Setelah kejadian tak terduga yang terjadi tadi, akhirnya aku sampai di rumah saat matahari sudah hampir terbenam, tentu saja itu lumayan. Dan saat ada seorang anak yang pulang telat ke rumah, kalian tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Di dalam, aku bisa melihat di rak sepatu sepasang sendal yang tersusun rapi di dalamnya. Aku juga bisa mendengar samar-samar suara air keran yang mengalir dari wastafel.
"Aku pulang!" ucapku agak keras.
Tidak ada jawaban. Sepertinya suara air keran itu menghalangi pendengarannya sampai-sampai tidak mendengar salamku. Aku pun memutuskan untuk masuk ke dalam dan melihat apa yang sebenarnya terjadi.
Berjalan ke arah ruang tamu, dari dapur, seseorang menyambut kepulanganku setelah mendengar langkah kakiku. Tapi yang bisa aku dengar hanyalah suaranya saja, karena wujudnya sedang mencuci piring.
"Selamat datang! Tumben pulang sore, apa ada keperluan sampai pulang jam segini? Sudah begitu, tidak laporan ke Ibu pula."
Suara keran wastafel tadi berhenti dan kemudian seseorang datang dari dalam dapur dengan menggunakan baju daster dan celemek di tubuhnya.
Dia adalah ibuku—Satou Honoka, wanita berusia 41 tahun yang setiap hari merawatku dari kecil. Ia adalah single parent semenjak kepergian ayahku. Meski begitu, ia tidak pernah mengeluh sedikit pun dan terus bisa tersenyum saat ada di depanku.
Dengan rambut berwarna coklat yang sama denganku dan gaya rambut kepang khas ibu-ibu, ia datang kepadaku dengan pertanyaan di benaknya. Tapi meski begitu, aku tidak ingin menjawabnya dengan jujur karena bisa dianggap tidak waras olehnya nanti.
"Tidak ada apa-apa, cuma ada kejadian aneh saja hari ini," jawabku.
"Hmm?"
Sepertinya jawabanku tadi belum cukup untuk meyakinkannya, wajah penuh pertanyaan masih tertinggal di sana dan bahkan semakin terlihat penasaran. Entah kenapa aku memiliki perasaan buruk tentang ini.
"Kejadian aneh apa? Apa kau terlibat perkelahian jalanan?"
Yap. Itu dia yang aku tunggu-tunggu. Setiap kali aku pulang telat dan tidak memberitahukan alasannya, ibuku pasti selalu menuduhku terlibat perkelahian jalanan.
Padahal aku adalah seorang anak SMA baik-baik yang disukai semua orang dan tidak pernah berkelahi, tapi kenapa ibuku sendiri bisa berpikiran begitu padaku. Kecuali jika kau mengabaikan kejadian sebelumnya.
"Tidak, beneran deh! Tidak ada yang aneh, hanya ada yang berbeda saja tadi."
Ibuku terus mendekati wajahku bermaksud untuk memberikan tekanan dalam interogasi yang dilakukannya. Ia bahkan sampai berjinjit karena tubuhnya yang lebih pendek dariku.
Sementara aku hanya memalingkan wajah, berusaha untuk tidak melihat matanya agar aku tidak keceplosan mengatakan sesuatu yang aneh soal tadi. Tapi entah itu karena refleks atau kebodohan ku, tanpa sengaja aku malah menyentuh bibir sendiri dan disadari olehnya.
"Kau memegang bibirmu, pasti kau dipukul tepat di bibirmu, kan?"
Permisi sebentar, Bu! Apa kita bisa menyingkirkan tuduhan tentang perkelahian jalanan ini terlebih dahulu? Anak laki-laki kesayanganmu ini baru saja dicium oleh wanita aneh dengan dua makhluk aneh yang ingin menyerangnya! Seharusnya Anda menenangkan dia atau setidaknya mencarikannya pacar.
Tadinya aku ingin bilang begitu, tapi tentu saja aku tidak bisa melakukannya. Lalu kata-kata yang terakhir juga hanya bercanda, kurasa.
Kejadian tadi masih terus terbayang di kepalaku. Bahkan sampai membuat wajahku memerah tanpa sadar.
"Kau kenapa, Iraya? Apa kau demam? Wajahmu merah."
"Mm ... tidak, aku ...."
Ibu memegang dahiku untuk memeriksa apakah aku demam atau tidak. Dan tentu saja itu sedingin kutub utara, aku tidak demam atau apa pun. Yang membuatnya tambah bingung.
"Po-Pokoknya aku tidak apa-apa dan aku juga tidak lapar. Jadi aku ke kamar dulu, ya? Dadah! Hehe ...."
Okay, sudah cukup. Aku menjauhkan tangan Ibu dari dahi ku dan naik ke kamar tanpa makan dahulu. Bagiku, lebih baik kelaparan di dalam kamar daripada harus menghadapi kesalahpahaman Ibu. Sementara Ibu melihatku yang sedang naik ke atas dengan tatapan aneh.
"Anak aneh," gumamnya.
Aku langsung merebahkan tubuh di atas kasur, memikirkan banyak hal acak yang terjadi dalam waktu singkat. Meski perutku keroncongan, tapi beruntungnya rasa lelah lebih kuat daripada rasa lapar ku, jadi kini rasa kantuk sudah mulai menyerang.
"Hah ... benar-benar hari yang panjang."
Aku melihat langit-langit kamar dalam diam, menghalangi cahaya lampu yang berlebihan dengan tangan. Dan tanpa sadar semuanya berubah hitam karena sudah terlalu lelah dan akhirnya tertidur.
**
"Hakh ??!!"
Aku membuka mata dengan panik. Kenapa bisa begitu? Karena saat terbangun, aku berada di tempat yang asing bagiku.
"D-Di mana ini?"
Aku bangun dari posisi tidur telentang ke posisi duduk, menengok ke kanan dan kiri. Entah di mana sekarang aku berada saat ini, tapi satu hal yang pasti adalah kalau ini bukanlah kamarku. Ruangan gelap gulita yang hanya memiliki satu sumber cahaya— yaitu tepat berada di atas kepalaku.
Untuk mencari informasi dan sedikit penasaran, aku pun berdiri dan mulai berjalan, berharap menemukan suatu petunjuk yang dapat memberitahu lokasi keberadaanku saat ini. Tapi percuma. Ruangan ini terlalu gelap dan aku terasa seperti tidak berjalan kemana-mana, karena satu-satunya cahaya di atas kepalaku juga bergerak mengikuti.
Pada saat aku sudah pasrah dan menyerah berjalan, aku menemukan harapan. Secercah cahaya berada di hadapanku dan aku langsung menghampirinya. Tapi saat sampai di sana, harapan tadi seolah musnah. Karena itu hanya sebuah cahaya kosong yang mengarah dari atas ke bawah, tak menyinari apapun selain lantai putih bersih yang sama dengan yang lainnya.
“??!!”
Tiba-tiba dari belakang, seseorang seolah meraih kedua pundak ku. Aku berusaha untuk menengok ke belakang, tapi anehnya kini tubuhku tidak bisa digerakkan sama sekali, seperti ditahan oleh sesuatu.
Dalam kebingungan dan kepanikan itu, aku bisa mendengar langkah kaki yang berjalan ke depan wajahku. Akhirnya aku bisa melihat sesuatu selain secercah cahaya dan kegelapan. Tapi ketika melihat wajah seseorang itu, mataku melebar terkejut.
Bukan karena ada sesuatu di wajahnya atau penampilan jelek yang ia gunakan. Melainkan itu adalah wajah seseorang yang pernah ku lihat sebelumnya.
Wanita dengan rambut hijau dan sorotan iris mata jingga tajam. Memakai pakaian aneh yang sama saat terakhir kali bertemu dengannya. Tidak salah lagi, dia adalah wanita yang ku selamatkan dan secara acak menciumku saat pulang sekolah itu.
Ia memberikan senyuman misterius kepadaku menatap seolah menginginkan sesuatu dariku. Lalu bagaimana denganku jika kalian bertanya? Aku sudah berusaha 120% untuk melepaskan diri, tapi seperti ada sesuatu tak terlihat yang menahan tubuhku.
Bahkan gerakan sederhana seperti menggerakkan mulut atau mengeluarkan suara pun tidak bisa. Semua usahaku nampak sia-sia.
Wanita itu menyadari usaha sia-sia yang aku lakukan lalu mulai berbicara.
"Satou Iraya, namaku Si ...."
Si? Nama aneh macam apa itu? Oh iya, aku pernah dengar kalau cara pelafalan huruf 'C' dalam bahasa Inggris adalah 'Si', jadi mungkin itu yang dia maksud. Mungkin saja. Tapi tidak tahu juga, sih, karena itu semua hanya dugaan. Lagipula apa pentingnya nama orang lain jika kau sedang ditahan seperti ini.
Wanita itu—C terus melanjutkan ucapannya, tapi aku tidak terlalu mendengarkannya karena masih berusaha melepaskan diri sendiri—yang sepertinya tidak menunjukkan suatu perkembangan signifikan.
"... Mungkin kau masih ingat siapa aku ini. Kau juga pasti memiliki banyak pertanyaan di dalam kepalamu saat ini, karena aku dapat merasakannya dengan jelas. Tapi untuk saat ini, aku akan memberitahu mu satu hal, kalau kau dan aku telah bersatu."
"???!!!"
Tunggu. Dia baru saja mengatakan hal yang tidak ku mengerti. Memang tidak ku dengarkan dengan sesama, sih, tapi apa yang dia maksud dengan kami berdua telah bersatu?
Aku yang awalnya sibuk dengan acara melepaskan diri, pada akhirnya tertarik pada ocehannya, yang membuatnya mengeluarkan senyum misterius.
"... Untuk saat ini kau tidak perlu bicara, aku hanya ingin kau mendengarkan saja. Saat kau menyelamatkan ku tadi, rasa terima kasih adalah hal pertama yang harus aku ucapkan padamu. Sikap pemberani mu saat itu patut ku apresiasi. Tapi karena keberanian yang kau tunjukkan saat itu, membuatku sedikit tertarik denganmu. Dan setelah kita bersatu, satu hal yang pasti akan terjadi ...."
Ia menggantungkan kata-katanya, membuatku semakin penasaran.
"... Kehidupan damai yang membosankan milikmu akan berubah 180 derajat. Maka dari itu, persiapkan tubuh dan mental mu yang lemah itu, Satou Iraya."
Setelah selesai berbicara, cahaya kehijauan menyilaukan secara instan menyelimuti wanita itu sama seperti waktu pertama bertemu. Ia menghilang bersamaan dengan cahaya yang semakin memudar. Setelah menghilang secara sempurna, tiba-tiba suara teriakan terdengar memanggil namaku secara samar-samar dan semakin menguat.
"Iraya! Bangun, sudah jam berapa ini?! Cepat siap-siap lalu sarapan!"
Teriakan Ibu membangunkan ku secara paksa. Ketika membuka mata, ia sudah berada di sebelah tempat tidur ku sambil bertolak pinggang. Aku yang sadar akan hal itu kemudian duduk di tempat tidur.
Aku masih memikirkan soal mimpi yang tadi. Jantung ku berdebar kencang dan keringat membasahi tubuhku. Apa itu benar-benar hanya mimpi, semacam bunga tidur biasa yang dialami oleh manusia pada umumnya? Atau pertanda lain yang sangat buruk bagiku? Ketidaktahuan ini membuatku ngeri.
"Nih, anak, kenapa malah diam?! Cepat siap-siap!"
"I-Iya, bu."
Aku pun berangkat sekolah setelah itu.
**
Sekarang aku sudah sampai di kelas. Tapi tentu saja masih belum bisa tenang karena pemikiran ku masih membayangkan kejadian semalam.
"... Saat ini kau dan aku telah bersatu ...."
"... Hidupmu akan berubah 180 derajat ...."
Kata-katanya di dalam mimpi saat itu membuat ku tidak bisa fokus selama perjalanan ke sekolah. Aku meregangkan tubuhku yang pegal dan bingung secara mental, setelah itu lanjut memangku dagu sambil terus melamun.
"Lagi pula bagaimana dia tahu soal namaku, ya?" gumamku.
Itu juga jadi salah satu pertanyaan ku. Apa jangan-jangan dia masih satu jenis dengan monster yang menyerang pusat kota? Tapi kemungkinannya kecil. Karena saat aku menyelamatkannya, ia juga sedang diserang oleh dua monster lainnya.
Tapi kalau dia bukan monster, kenapa dia bisa bersinar terang dan menghilang di depan mataku begitu? Terlebih lagi dia masuk ke dalam mimpiku.
"Argh! Sialan!"
Semua pemikiran dan kemungkinan yang aku buat di dalam kepalaku membuat ku bingung sendiri dan malah berteriak cukup keras.
"Kau ini kenapa, sih? Dari tadi melamun dan bicara sendiri terus. Obatmu sudah habis, kah?" ucap Kudou.
"Eh ... melamun? Ahahaha .... Tidak mungkin aku melamun, aku ini selalu fokus pada tujuanku dan tidak pernah berpikiran yang aneh-aneh." Aku menghindari hal yang sama sekali tidak bisa dihindari.
"Lalu yang tadi itu namanya apa?" tanya Kudou datar.
"Ada apa? Apa ada sesuatu yang sedang kau pikirkan?" tanya Hira.
"Mmm ... tidak, tidak juga."
Tidak mungkin aku memberitahu mereka soal hal itu. Benar. Ini adalah suatu hal yang tidak boleh diketahui oleh teman-temanku. Tentu saja untuk melindungi teman-temanku dari monster-monster tak jelas. Hehe ... jika di pikir-pikir aku ini keren sekali. Aku memejamkan mata dan mengangguk-angguk membenarkan pemikiran ku sendiri.
"Orang aneh," ucap mereka bersamaan.
"Kenapa semua orang berkata seperti itu kepadaku?" balasku datar.
"Oh iya! Nanti setelah pulang mau main Game Club, tidak?" tanya Kudou.
Kudou langsung mengganti topik pembicaraannya tanpa menanyakannya lebih lanjut. Sebenarnya dia ini peduli atau tidak, sih? Meski pun itu bagus untukku, sih. Jadi aku tidak perlu membuat alasan atau semacamnya.
"Eh? Ya ... aku sih bisa saja. Bagaimana denganmu, Hira?" Aku mengiyakan ajakan Kudou.
"Tidak bisa! Bukannya besok kita ada ulangan?"
"Ah ... ayolah, Hira! Sebentar saja," rayu Kudou sambil merangkul Hira.
"Aa! Sekali tidak bisa tetap tidak bisa!"
Kudou merangkul Hira yang mencoba untuk menolak tawaran darinya. Sementara Hira malah meronta berusaha melepaskan rangkulan Kudou dan keluar dari ilusi ajakan Kudou ke Game Club.
Bibirku terangkat saat melihat kelakuan lucu dan heboh mereka berdua. Ini juga sekaligus membuatku berpikir; tidak mungkin kehidupan yang damai ini akan berubah, kan? Setidaknya aku tidak akan membiarkan hal itu berubah.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Nurul
walaupun aneh tetep anak kamu kan?kan?
2022-04-23
1
『~Tempest~』
c di baca dalam bahasa Inggris
2021-07-03
0
Titik Sunarti
lpoiuytrewqlkjkhgfdssamnbb-zz, 0
2020-07-17
0