidak terkunci. Kami langsung masuk ke dalam dan saat masuk ke dalam kami melihat dua orang dewasa laki-laki dan perempuan tergeletak di lantai berlumuran darah. Aku menghampirinya dan mencoba memeriksanya apakah mereka masih hidup atau tidak.
"Oi! Kau tidak apa-apa?!"
Saat aku menghampirinya, si laki-laki membuka matanya dan berbicara dengan nada yang sangat pelan. "Lemari … bawa dia … pergi …," ucapnya. Setelah itu laki-laki itu menghembuskan nafas terakhirnya.
Aku langsung menghampiri lemari yang laki-laki itu maksud. Saat aku membukanya, terlihat seorang gadis kecil meringkuk duduk ketakutan di dalam lemari itu.
Saat aku membuka lemarinya, ia menunjukkan ekspresi ketakutan dan dengan gemetar ia kemudian berteriak.
"Di-Dibelakangmu!"
Aku langsung menengok disaat seekor Inuijin mencoba menerkamku. Tapi Inuijin itu tiba-tiba langsung terpotong menjadi dua saat di udara.
Craashh…
"Apa yang lain masih hidup?" tanya Herlin.
Anak kecil itu kemudian menggeleng. Gelengan gadis kecil itu bisa bermaksud dua hal, yaitu dia tak tahu apa-apa atau semuanya sudah terbunuh dan tinggal dia saja yang masih hidup.
"Kalau begitu, tunggu disini sebentar," ucap Herlin.
"Kami akan segera kembali. Tetaplah disini dan jangan sampai ketahuan oleh monster yang tadi ya?"
Setelah ia mengangguk dan merasa cukup tenang, aku kemudian berdiri dan meninggalkan anak itu pergi sebentar. Kami berdua masuk lebih dalam ke desa itu dan misi pertamaku akan segera dimulai.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Olan
sambil baca langsung promosi dong😀 DEVIL MY HUSBAND mampir ya🤗
2020-08-24
0